thankyou, for today

3 2 0
                                    








Sudah pindah hari? Belum. Daniel masih terjebak bersama tetangga tampannya itu malah sekarang.

Hujan semakin deras, pandangan ke jalanan bahkan buram akibat jendela yang berembun. Entah kemana tujuan selanjutnya, Daniel hanya diam duduk disamping Eidar, tanpa sepatah katapun. Tapi kalau Eidar bertanya, sih, ia jawab pastinya.

"Kau tidak sekolah, 'kan. Kenapa membolos? "

"Terserah diriku. Tidak ada urusannya denganmu. "

Kasar sih, tapi Daniel tidak merasa begitu. Ia menatap langit yang menggelap, pendingin udara juga menyala. Tubuhnya sedikit menggigil rasanya.

Tetapi lagi dan lagi, Eidar itu sosok yang sangat peka akan suatu hal kecil. Ia meraih jaketnya yang ada dikursi belakang, memberikannya pada Daniel, lalu mematikan pendingin udaranya.

Daniel enggan, "Kenapa? " tanyanya.

Eidar meliriknya sedikit, "Suhunya tidak teratur. Pakai, nanti kau kedinginan. Seragam itu tipis, asal kau tahu. "

Benar sih, Daniel menerimanya, menutup tubuh atasnya dengan jaket itu, seraya bersandar. Lama-lama matanya memberat juga. Ia menguap sedikit, matanya malah berkaca-kaca sekarang.

"Tidur saja, nanti kubangunkan. " kata Eidar santai. Tidak masalah baginya, yang terpenting Daniel merasa nyaman.

Daniel mengerjap, "Memang kita ingin kemana? "

"Aku ingin ke rumah Temanku sebentar, mengambil sesuatu. Tidak masalah? " ia menatap Daniel disampingnya.

Daniel sendiri malah salah tingkah, ia membasahi bibirnya dan mengalihkan pandangannya. "T-Terserah saja, aku ikut. Tapi kalau kau tidak ingin aku bersamamu, kau bisa menurunkanku—"

"Memang kau mau kuturunkan dijalan besar yang sedang hujan deras ini? "

Ya tidak, sih.

Daniel menggeleng cepat, Eidar tertawa ringan, "Itu kau tahu. Jangan berpikir merepotkan, aku senang kalau ada yang menemaniku. Mungkin sedikit lama, kau tidur saja. "

Masa bodoh

Daniel memejamkan matanya, suhu dan situasi seperti ini memang nyamannya untuk tidur. Alhasil, dalam kurang dari 5 menit, Daniel sudah terjatuh pulas.

Eidar sedikit membenarkan poni yang menutup kening Daniel, melihat wajah tenang itu nampak sangat polos. Kasihan Daniel, hidup tanpa orangtua memang sulit.

Karena dirinya merasakan apa yang dirasakan Daniel. Walau mungkin, dengan masalah yang berbeda tentunya.

***

"Kekasih? "

"Teman. "

"Benarkah? Kenapa tidak diajak masuk? "

Eidar mendecak, menatap temannya itu datar. Tangan kanannya malah dibiarkan mengulur saja sekarang. "Mana laptopku? Kau tidak ingin kembalikan? "

Tujuannya kemari memang untuk mengambil barang penting miliknya, walau sebenarnya ada satu janji dengan temannya ini. Terlebih, Eidar dapat melihat beberapa temannya yang lain tengah kumpul bersama didalam.

Handy, dia menarik kembali laptop ditangannya. "Kau sudah janji ingin bergabung malam ini, bung. Ingkar? Astaga. "

"Aku tidak bisa. Dia harus kuantar pulang, "

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lose Face Where stories live. Discover now