bagian satu || kebebasan

23 5 0
                                    

Jayrin sudah terlalu muak dengan kedua orangtuanya, dia tidak memiliki kebebasan. Dan apapun yang diinginkannya selalu di batasi. Orangtuanya hanya suka berdalih nilai itu penting. Namun, menghancurkan semua kebahagiaan yang Jayrin ciptakan.

Maka dari itu, Jayrin tidak ingin lagi melakukan yang terbaik demi orangtuanya. Dia butuh istirahat, dia juga butuh ketenangan. Kenapa harus nilai yang diutamakan. Lantas bagaimana dengan dirinya yang tidak baik-baik saja? Jayrin sudah berusaha mati-matian agar nilainya tidak turun.

Waktu itu pernah Jayrin turun peringkat dua, padahal sebelumnya dia selalu berada di peringkat pertama. Dalam setiap mata pelajaran Jayrin juga selalu unggul. Hanya karena sekali saja tidak bisa menempati peringkat satu, Jayrin mendapatkan hukuman dari ibunya. Dia tidak diperbolehkan keluar dari kamarnya, selain untuk pergi ke sekolah.

Apakah kehidupan memang seperti itu? Apakah nilai memang sangat diutamakan? Kebahagiaan pun perlu. Hanya saja hal seperti itu tidak mampu untuk Jayrin rasakan.

Pada akhirnya dia benar-benar pergi dari rumahnya, tetap bertahan di rumah yang tidak bisa dijadikannya tempat berpulang. Hanya akan membuatnya semakin tertekan, Jayrin menginginkan kebebasan. Bukannya terus berada dalam tekanan.

"Kau yakin bakalan kabur dari rumah? Terus adikmu bagaimana?" tanya Kitar merasa sangat kasihan pada temannya itu.

"Aku tidak bisa memikirkan yang lain, yang terpenting aku bisa tenang."

Kitar tidak lagi mengatakan sepatah katapun, seharusnya dia lebih mengerti keadaan Jayrin. Dia bukannya tidak peduli pada adiknya sendiri, barangkali dia perlu ketenangan. Yang membuatnya terbebaskan dari tekanan batin yang menyakitkan.

Lagian mana mungkin Jayrin benar-benar meninggalkan adiknya sendiri. Mereka sudah lama menderita bersama, maka Jayrin pasti paling paham mengenai luka adiknya. Jika Jendri ditinggalkan olehnya, maka semuanya pasti tidak akan baik-baik saja.

"Kau boleh tinggal di rumahku kok, lagian mama sama papa jarang pulang ke rumah. Adekku juga pasti ngizinin," kata Kitar yang membuat Jayrin memiliki tempat untuk tinggal sementara.

Jayrin memang belum memiliki tujuan akan pergi kemana, dia asal pergi saja dari rumah. Tanpa memikirkan kemana dirinya akan pergi. Beruntungnya Jayrin memiliki seorang teman, yang akan membantunya dalam setiap hal.

Seperti sekarang contohnya, Kitar tidak tinggal diam saja Jayrin tidak memiliki teman untuk tinggal. Apa salahnya juga jika Kitar memintanya untuk tinggal bersama. Lagian Jayrin pasti akan berbaikan dengan kedua orangtuanya. Dan membuatnya memiliki keinginan untuk tinggal bersama mereka lagi.

"Kak kenapa pulangnya lama? Aku kan tidak suka di rumah sendirian," kata Kianti yang membukakan pintu saat Kitar mengetuknya beberapa kali. "Oh lagi bareng sama kak Jayrin. Ya udah masuk ke dalam lah."

Sudah Kitar duga, adiknya itu selalu memperlakukan Jayrin dengan baik. Bukan karena dia menyukainya, Jayrin hanyalah seseorang yang sempat dikaguminya karena kepintarannya itu. Mau bagaimanapun, adiknya memang sudah lama mengagumi Jayrin.

Tapi sekali lagi, Kianti tidak menyukai Jayrin. Mereka memang sering bertemu, itu pun karena Jayrin berteman dekat dengan kakaknya. Bisa dikatakan jika Kianti adalah seorang fans yang sukses.

Di sekolah juga sampai membuat klub untuk Jayrin. Perkumpulan para pengagum Jayrin Sahardan. Mengingat hal itu membuat Kitar merasa kesal. Mereka hanya mengagumi kepintaran dari Jayrin, sampai-sampai mereka beranggapan kehidupan Jayrin pun sempurna.

"Kak, aku buatkan makanan apa nih?" tanya Kianti yang memang tidak tahu makanan favorit Jayrin.

"Masak yang ada saja."

Kianti pun tersenyum manis, sulit memang untuk bertanya pada kakaknya. Yang terpenting apapun yang dimasak nantinya, akan di makan oleh Jayrin.

Saat Kianti menyiapkan makan malam, Kitar langsung duduk di dekat Jayrin. Menatap anak itu dengan lekat, dan menggenggam tangannya yang terasa dingin.

