part 6( Tugas dari Beliau )

50 5 2
                                    

Di dalam mansion yang sepi dan megah, seorang asisten berjas hitam dan kemeja putih berjalan tergesa-gesa melalui koridor panjang. Suara langkahnya menggema di dinding yang gelap, menciptakan suasana mencekam

Setelah sampai di depan sebuah ruangan dengan pintu yang menjulang tinggi, ia mendorongnya hingga terbuka.

Begitu pintu itu terbuka, suasana mewah langsung menyambutnya. Di dalamnya terdapat furniture yang sangat bernilai, dari sofa kulit mahal hingga lampu kristal yang berkilau, semua seolah menegaskan kekayaan yang berlimpah

Asisten itu melangkah mendekat ke meja kerja, matanya tertuju pada sosok yang duduk membelakangi.

“Permisi, Tuan,” ucapnya sambil membungkuk sedikit. “Ada yang ingin bertemu dengan Anda di ruang tengah.”

Namun, orang itu hanya melambaikan tangannya, memberi isyarat agar asisten itu keluar dari ruangan.

Tanpa berkata lebih, sang asisten merasakan ketegangan yang semakin menguat, sebelum akhirnya mundur dan menutup pintu dengan lembut.

Orang tersebut beranjak dari meja kerjanya, melangkah menuju meja kecil di sudut ruangan yang memuat sebotol minuman berwarna kuning pekat.

Dengan tenang, ia menuangkan segelas minuman itu, mengamati warna cerahnya sejenak. Setelah merasa puas, ia meneguknya sebelum bersiap menemui tamunya, menambah kepercayaan dirinya dalam menghadapi pertemuan yang mungkin penuh intrik.

Dengan tangan kanan menenteng jas hitam, ia meninggalkan ruangannya.

Sesampainya di ruang tengah, ia melihat seorang pria berpakaian jas formal, tampak seperti pejabat pemerintah.

Ketika sang tamu melihat pemilik mansion berdiri di depan pintu, ia segera berdiri dan mengulurkan tangan.

“Tuan Andrian…!”

Namun, Tuan Andrian hanya menatapnya dengan dingin, sama sekali tak membalas uluran tangan itu. Keheningan menggelayuti suasana, menciptakan ketegangan di antara mereka.

''Tak perlu basa-basi lagi, Tuan Asram! Langsung saja, apa maunya Anda!?" ucap Tuan Andrian, dengan tangan kanannya dimasukkan ke saku jas.

Suara tegasnya memecah keheningan, menegaskan ketidak nyamanan yang terpendam di antara mereka.

Tuan Asram terlihat terkejut, namun segera meraih kembali kendali, siap menjelaskan maksud kedatangannya.

"Ekhm... ya, seperti biasanya!" jawab Asram sambil mengulas senyum, berusaha mencairkan suasana tegang.

Ardian menatap tajam Asram Magetanu, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan.

Tanpa membuang waktu, ia mencengkeram kerah jas Asram dengan kasar, menariknya mendekat. "Jangan coba bermain-main dengan saya, tuan" katanya dengan suara rendah namun penuh ancaman

Akibat cengkraman Ardian yang begitu kuat, wajah Asram seketika berubah pucat, dan ia hampir kehabisan napas.
Matanya melotot, menunjukkan rasa panik yang tak bisa ditutupi.

Dalam keadaan terdesak, ia berusaha berbicara, suara kelu dari tenggorokannya,

"Tuan Ardian, tenanglah… kita bisa bicarakan ini."

Ardian lantas mendorong tubuh Asram dengan kencang, yang membuat sang empu terhuyung jatuh keatas sofa.

Ardian yang terlanjur emosi mulai mengungkit kejadian yang hampir membuatnya masuk bui.

"Anda ingat, Tuan Asram? Ketika anda berjanji untuk menjamin kelancaran bisnis saya setelah anda terpilih di parlemen!" Suaranya menggelegar, setiap kata menambah tekanan di ruangan.

Runcing Ke Bawah (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang