Maaf Ma!

4.3K 14 0
                                    


#4

Maaf Ma!


Sebelum memulai kerja, seperti biasanya aku santai dulu. Kuseruput kopi buatan mama dengan nikmat. Biasanya aku buat sendiri, karena istri sudah berangkat. Kunikmati pagi ini sebelum berkutat lagi dengan coding di laptop.

Sambil menghisap rokok Sampoerna Mild, ku-scroll Instagram. Tak berselang lama, terdengar suara guyuran air di kamar mandi. Mama mulai mandi nampaknya.

Aku jadi langsung terbayang tubuh mama dalam keadaan telanjang di kamar mandi. Pikiran kotorku pun mulai muncul lagi. Bisikan syetan seperti terdengar di telingaku untuk mendekat ke kamar mandi.

Ah, kenapa dengan diriku ini. Libidoku jadi naik lagi ketika mendengar mama mandi. Aku pun berjalan pelan-pelan ke kamar mandi, jangan sampai mama mendengar suara langkah kakiku.

Aku sudah tepat di depan pintu kamar mandi. Kutengok bak baju kotor, di sebelah pintu kamar mandi, kulihat ada CD warna merah muda. Aku langsung yakin lagi itu CD milik mama. Kuangkat CD tersebut, benar ukurannya besar, bukan milik istriku.

Kucium aroma CD itu, wanginya langsung tambah meningkatkan libidoku. Mama benar-benar selalu merawat vaginanya, sampai aroma wanginya masih lengket di CD.

Aku jadi ingin onani lagi seperti semalam. Tapi kali ini, kuberanikan diri onani di depan pintu kamar mandi. Biar sensasinya bertambah lagi. Aku jadi lebih terasa dekat dengan mama. Bisa lebih membayangkan tubuhnya telanjang dengan jelas.

Kutempelkan CD mama di hidungku, pas di bagian vaginanya. Aromanya makin kuat ketika kuhirup. Seperti merasuk dalam kepalaku. Penisku jadi berdiri.

Kupelorotkan celana pendekku sampai di lutut. Aku tidak pakai CD. Penisku langsung mengacung ke depan. Kupegang dan mulai kuurut pelan-pelan.

Kututup mataku, membayangkan tubuh mama telanjang sedang mandi. Suara shower bikin bayangan mama tambah terasa nyata.

Selanjutnya kukocok penisku sambil membayangkan sedang menyetubuhi mama dalam kamar mandi. Kubayangkan mama sedang menungging, lalu dari belakangnya, penisku masuk dalam vaginanya.

Mataku masih terpejam. Kukocok penisku lebih cepat, membayangkan penisku keluar-masuk dalam vagina mama.

"Sssshhh.... ahhhhh...." aku mendesah sangat pelan. Sensasi onani kali ini sangat nikmat sekali.

Namun beberapa menit kemudian...

"Radit!!!"

Bayanganku sedang menyetubuhi mama seketika buyar. Tanganku juga langsung berhenti mengocok penisku.

Mataku langsung terbuka.

Mama ada di hadapanku dalam kondisi telanjang. CD mama masih berada di hidungku. Kemudian segera kusingkirkan dari hidungku.

"Maaf ma..." kata itu yang pertama terucap dari mulutku.

Aku langsung panik. Kulempar CD mama dalam bak baju kotor. Segera aku pergi dari situ.

"Maaf ma..." ucapku lagi, sambil membetulkan celana pendekku, lalu pergi ke kamar.

Sial. Aku benar-benar syok dan malu, mama tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Padahal kudengar suara shower masih berbunyi.

Tidak hanya kaget, perasaanku jadi campur aduk. Apa yang akan terjadi setelah ini.

Kututup pintu kamar. Aku tidak tenang dengan apa yang terjadi barusan. Bagaimana cara aku menjelaskan ke mama? Bagaimana caraku minta maaf ke mama? Bagaimana jika mama marah? Bagaimana jika mama cerita ke Agnes? Aku jadi panik di kamar.

Isi kepalaku terus berkecamuk hingga siang hari. Aku jadi tidak fokus melanjutkan project-ku. Aku tidak berani keluar kamar.

Sampai akhirnya aku kebelet kencing, tak bisa menahannya lagi. Aku harus ke kamar mandi. Akhirnya kuberanikan diri keluar kamar. Di depan pintu, kutengok tidak ada mama. Lalu aku berjalan ke arah kamar mandi, kulihat pintu kamar tertutup. Mungkin mama di dalam. Aku lega. Segera aku masuk ke kamar mandi.

Saat kencing, tiba-tiba aku teringat tubuh mama yang sedang telanjang tadi di hadapanku. Bayangan mama tadi seakan hilangkan sejenak ketakutanku atas kejadian tersrbut.

Meskipun tadi aku hanya sekilas melihat tubuh mama yang telanjang. Tapi aku seperti bisa mengingatnya dengan detail. Tubuh mama memang putih dan mulus, seperti istriku.

Payudara mama terbilang besar, lebih besar dari punya istriku. Meskipun payudara mama sudah mulai kendur. Tapi kulitnya masih kencang. Sementara putingnya sudah menghitam.

Paha mama juga putih mulus dan besar, tapi lagi-lagi masih kencang. Seperti tidak kelebihan lemak. Perut mama juga tidak terlalu buncit seperti ibu-ibu seusianya.

Sedangkan vagina mama, kulihat sekilas tadi ditumbuhi rambut di sekitarnya, namun tak terlalu panjang. Bentuk vaginanya kurang terlihat jelas, karena tertutup paha dan jembutnya.

Selesai kencing aku cepat-cepat kembali ke kamar. Aku masih menghindari ketemu mama dulu. Rasa khawatir pun kembali muncul, takut mama sudah bilang ke istriku. ***

Kasih Sayang Mama MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang