BAB 25: UNGKAPAN

4.2K 850 83
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Giwa membuka ruang kerjanya Gerald dengan perlahan. Gadis itu mengintip sebelum benar-benar masuk.

"Masuklah," ucap Gerald yang melihat kalau Giwa mengintip. 

Giwa tersenyum mendengar ucapan Gerald, lalu gadis itu membuka pintu ruang kerja Gerald dan masuk ke dalamnya. Saat melihat Gerald yang tengah duduk fokus pada layar komputernya Giwa terpana dalam beberapa saat, mengagumi wajah rupawan Gerald yang benar-benar tidak bisa ditolak pesonanya. Apalagi kacamata yang dipakai, semakin membingkai sempurna wajah laki-laki itu. 

Sadar jika diperhatikan, Gerald pun melirik kearah Giwa dan melambaikan tangannya meminta gadis itu mendekat. 

"Kenapa?" tanya Gerald pada Giwa. 

Giwa berjalan mendekat kearah Gerald, sambil membawa segelas jus di tangannya. 

"Farel mana?" tanya Gerald lagi. 

"Tidur siang." Jawab Giwa sambil meletakkan jus yang dia bawa di depan Gerald. Meminta laki-laki itu mencicipinya. 

"Mau pulang sekarang?" tanya Gerald lagi. Namun, Giwa langsung menggeleng. Dia berjalan kearah sofa santai di ujung ruangan. Memperhatikan Gerald dari tempatnya duduk adalah sudut yang tepat untuk menikmati ciptaan tuhan yang terpahat sempurna itu. 

"Pak Gerald tidak kembali ke kantor?" tanya Giwa saat melihat Gerald masih ada di rumah. Padahal ini masih jam kerja. 

Setiap memanggil Gerald, Giwa salalu merasa sedikit aneh. Apa hanya pemikirannya sendiri atau memang aneh panggilannya untuk Gerald. Mereka sudah menjalin hubungan kan, apa tidak ada panggilan yang lebih bagus untuk menggantikan kata 'Pak' disana. 

"Kenapa melamun?"

Giwa langsung tersadar dari lamunannya. Dia lalu bangun dari duduknya, ingin melihat apa yang sedang dikerjakan oleh Gerald. 

"Ini rahasia perusahaan, harusnya kamu tidak boleh lihat." Ucap Gerald saat Giwa melihat layar monitornya. 

Giwa langsung terkekeh pelan, bahkan jika dia mau dia bisa memiliki yang lebih dari apa yang ada di layar monitor milik pria itu. Bukan sombong, tapi dia cucu keluarga Collin apa yang tidak bisa dia dapatkan. 

"Mau duduk Pak," pinta Giwa pada Gerald. 

Laki-laki itu langsung menunjuk kursi di seberang mejanya yang langsung dijawab sebuah gelengan oleh Giwa. 

Dengan beraninya Giwa kembali duduk di pangkuan Gerald, untungnya laki-laki itu tidak protes sama sekali. 

"Marah tidak?" tanya Giwa pada Gerald. 

Namun, Gerald langsung menggeleng pelan. Tidak marah, mungkin hanya sedikit mengganggu saja. 

Tanpa sungkan Giwa duduk dengan santai disana, menikmati wajah Gerald yang tengah fokus dengan pekerjaannya. 

Gerald menatap Giwa dengan teduh, jujur dia akui perasaanya mulai tumbuh pada gadis di pangkuannya itu. Tapi bagaimana selanjutnya, Gerald masih berusaha mengontrol perasaanya sendiri.

"Sayang tidak sama aku?" Tanya Giwa lagi.

Gerald hanya mengangguk pelan lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Dengan santainya Gerald menggerakkan jari-jarinya untuk mengetik sama sekali tidak terganggu dengan keberadaan Giwa di pangkuannya.

"Abang, Mas atau A'a?" Tanya Giwa dengan tiba-tiba.

Gerald yang sedikit bingung langsung menoleh. Apa maksudnya.

"Pak Gerald mau tidak panggil aku sayang?" Tanya Giwa lagu dengan sedikit merengek.

"Kenapa memangnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STORY OF GIWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang