Prolog

43.1K 140 3
                                    

Cacil masih duduk di bangku sekolah menengah ke atas awal tahun, tubuhnya mungil tapi montok di tempat yang tepat. Teteknya dan pantatnya sangat bulat sampai jika saja ada yang melihatnya maka tidak akan bisa menahan diri untuk tidak meremasnya. Tapi ini Cacil, gadis lugu yang merasa bahwa beberapa bagian itu sangat merepotkan untuk tubuh mungilnya.

Sampai Lily—mamanya Cacil selalu menyuruh Cacil menggunakan kaos kebesaran jika keluar kamar ataupun keluar rumah. Makanya kaos kebesaran Cacil sangat banyak, tapi bukan berarti Cacil tidak memiliki pakaian mini. Pakaian mini itu hanya bisa Cacil gunakan di dalam kamarnya saja karena untuk ke luar kamarpun mamanya melarang ia menggunakannya.

Cacil memiliki dua kakak laki-laki yang biasa ia sebut abang. Salah satunya bernama Leo, ia hanya beda dua tahun dari Cacil dan berada di sekolah yang sama dengannya. Satunya lagi yang paling tua, yaitu Teo. Kakak laki-lakinya yang satu ini sudah menikah dan tinggal di rumah bersama keluarga kecilnya. Jadi di rumah ini ia hanya tinggal berempat dengan papa, mama dan Leo.

Saat ini Cacil sedang berguling-guling di kasur sambil memeluk boneka beruangnya, gadis itu hanya menggunakan tank top tanpa dalaman baik bh ataupun celana dalam. Sudah dibilang, kalau di dalam kamar Cacil bebas untuk melakukan apa saja, termasuk tidak memakan dalaman. Cacil suka sekali tidur tanpa menggunakan celana dalam, rasanya lebih nyaman saat memeknya tanpa tertutup apapun.

Jam di dinding menunjukkan pukul 12 malam, mata Cacil masih sangat segar sekali padahal besok ia harus sekolah. Ia berpikir, mungkin meminum susu coklat akan membuatnya mengantuk. Cacil bangun dari kasur dan menyambar kaos kebesarannya lalu berpikir sejenak, menurutnya penghuni rumah ini sudah pada tidur semua jadi kayanya tidak apa-apa jika tidak menggunakan celana dalam.

Cacil akhirnya keluar kamar dengan kaos kebesaran sepaha dengan dalam tanktop tanpa celana dalam dan bh, ia menuruni tangga dan melihat lantai satu sudah gelap.

Benar, pasti semuanya sudah tidur.

Untuk menuju dapur, Cacil harus melewati kamar orang tuanya. Saat Cacil melewati kamar orang tuanya, Cacil mendengar suara aneh dari sana.

"Itu... nggak mungkin suara hantu 'kan? Cacil takut sama hantu..."

Cacil merinding seketika, tapi ia tetap mencari suara itu dan berhenti tepat di depan pintu orang tuanya. Suaranya semakin jelas, seperti orang yang sedang kepedesan.

"Ahhh uhhh shhh"

Cacil dengan rasa penasaran yang begitu besar, menurunkan gagang pintu itu dengan perlahan. Sampai celah pintu memberikannya pemandangan yang sangat tidak ia mengerti.

Kenapa papa ada di memek mama? Terus kenapa paha mama dilebarin sampe kaki mama nekuk ke kepala papa? Bukannya itu nggak sopan? Tapi mama nggak marah, malah merem melek.

Cacil sangat serius melihat apa yang dilakukan kedua orang tuanya dengan posisi aneh, dari sini ia dapat melihat papanya menjilat memek mamanya sampai mamanya menjerit.

"Akhhh papahh...."

Lidah itu bergerak naik turun di memek mamanya, Cacil dapat melihat sangat jelas karena kedua paha mama di tekan papa di samping sampai memek mama agak menonjol. Makanya ia bisa melihat bagaimana lidah papanya dengan cepat menjilati memek mamanya. Cacil merapatkan pahanya, tidak tahu mengapa ia merasa memeknya kekedutan.

Ah memek Cacil kenapa kekedutan...

Disana ia melihat mamanya mengejang-ngejang dengan mulut terbuka lebar lalu papanya menjauhkan wajahnya dari memek mamanya yang sangat basah kuyup. Cacil dapat melihat jempol papanya memainkan benda menonjol yang ada di memek mamanya, membuat mamanya seperti cacing kepanasan tidak bisa diam.

CACILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang