Part 2: Praktek Kayang Pak Matt

36.2K 69 0
                                    

Pagi ini sekolah Cacil cukup heboh, terutama kaum laki-laki. Bagai mendapatkan angin segar di pagi hari, mereka dapat melihat bagaimana tubuh molek Cacil yang selama ini tersembunyi. Tetek dan pantatnya Cacil yang menjadi pusat perhatian karena ukurannya sangat tidak seimbang dengan tubuhnya yang mungil.

Sedari berjalan di gerbang, memek Cacil tak hentinya berkedut. Tadi saat ingin memakai celana dalamnya di mobil, Jeff mengambil celana dalamnya dan menyuruhnya sekolah tanpa celana dalam. Jadilah memeknya saat ini terbuka dengan tiupan angin yang kadang membuat daging merah itu cenat-cenut. Ditambah lagi tatapan semua laki-laki di sekolahnya membuat memek Cacil sedikit ngecrit merasakan aura menegangkan ini

Orang-orang yang menikmati pemandangan ini bukan hanya para siswa di sekolah itu, tetapi juga gurunya. Guru olahraga Cacil—Matt, menyapanya tiba-tiba.

"Selamat pagi, Cacil."

Cacil tersenyum manis sembari memegang tali tasnya. "Pagi pak, Matt."

Matt tersenyum cabul, tatapannya sangat liar menggerayangi tubuh molek Cacil sampai Cacil merasa merinding dan merapatkan pahanya karena lagi-lagi memeknya berkedut sensitif.

"Jangan lupa nanti pelajaran bapak ada pengambilan nilai praktek loh, Cacil udah bisa kayang?"

Cacil menggeleng lesu. "Cacil belum bisa pak."

"Nggak apa-apa nanti bapak bantu pegangin ya."

Cacil hanya mengangguk tanpa memikirkan apapun lagi.

Matt pamit sembari menepuk pelan dan mengelus sisi punggung Cacil membuat tubuh Cacil menegang. Tubuhnya sekarang sangat sensitif terhadap sentuhan, apalagi setelah di memeknya dikocokin oleh papanya di mobil jadi memeknya masih sangat ngilu tapi terasa gatal di dalamnya.

"Memek Cacil kenapa sih, huft."

Waktu berjalan cepat sampai jam olahraga dimulai, semua anak kelas Cacil pergi ke ruang ganti untuk mengganti baju menjadi baju olahraga.

Cacil melihat pantulan cermin di ruang gantinya, saat ini ia sudah memakai kaus olahraga dan celana training sepaha. Ukurannya sangat pas badan, bahkan ketiga olahraga pun biasanya Cacil masih mengenakan outer tapi hari ini Cacil dapat melihat dengan jelas tonjolan teteknya yang bulat dari balik kaus olahraganya. Belum lagi belahan memek Cacil yang kalau diperhatikan sangat terlihat jelas, Cacil tidak menggunakan celana dalam lagi dibaliknya hingga celana training itu langsung menyelip di belahan memeknya.

Tangan Cacil meraba belahan memeknya, tubuhnya seketika bergetar. "Uhhhh..."

Entah sejak kapan ketika ia menyentuh memeknya ia tidak bisa tidak biasa-biasa saja, selalu ada gelenyar aneh yang mengalir sampai membuatnya ingin mengeluarkan desahan. Karena takut akan mengompol lagi kalau Cacil memainkan memeknya, maka Cacil langsung memilih keluar ruangan dan berkumpul di lapangan.

Cacil kembali ke kelas melewati lorong antar kelas yang dikerumuni anak-anak nakal di sekolahnya yang sedang nongkrong, Cacil menunduk dan berjalan dengan cepat sampai tubuhnya limbung ke depan karena seseorang menjulurkan kakinya dengan sengaja. Orang yang menjulurkan kakinya tersebut langsung menangkap tubuh Cacil yang ingin jatuh ke depan, namun bukan malah menahan tangannya atau perutnya, lelaki itu menahan tubuh Cacil dengan memegangi kedua tetek Cacil.

"Akhhh!"

Cacil refleks berteriak antara kaget ingin terjatuh atau kaget teteknya di pegang dari belakang. Tanpa rasa bersalah orang itu meremas tetek Cacil sebelum melepaskannya ketika Cacil sudah berdiri dengan benar.

"Kalau jalan hati-hari Cacil, berat ya bawanya sampe oleng begitu?"

Semua anak laki-laki yang ada di situ tertawa cabul.

