Ini adalah malam pertama mama tidak ikut makan malam bersama, Cacil yang biasanya keluar kamas selalu memakai baju kebesaran maka kini Cacil hanya memakai gaun mini berbahan sutra. Cacil memang selalu pakai kaus yang besar namun bukan berarti Cacil tidak memiliki pakaian yang mini-mini, pakaian itu biasanya hanya Cacil gunakan ketika hanya di dalam kamar saja. Namun, malam ini Lily tidak ada di rumah dan tidak ikut makan malam maka Cacil pikir sepertinya tidak apa kalau sesekali ia tidak memakai baju kebesarannya itu.
Alhasil, saat ini Cacil memakai gaun mini putih yang panjangnya hanya sampai bawah pantat dan tali spaghetti seperti tali tanktop tanpa bh membuat pentilnya mengacung tegak.
Saat menuruni tangga, Cacil dapat melihat papa dan abangnya sudah menunggu di meja makan. Jeff yang sedang menggulir layar ponselnya tak sengaja melirik tangga dan terpaku pada tubuh anaknya yang luar biasa menggairahkan. Sedangkan Leo sendiri sudah menelan ludahnya dengan susah payah membayangkan tubuh Cacil dibalik gaun tipis itu yang sudah ia ketahui dari luar hingga dalamnya, diam-diam ia meremas kontolnya dari balik meja.
"Malam papa, abang!"
Jeff berdeham, "malam sayang."
Cacil mengambil tempat di samping Leo yang kini berhadapan dengan Jeff. Leo menahan diri untuk tidak menerkam tubuh binal adiknya yang kini ada di sampingnya padahal kontolnya sudah sangat mengeras di bawah sana.
Mereka memulai kegiatan makan malamnya, hanya Cacil saja yang tenang sedangkan Leo dan Jeff justru gelisah karena nafsu ya di ubun-ubun melihat Cacil seperti pelacur kecil menggunakan pakaian itu.
"Papa?"
"Hm, kenapa sayang?"
"Cacil tadi di kasih sesuatu sama orang di bus."
"Apa itu?"
"Nggak tau, bentuknya kaya telor terus ada remotnya," jawabnya polos.
Pikiran Leo sudah liar membayangkan benda apa itu, ciri-cirinya seperti tidak asing lagi.
"Coba papa liat!"
Cacil langsung mengambil benda itu di kamarnya meninggalkan kedua orang dengan jenis kelamin dan gairah yang sama itu di meja makan. Jeff bukan tidak tahu apa yang Cacil katakan tapi ia tidak yakin apakah itu memang benar benda yang ia tahu, kalau iya apakah Cacil pernah menggunakannya? Sial, kontolnya mengeras membayangkan memek Cacil dimasukan benda itu.
Cacil kembali dengan benda berwarna merah muda di tangannya. "Ini, pa!"
Bangsat!
Sialan!
Leo dan Jeff mengumpat dalam hati, melihat sebuah vibrator di tangan Cacil.
Leo yang selalu menjaga citra dirinya dengan baik sampai orang rumah tidak menyadari bahwa ia justru telah tenggelam dalam dunia perngentotan itu kini diam-diam membayangkan bagaimana kalau ia memainkan memek Cacil dengan vibrator itu. Tapi karena Leo dikenal anak yang baik dan tidak macam-macam maka ia harus mempertahankan karakter polosnya terlebih ini mengenai adiknya, kalau sampai Jeff mengetahuinya ia takut Jeff akan marah besar.
"Itu apaan, pa?" tanya Leo pura-pura tidak tahu.
"Itu... tadi Cacil bilang darimana Cacil dapet ini, Nak?" tanya Jeff ke Cacil tanpa menjawab pertanyaan Leo.
"Eumm dari bapak-bapak di bus."
"Itu buat apaan, dek? Bapak-bapaknya bilang nggak cara pakenya gimana?" pancing Leo yang sebenarnya ia sudah panas dingin.
Cacil ragu-ragu menjawabnya, "itu... bapak itu nggak bilang soalnya langsung masukin ini ke memek Cacil."
Jeff merasakan kontolnya berdenyut, membayangkan memek anaknya dimainkan oleh orang asing. Jeff menahan dirinya untuk tidak terlihat beraksi didepan Leo, tanpa sadar mereka berdua diam-diam menyembunyikan birahinya satu sama lain.
"Hah, dimasukin ke memek Cacil? Emang muat?"
"Nggak tau, tapi tadi bisa masuk."
Memek Cacil nyut-nyutan menceritakan kejadian itu kembali apalagi di depan dua anggota keluarganya langsung.
"Coba dek abang mau liat."
"Tapi..."
"Kalau nggak mau juga nggak apa-apa, padahal abang cuma penasaran doang nggak pernah liat begituan."
Cacil tak tega melihat wajah lesu Leo, ia melihat ke arah Jeff yang hanya diam tanpa mengatakan apapun. Sebenarnya Jeff ingin menghentikan Leo tetapi sialan ia juga ingin tahu bagaimana pemandangan vibrator itu ketika berada di dalam memek anaknya.
"Yaudah..."
"Di atas meja aja dek biar lega."
"Tapi banyak piring?"
"Pinggirin dulu."
Setelah area meja sudah bersih, Cacil naik ke atas meja dengan memek yang kembang kempis dibalik celana dalamnya. Sedangkan Leo dan Jeff berdebar kencang, mereka berdua sudah membelai kontolnya masing-masing tanpa ada yang menyadari.
Cacil duduk di tengah-tengah, perlahan ia membuka celananya dan membuka kakinya hingga mengangkang dan memperlihatkan memek basah berkedutnya di depan mata abang dan papanya.
Leo mengepalkan tangannya di bawah meja, rasa ingin mengocok kencang memek Cacil menggunakan jarinya begitu tinggi namun ia harus menahannya karena masih ada papanya disini. Jeff juga tak kalah meningkat birahinya, masih ingat rasanya bagaimana rasa memek Cacil. Jeff menelan ludah, sialan ia ingin menyedot habis cairan memek Cacil lagi.
"Papa Cacil nggak bisa pake remotnya, ini remotnya papa yang pegang ya..."
TBC
Lanjutannya ada di karya karsa, link ada di bioku. Itu link baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
CACIL
ChickLitIni cerita tentang Cacil, gadis yang kelebihan hormon sehingga memiliki tubuh yang beberapa bagiannya lebih menonjol dari anak-anak yang lain. Tentang Cacil yang baru mendapatkan kesenangan barunya yang ia dapatkan dari orang-orang dewasa di sekelil...