"Apa akan baik-baik saja?" tanya Kitar dengan lemah lembut. Takut-takut jika perkataannya bisa menyinggung perasaan Jayrin nantinya. "Besok kau bisa pakai seragam sekolahku kok, sekalian aku minta sama Jendri buat ngemasin barang-barangmu."

"Aku memang tidak tahu akan baik-baik saja atau tidaknya. Aku hanya ingin tenang sekarang, sukamu saja apa yang ingin kau lakukan. Aku tidak memiliki keinginan untuk hidup," kata Jayrin yang tatapannya benar-benar kosong.

Mendengar apa yang Jayrin katakan, membuat Kitar emosi. Dia boleh merasa tertekan karena selalu dipaksa untuk sempurna. Tapikan tidak harus menjadikan kematian sebagai penyudahan.

"Jangan mengatakan hal-hal tentang kematian. Itu tidak lucu, apalagi bukan pembenaran," lirih Kitar memejamkan matanya, dia berusaha untuk tidak melampiaskan amarahnya saat ini.

Tidak ada sepatah katapun lagi yang keduanya ucapkan. Setidaknya untuk saat ini, Jayrin memiliki tempat untuk tinggal. Dia akan berusaha keras untuk bisa menghasilkan uang sendiri. Hidup bersama keluarganya tidak membuatnya merasa bebas.

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

"Apa kakakku baik-baik saja di rumahnya kak Kitar?" tanya Jendri yang dari kemarin malam mengkhawatirkan kakaknya.

Kitar yang memutuskan untuk menemui Jendri di kelasnya pun, langsung saja mengatakan apa yang ingin dikatakannya saja. Kemudian Jendri masih saja mempertanyakan tentang keadaan kakaknya. Dia bahkan tidak berani untuk menemui kakaknya sendiri, takut jika ketenangan kakaknya di ganggu olehnya.

Kemudian Kitar pun mengelus puncuk rambut Jendri seperti biasanya. Dia jadi tidak tega melihat Jendri seperti ini. Seandainya Jendri tahu, bahwa Jayrin saja mengkhawatirkan keadaannya sendiri. Dia tidak seperti Jendri yang justru menanyakan keadaan kakaknya.

"Jangan khawatir ya, semuanya akan baik-baik saja. Kakakmu aman sama kakak, kau lebih baik pikiran keadaanmu sendiri. Tolong ya Jendri, dan janji sama kakak kalau kau tidak kenapa-kenapa," ucap Kitar mencoba menenangkan Jendri saat ini.

Hanya senyuman tipis yang terukir di balik bibir Jendri. Sudah Kitar duga juga, jika Jendri pasti akan seperti itu. Dia tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan kakaknya, sampai-sampai dia tidak peduli pada dirinya sendiri yang terluka.

"Besok pagi-pagi kakak langsung ke rumahmu, ibu sama ayahmu pasti udah berangkat kerja kan?"

"Iya mereka sekarang jarang pulang ke rumah. Aku akan mengemasi barang-barang kakak sepulang sekolah nanti. Kak aku minta tolong sama kakak juga, pastikan kakakku baik-baik saja ya. Setidaknya dia benar-benar bisa merasa tenang, aku tidak apa-apa jika dia bebas," kata Jendri dengan sangat tegar sekali.

Padahal dia pasti menginginkan hal yang sama, akan tetapi dia masih memutuskan untuk berada di tempat awalnya. Tidak beranjak sama sekali, dan menyiksa dirinya agar menjadi sempurna.

"Jadilah anak yang kuat, Jendri. Bukan seorang anak yang sempurna dalam hal apapun. Manusia kan tidak sempurna," Kitar hanya bisa mengatakan hal seperti itu, setidaknya perkataan darinya itu bisa membantu Jendri baik-baik saja.

Usai mengatakannya kitar langsung saja pergi, dia tidak memiliki banyak waktu. Karena rapat osis yang menganggu pikirannya itu, membuat Kitar terburu-buru. Dia merupakan wakil ketua OSIS, di saat rapat seperti ini Jayrin justru tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Bisa saja kan hal yang tidak menyenangkan terjadi. Maka Kitar pun hanya bisa terfokuskan pada satu orang saja. Bukan karena dia tidak peduli pada Jendri.

"Jayrin memang memiliki kebebasan sekarang, tapi bagaimana dengan Jendri. Ayolah Kitar kau harus bisa adil pada mereka," katanya sambil menepuk kedua pipinya dengan kuat.

Bahkan dalam keadaan seperti ini, Kitar masih saja memperdulikan kakak beradik itu. Mereka memang tidak memiliki ikatan keluarga. Hanya saja, Kitar tidak tinggal diam. Dia yang mengetahui banyak hal yang terjadi, membuatnya merasa jika dia pun harus ikut andil dalam keadaan apapun.

◑ ━━━━━ ▣ ━━━━━ ◐
To be continued ☘️

Bisa menuliskan cerita seperti ini aja aku udah seneng. Nggak apa-apa kalau pembacanya sedikit, satu pembaca yang bisa menghargai tulisanku pun. Aku beneran bersyukur banget. Kan lebih enak juga kalau berdamai sama keadaan❤️‍🩹

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penyesalan Terbesar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang