part7 (Pelukan di Saat Sulit)

58 5 0
                                    


Cilla mengerutkan dahi, suaranya bergetar. "Kamu nggak papa, kan? Aku… aku khawatir banget. Ada yang luka? Tolong jangan bilang, ada yang parah!" Wajahnya terlihat pucat, dan matanya membesar penuh kekhawatiran.

“Cilla, tenanglah. Ini tidak seburuk yang kamu pikirkan,” katanya dengan suara lembut.

Cilla menatap Lena dengan tajam, suaranya mengandung nada kesal. “Lena, ini bukan hal sepele! Luka di lehermu bisa berbahaya,” tegurnya

Namun, Lena hanya tersenyum, memperlihatkan gigi gingsulnya yang membuat wajahnya semakin manis.

“Terus gimana? Apa Kak Revan tahu kalau kamu jadi korban peristiwa tadi pagi?” tanya Cilla, nada suaranya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.

Lena menganggukkan kepala perlahan. Luka di lehernya membuatnya sulit bergerak bebas.

“Tau! Justru dia yang menyelamatkan aku saat disandera,” terang Lena kepada Cilla. Mendengar itu, Cilla langsung mengangguk, rasa lega dan bangga terlihat di wajahnya.

Tak berselang lama, terdengar suara ketokan pintu dari luar kamar rawat Lena. Cilla segera bergegas membuka pintu, dan terlihat Revan yang masih mengenakan seragam dinas kepolisian. Di tangannya, ia membawa satu bungkus bubur ayam hangat untuk Lena.

“Eh… Cilla! Udah lama?” tanya Revan sambil melangkah masuk ke ruang rawat Lena.

“Enggak kok, Kak! Baru aja!” jawab Cilla cepat.

Revan menoleh dan menganggukkan kepala, lalu meletakkan bubur ayam kesukaan sang adik di atas meja nakas. Dia mendekat kepada Lena yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.

“Gimana rasanya? Sudah lebih baik?” tanyanya dengan nada lembut, khawatir akan kondisi adiknya.

''Sudah mendingan kok, kak! Dokter bilang hari ini aku udah dibolehin pulang.''

Mendengar hal tersebut membuat Revan merasa senang, sekaligus bahagia karena, sang adik sudah diperbolehkan untuk pulang.

“Syukurlah, kalau hari ini udah dibolehin pulang,” katanya sambil mengelus pucuk kepala Lena.

“Yaudah kalau gitu, kakak urus dulu administrasinya, ya!” Ia tersenyum, bertekad untuk segera membawa Lena kembali ke rumah.

Revan lantas beranjak pergi guna mengurus biaya administrasi. Sebelum pergi, Revan meminta Cilla untuk menemani Lena,sebentar.

Revan lantas pergi meninggalkan kedua gadis itu didalam ruang rawat.

Lena yang merasa lapar meminta tolong kepada sahabatnya, “Cilla, bisa ambilkan bubur yang ada di atas nakas?”

Cilla segera mengambil bungkusan bubur ayam itu dan memberikannya kepada Lena.

“Beruntung banget ya kamu, Len, punya abang seperti Kak Revan,” katanya sambil memberikan kantong plastik yang ia pegang pada Lena.

Lena tersenyum, mengangguk setuju. “Iya, aku tahu dia selalu ada untukku. Tapi gua juga kasihan kalau ngeliat dia.'' Lena yang tengah membuka kantong plastik.

Cilla menatap Lena dengan bingung, mencari penjelasan lebih lanjut. ''Kasihan!? Kasian kenapa?"

''Kan lo tau, kakak gua di kepolisian dibagian apa!.''

Cilla mengangguk, mulai memahami perasaan Lena. "Oh, jadi kamu khawatir tentang dia, ya? Dengan semua yang terjadi belakangan ini."

Lena mengangguk, "Iya, aku cuma merasa berat. Dia sering pulang larut dan kadang bawa cerita yang bikin aku cemas."

Cilla menepuk punggungnya. "Kamu harus dukung dia, tapi jangan lupa jaga diri sendiri juga."

Seketika, air mata menetes dari sudut mata Lena. Tubuhnya bergetar, napasnya tak teratur.

Runcing Ke Bawah (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang