0 Prolog

132 16 0
                                    

"Dokter sayang ... jangan marah ya.
Aku salah, aku minta maaf. Tadi bener-bener urgent banget di Sirquit."

Gala benar-benar udah gak tau harus gimana lagi buat ngebujuk kekasih hatinya ini. Sedari tadi dokter manis itu hanya diam sembari terus membersihkan luka-luka di lengannya.

Segala macam cara dan rayuan sudah dikeluarkan. Tapi dokter manis itu tetap diam dan tak menggubris satupun.

Gala akhirnya diam dan memandang lekat wajah kekasihnya itu. Dia tau, di balik masker yang digunakannya ada raut wajah khawatir untuk dirinya.

Merasa bersalah karena kelakuannya yang sembrono itu sudah membuat orang yang paling dia sayangi itu khawatir. Belum pernah dia menghadapi Awan yang bersikap seperti ini. Baru kali ini, dan dia benar-benar tidak siap.

"Dokter sayaangg...."
Ucap Gala kembali membujuk Awan si dokter manis. Memainkan jari-jari lentik sang dokter sambil memasang wajah memelas. Matanya sudah berkaca-kaca takut sang kekasih tak mau memaafkannya.

"Haahhh...."
Awan menghelas nafas kemudian menatap wajah sendu itu. Mengusap  cairan bening yang sudah siap meluncur ke pipi Gala.

"Lain kali jangan begini."
Suara Awan sedikit bergetar saat mengucapkannya.

"Aku bingung harus apa saat ngeliat kamu berlumuran darah kayak tadi. Aku takut Gala...."
Menutup wajah dengan kedua tangannya yang gemetar. Terisak pilu mengingat bagaimana kondisi Gala saat sampai di Rumah Sakit tadi.

Gala langsung menarik Awan ke dalam pelukannya. Memeluk erat tubuh bergetar itu dengan rasa bersalah yang teramat sangat.
Mengusap lembut surai si dokter manis berusaha menenangkan, mengabaikan tubuhnya yang juga terasa sakit.

"Maafkan aku sayang...."
Ucap Gala lirih sembari mengecup surai hitam nan lembut itu.


SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang