Prolog (VERSI BARU)

249 34 6
                                    

Welcome to Darling's Wonderland~

Sine Qua Non;

noun: an essential condition; a thing that is absolutely necessary.

Genre: Mature, A lil bit humor, politic, drama, complicated family, imperfect character, political marriage, harsh words, and etc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genre: Mature, A lil bit humor, politic, drama, complicated family, imperfect character, political marriage, harsh words, and etc.

-

-

Dapur menjadi tempat untuk mengeksplorasi masakan, mencicipi setiap sentuhan tangan yang berani mencoba menuangkan ide-ide tergila mengenai cita rasa. Tapi dapur bisa digunakan untuk hal lain yang lebih mendebarkan seperti halnya bercinta. Tidak banyak yang menjadikan dapur tempat untuk memuaskan hasrat, kecuali mereka menyukai tantangan bercinta di mana pun.

Kala itu Tiasa sedang menyiapkan makan malam, memasak spaghetti carbonara yang dia bisa untuk mengisi kelaparan saat tengah malam menyapa. Para pekerja rumah tangga sudah tidur, Tiasa tidak berani membangunkan dan memilih memasak sendiri dengan tangannya yang termasuk payah dalam persoalan masak-memasak. Kegiatannya berubah menjadi lautan desah tanpa henti saat dengan tiba-tiba Wibawa menggagahinya dari belakang. Tanpa permisi, tanpa peringatan, dan tanpa aba-aba.

Sebelumnya mereka sudah bercinta di kamar lima belas menit yang lalu, tapi Wibawa belum puas juga dan melanjutkan fantasi liarnya di tempat yang berbeda. Tiasa tidak bisa menolak ketika hujaman demi hujaman dilakukan, membuat tubuh dan kakinya bergetar akibat gerakan tidak beraturan itu. Tiasa sampai mematikan kompor, menunda spaghetti yang sudah selesai direbus dan mendiamkan di dalam panci sampai bentuknya hampir bengkak.

"Can we stop now?" Tiasa memohon dalam napas tersengal-sengal. Miliknya terasa panas dan bengkak akibat rentetan hujaman yang dilakukan suaminya selama dua jam belakang. "Gue laper. Kita bisa lanjut lagi nanti..."

"Kamu bisa makan nanti. This won't take long."

"Please?"

"Shut your mouth and just enjoy it."

Andai saja ada yang melihat kegiatan mereka di dapur sekarang, orang-orang bisa melihat betapa pasrah dan muak wajah Tiasa sekarang. Tiasa dibuat mendesah tanpa akhir, dibuat klimaks berulang kali, dan dibuat kelelahan tanpa jeda. Wibawa menggunakan tubuh Tiasa seolah-olah mesin pemuas nafsu tanpa kenal waktu, tempat, dan tanpa penolakan.

Tiasa cuma bisa menerima ketika Wibawa menarik rambutnya ke belakang seiring hujaman yang lebih kuat dan dalam. Tubuh Tiasa semakin membungkuk, tangannya bertumpu pada meja dapur marmer yang bersih dari barang-barang. Piyama yang dipakai Tiasa sudah tidak berbentuk, terlalu lecak akibat remasan dari tangan Wibawa saat berusaha menyentuh dadanya dari luar. Celana piyama yang dipakai Tiasa masih melingkar di kakinya, tidak sempat disingkirkan karena Wibawa tidak sabar.

Wibawa memukul bokong sintal Tiasa dengan kasar, menambah setiap jejak merah yang tertinggal akibat pukulannya. Wibawa memasukkan jari-jarinya ke dalam mulut Tiasa, memaksa untuk dikulum sambil terus bergerak semaunya. Tangan kiri Wibawa yang besar dan kokoh beralih pada leher Tiasa, mencekiknya dengan hasrat yang menggebu-gebu. Tidak sampai menyakiti Tiasa, hanya cekikan penuh nafsu yang biasa dilakukan.

Begitu Wibawa mencapai pelepasan, Tiasa tidak sanggup lagi berdiri. Kakinya gemetaran, peluh membanjiri wajah, tubuhnya merosot jatuh, dan napasnya terengah-engah. Tiasa tidak peduli lagi ketika bukti gairah suaminya jatuh membasahi celana piyama. Tiasa hanya ingin beristirahat. Tiasa menyandarkan keningnya pada kabinet, mengatur napasnya sebentar dan tiba-tiba Wibawa berjongkok dan menarik kepalanya mendekat.

"You can't leave me until we have kids," bisik Wibawa.

Bisikan sialan itu membuat Tiasa menyesal sudah membuat perjanjian yang merugikan dirinya. Iya, jika salah satu ingin bercerai, maka pihak yang akan ditinggalkan boleh meminta apa pun dan tidak boleh ditolak pihak yang ingin bercerai. Juga, terdapat klausul mengenai perceraian-- yang isinya mengajukan perceraian sepihak akan dikenakan sanksi dengan memberi uang dua miliar kepada pihak yang digugat cerai. Tiasa pikir klausul itu tidak akan berguna mengingat dialah pencetus uang dua miliar itu. Ternyata Tiasa sudah cukup muak bertahan di bawah payung pernikahan bagai neraka selama empat tahun. Parahnya lagi Wibawa meminta anak, sedangkan Tiasa yang membenci anak kecil terpaksa menuruti demi kebebasannya untuk bercerai.

"Bastard!" umpat Tiasa.

"I know." Wibawa memegang dagu Tiasa, menatapnya tajam. "You shouldn't have asked for a divorce if you didn't want it to be like this, Sweetie."

Tiasa menepis tangan Wibawa sampai tersingkir darinya. "You piece of shit."

Menatap tajam penuh kebencian, Tiasa tetap mengatur napasnya yang belum normal seperti semula. Sejak keputusan Tiasa ingin bercerai dua bulan yang lalu, hari-harinya berubah menjadi neraka yang lebih panas. Tiasa kesulitan lepas dari Wibawa yang senang mengontrol.

Mungkin sudah saatnya Tiasa mencari cara lain. Dia tidak mau diperlakukan seperti barang.

Hai! Sepertinya aku akan pakai prolog yang ini hehe<3 lebih better kan?

Leave your comment below🫶

Instagram: darlingeverly27

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sine Qua NonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang