SPARKS

140 14 1
                                    

warn! local-fanfic, or etc; semi-baku.

Jiandra Kaluna namanya, gadis yang kerap disapa Jian itu duduk menyendiri di salah satu meja kantin, matanya sesekali menoleh pada segerombolan mahasiswa yang sibuk bercengkrama di ujung meja, suara heboh yang ditimbulkan tak jarang menarik perhatian, baik dari orang-orang yang sekedar melintas maupun singgah seperti dirinya.

Menonton sekumpulan anggota BEM bukanlah hal bermanfaat yang patut dilakukan, terlepas dari teman-temannya yang sering merumpi terkait aktivis kampus yang katanya sangat attractive sehingga layak untuk dilihat.

Jian terlalu malas untuk itu— Setidaknya sampai sebulan terakhir, saat salah seorang dari mereka menyapa Bagas— teman dekatnya yang juga merupakan anggota BEM— dan turut melemparkan senyum padanya.

Jian tahu kalau pria itu hanya menunjukkan formalitas sebagai teman Bagas, namun entah mengapa senyuman manis itu mampu mengusik pikirannya.

Saat itu, untuk pertama kalinya Jian merasakan cinta pada pandangan pertama, pada seorang kakak tingkat yang memiliki wajah dan senyum seperti malaikat—menurutnya, Hanan Yudhistira namanya.

"Bengong mulu ntar kesambet."

Sebuah tepukan sontak mengejutkan Jian yang semula sibuk pada nostalgia indahnya. Dihadapannya kini berdiri sosok Bagas yang langsung menaruh tasnya di atas meja.

"Udah nongkrongnya?" tanya Jian dengan senyum jahil.

Bagas mendengus sebal.
"Nongkrong pala lu kotak," ucapnya sewot.

Jian terkikik geli, memperhatikan Bagas yang mulai menyamankan diri pada bangku dihadapannya.

"Lagian rapat kok di kantin, mana heboh banget lagi," komentar Jian, bercanda.

"Judulnya suka-suka bang Dewa, alias gue ngikut aja dah," seru Bagas seraya mengeluarkan laptop dari dalam tasnya kemudian menyerahkannya pada Jian.

"Cek dulu Ji, kalo ada yang salah nanti gue benerin."

Tanpa banyak memprotes, Jian segera menerima laptop milik Bagas. Tentu saja karena memang itulah tujuan awalnya, alasan dirinya repot-repot menunggu anggota BEM menyelesaikan rapat.
Mereka memiliki tugas kelompok yang mau tidak mau harus segera diselesaikan karena akan dipresentasikan esok hari.

"Gaya bener orang sibuk, abis rapat langsung kerja kelompok."

"Bantuin bang, IPK lo kan 10."

"Buset, pinter banget yak gue."

"Pinternya menembus luar angkasa."

"HAHAHA!"

Jian tidak terlalu mengindahkan ocehan-ocehan disekitarnya, gadis itu tentu tahu siapa pelakunya. Namun, ia memilih untuk menyibukkan diri karena mereka memang tidak akrab selain hanya saling tahu nama satu sama lain.

"Serius banget, Ji."

Tanpa diduga seseorang duduk di sebelah Jian, gadis itu sontak terperanjat, mengetahui dengan jelas suara familiar yang mengalun didekatnya.

Itu Hanan.

"E-eh hehe, iya nih kak Han."

Jian tersenyum kikuk, menoleh pada Hanan yang tersenyum manis seperti biasanya, segera saja gadis itu mengalihkan pandangan sebelum jantungnya meloncat keluar dari tempatnya.

"Kalo gitu gue duluan."

"Gue juga, semangat nugasnya!"

"Bye Jian, kalo Bagas bandel pukul aja."

1OO4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang