"There is no greater agony than bearing an untold story inside you."— Maya Angelou, I Know Why the Caged Bird Sings.
***
Suara Blitz kamera, seruan wartawan memanggil Annalise Sharmione dibalas dengan senyuman. Matanya berkedip dengan santai menyesuaikan diri dan berpose sebelum membalas beberapa pertanyaan pers yang dia rasa penting.
“Gold medal lagi, ya Annalise? Apa ada niat untuk ikut lomba lagi dalam bulan ini?” Annalise mengangguk dengan senyuman khasnya, tipis dan matanya tetap tajam menatap kamera.
“Belum ada rencana untuk lomba bulan ini, aku bakal ambil waktu untuk rest bulan ini dan fokus ke sekolah dulu.”
“Kenapa Annalise tidak ambil kelas Akselerasi?” Pertanyaan lain dilemparkan padanya. Kali ini jawabannya diiringi dengan gelengan.
“Lebih baik untuk menikmati proses pelan pelan. Aku mau jaga kesehatan dengan istirahat dan belajar seimbang aja.”
Annalise Sharmione, yang akrab di sapa Anna oleh kenalan ya adalah seorang pianist dan juga ahli kimia muda yang membawa medali emas setiap tahunnya sejak dia 13 tahun sampai sekarang dia 17 tahun.
Di tahun ini, dia sudah berada di kelas 12 yang artinya kelas akhir di SMA. Dia butuh lebih banyak waktu untuk persiapan kuliah. Piano adalah hobinya sejak dia kecil, kecintaannya. Berbeda dengan kimia yang merupakan sesuatu yang dia butuhkan, sebuah Dasar untuk melanjutkan bisnis keluarga.
Setelah itu yang Annalise tahu, dia dibawa oleh bodyguard yang sedari tadi mendorong para pers yang mengerubuninya masuk ke dalam mobil sedan putih.
“Selanjutnya jadwal nona kosong. Pesan langsung Dari Tuan Amsel, ‘Annalise istirahat.’ Sekian nona.”
“Bagaimana kalau Dari mamah?”
“Nyonya Amsel sudah menunggu di rumah. Kali ini… Sepertinya nona sedikit banyak marah besar.”
Annalise berusaha menenangkan dirinya. Scarlet tidak biasanya marah. Ibu-nya itu Salah satu jenis Ibu yang supportive akan apa yang dilakukan anak anaknya asal tidak merugikan. Jika sang Ibu marah pasti karena sesuatu, Dan itu bukan arti baik baginya.
Ah, lupakan saja. Annalise membawa dirinya sendiri keingatan paling lama yang dia punya.
Di masa awal sekolahnya, seingatnya saat dia 4 tahun sang Ibu mulai mengajarkannya membaca. Bahasa Ibu, Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman adalah tiga bahasa yang mereka gunakan sehari-hari sehingga saat 5 tahun seorang Annalise resmi menjadi trilingual.
Di usianya yang masih muda itu, sudah satu sejak dia mempelajari Sains. Sains adalah cinta pertama Annalise yang tidak bisa dia lupakan.
Ketika dia resmi masuk sekolah dasar, dia masuk yayasan sekolah Rajawali yang kurikulumnya internasional. Berbahasa Inggris adalah kewajiban sehingga bahasa Indonesianya fasih ketika dia masuk lingkungan sosial bersama Ibu-nya saat dia berada di kelas akhir sekolah dasar.
Selain sains, Annalise juga mencintai pianonya. Piano yang diberikan oleh ayahnya adalah piano untuk anak kecil lima tahun. Sebuah piano Bösendorfer yang dia pilih sendiri untuk ulang tahunnya. Hal yang menarik Dari piano adalah ketika dia pergi bersama keluarganya pertama Kali di suatu event, dan pianistnya memainkan Salah satu karya terbaik milik Tchaikovsky, The Nutcracker Suite. Ini adalah mula dari perjalanannya sebagai pianist.
Sebuah perjalanan panjang sebelum dia sampai di sini.Mobil yang berisikan Annalise dan juga personal assistennya melaju menuju sebuah komplek hunian megah dengan bangunan tinggi berwarna putih, sebelum mereka masuk masih ada prosedur yang harus security tempat itu lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmony in disguise
Teen FictionSeorang Annalise yang merupakan pianist terkenal karena mengantongi 4 medali emas berturut-turut setiap tahunnya sejak 13 tahun itu begitu disayang masyarakat. Akrab disapa Anna oleh teman-temannya, bagaimana kalau dunia tahu pemenang kompetisi pian...