#3
Selamat Pagi
Seperti biasa aku bangun sekitar pukul 7. Kutengok sudah tidak ada Agnes di sampingku. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar, menuju kamar mandi.
"Eh, enak ya bangun jam segini?" celetuk istriku, ketika aku melintas di meja makan. Istri dan mama sedang sarapan bersama.
"Tadi malam habis lembur," kataku, membela diri di hadapan mama.
"Biasanya, juga bangun jam segini walapun nggak lembur. Haha. Jangan gara-gara ada mama jadi punya alasan bangun siang, Haha" kata istriku, sambil tertawa.
Mama hanya tersenyum saja mendengar obrolan kami. Dia sudah terbiasa dengan aku dan Agnes yang kerap berdebat kecil, tapi dalam konteks bercanda.
"Sudah, ayo sarapan bareng," kata mama.
"Iya ma," jawabku.
Setelah dari kamar mandi, aku bergabung ke meja makan.
"Ini pasti mama yang masak, bukan kamu," ucapku.
"Hmmmm.... aku yang masak, tanya aja mama," bantah istriku.
"Mentang-mentang ada mama, jadi mama yang masak," kataku, sambil mengambil nasi.
"Dibilangin aku yang masak, gak percaya," kata Agnes, sambil menyendok nasi dari piringnya.
"Udah-udah, ayo makan. Tadi mama masak bareng sama Agnes," kata mama.
"Paling bantu masak air aja ya ma? Haha," ujarku.
"Sayang ini, dibilangin gak percaya. Terserah deh..." istriku menyerah, tak mendebatku lagi.
"Haha...." aku hanya bisa tertawa dan mulai makan.
"Enak ya punya menantu, jam segini baru bangun langsung makan," istriku mengajak debat lagi.
"Ya untungnya punya mama mertua yang baik dan pengertian. Gak akan marah punya menantu kayak aku. Iya kan ma? Haha" ucapku.
Mama hanya tersenyum mendengar ucapanku.
"Ayo segera makan, jangan bertengkar terus," ujar mama.
Mama mertua memang orang yang baik dan suka bercanda. Dia juga sangat perhatian kepada kami.
Kami pun lanjut makan. Tidak ada suara sejenak. Namun tiba-tiba mama membuka obrolan lagi.
"Eh, maaf mama tanya ini. Kalian masih belum pingin punya momongan?" tanya mama.
Aku terdiam. Tak menjawab. Aku hanya melirik ke arah Agnes. Kuharap dia yang menjawab pertanyaan mama.
"Mau lah ma. Tapi masih belum aja," kata istriku.
"Nunggu kapan?" tanya mama lagi.
Istriku balik melirik ke arahku.
"Tanya Radit aja ma," ujar istriku.
Mama pun melihat ke arahku sekarang. Aku berhenti mengunyah makanan.
"Loh, kok jadi aku? Aku sudah pingin banget punya anak ma sejak awal nikah," kataku.
"Sudah-sudah. Mama tanya saja. Lanjut makan," kata mama.
"Tuh sayang, dengar, mama pingin cucu dari kita," ucapku.
"Eh, aku juga pingin punya anak. Siapa bilang gak pingin punya anak," istriku membela diri.
"Sudah-sudah, jangan dibahas lagi," pinta mama.