Cacil menggigit bibir dalamnya, memeknya berkedut kembali ketika menyadari bahwa ia dilecehkan di depan orang banyak. Cacil ingin marah tapi entah mengapa justru tubuhnya bereaksi lain, seperti menikmatinya.

"Cacil ke kelas dulu."

Cacil langsung pergi diiringi siulan mesum kumpulan anak laki-laki itu, pipi Cacil memerah dan tubuhnya terasa merinding. Cacil rasanya seperti diperkosa oleh tatapan mereka, mengerikan sekali namun sungguh mendebarkan.

Cacil sudah berkumpul di lapangan, bergabung dengan teman kelasnya. Beberapa orang sedang ada yang latihan kayang untuk pengambilan penilaian nanti menggunakan matras empuk.

Tentu saja, tatapan nafsu binatang memenuhi seantreo sekolah. Tetek dan pantat Cacil yang bulat membuat siapa saja yang menepuk dan meremasnya, bahkan beberapa laki-laki sudah ada yang meremas kontolnya diam-diam, termasuk Matt.

"Cacil, udah bisa kayang?" Teman perempuannya bertanya yang dibalas dengan gelengan Cacil.

"Cacil belum bisa."

"Sama kok, ayo latihan di matras yang itu bareng aku." Perempuan itu menunjuk salah satu matras yang menganggur, Cacil mengangguk dan mengikuti temannya mengambil posisi di atas matras.

Posisi awal kayang adalah tiduran dengan tangan terangkat di atas kepala, dengan porsi tubuh Cacil yang menonjol luar biasa di salah satu tubuhnya membuatnya menjadi pusat perhatian para lelaki. Ditambah dengan berkali-kali tubuh Cacil yang jatuh kembali karena tidak bisa melakukan kayang sehingga teteknya berguncang kencang.

"Ahh Cacil nggak bisa," keluhnya.

"Coba aja lagi."

"Nggak bisa, Cacil capek. Nanti aja Cacil minta bantu sama Pak Matt."

Waktu pengambilan nilai dimulai, satu persatu teman kelasnya dipanggil untuk masuk ke ruangan untuk melakukan gerakan kayang. Namun bahkan sampai akhir nama Cacil tidak dipanggil, gadis bertubuh montok itu berpikir kalau guru olahraganya melewatkan namanya. Jadi setelah orang terakhir keluar, Cacil langsung masuk ke dalam menemui pak Matt.

"Bapak, nama Cacil kok nggak dipanggil?"

"Loh, iya kah? Ya ampun bapak lupa."

"Bapak tega lupain Cacil, utung Cacil ingetin."

Cacil dengan pikiran polosnya tidak menyadari bahwa Matt sengaja melewatkan namanya agar Cacil melakukan praktek terakhir sehingga pria matang itu bisa berlama lama dengan anak muridnya yang seksi ini. Ia sudah menunggu momen ini sedari pagi, kontolnya selalu mengeras ketika membayangkan ia akan melihat Cacil kayang.

"Yaudah Cacil ambil posisi sana di tengah-tengah matras."

Cacil dengan patuh mengambil posisi kayang dengan merebahkan tubuhnya dan menaruh kedua tangannya yang tertekuk diantara kepalanya. Matt menelan ludah, posisi Cacil seperti sangat pasrah untuk dientot. Pria itu mendekat ke Cacil. "Ayo coba angkat badannya, Cacil."

Cacil bersusah payah mengangkat badannya agar naik tetapi bahkan belum sampai ke atas tubuhnya selalu terhempas ke bawah dengan tetek yang berguncang-guncang di depan mata Matt yang sudah penuh dengan nafsu binatangnya.

"Cacil nggak bisa, pak."

"Bapak bantu ya?"

Cacil mengangguk, ia langsung konsentrasi lagi dan mengangkat tubuhnya. Kali ini berhasil karena dibantu oleh Matt, tetapi ada yang aneh dengan bantuan Matt. Tangan guru olahraga itu bukan hanya menahan punggungnya, tetapi salah satu tangannya justru menahan pantat sekalnya dengan menyelipkan ibu jari ke belahan memeknya. Dengan posisi kedua tangan dan kakinya yang menahan tubuhnya Cacil tidak bisa menjauhkan tangan Matt dari memeknya yang terbuka karena pahanya melebar seolah menyerahkan memeknya kepada Matt.

"Nghh bapak tangannya kenapa disitu..."

TBC
Lanjutannya ada di karya karsa, linknya ada di bioku. Itu link baru.

CACILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang