IX

9 2 0
                                    

Sejak pagi, Aspi-Prestasi sudah sibuk mengurus acara open house yang menandakan peresmian Sorority. Masuk Dari bangunan berwarna putih polos itu, para tamu yang kebanyakan berasal dari luar sekolah menuju ruangan utama panggung untuk workshop. Menyusuri ruangan itu, mereka akan sampai ke beberapa ruangan yang berisi produk-produk yang telah dibuat oleh anggota baru.

Annalise menghela nafas lega menatap bangga terhadap kerja semua orang untuk sampai ke hari pembukaan. Kemarin malam, gadis itu sudah merefleksikan kegiatan mereka selama ini dan sudah menulis pendahuluan artikel kimiahnya—padahal ini masih awal bulan.

Akhirnya Aspi-Prestasi juga punya satu project besar bersama club hijau di dalam lingkungan sekolah, yaitu Cafe Saudade yang punya menu berbahan dasar tumbuhan.

“Selamat datang ya, semoga kalian menikmati acara hari ini,” sapa Camelia yang menyambut para tamu di depan. Sebelum masuk, para tamu diminta untuk menuliskan namanya Dari tablet tamu dan memilih mood mereka sebelum masuk. Setelah keluar, akan diberikan hal yang sama yang berbeda ada fitur rating Dan harapan mereka terhadap Aspi-Prestasi.

Annalise melangkah menuju pintu. Ketika dia melihat sosok jangkung Rafael memasuki Sorority dengan tiga temannya yang belum pernah Annalise lihat sebelumnya, gadis itu langsung mundur teratur mendapatkan tatapan bingung Dari Isla.

“Ngapain?” Pertanyaan perempuan itu segera menghampiri teman dekatnya itu. Isla sudah mengecek hal-hal yang Annalise maintain Dan semuanya sudah siap Dan baik adanya.

Annalise menggeleng. “Gapapa. Yang tadi udah ada?” Isla mengangguk, namun belum puas dengan pertanyaan balik Annalise sehingga dia mengikutinya masuk ke panggung.

“Ada apa sih? Bikin kepo aja?” Annalise menyusuri ruangan dengan matanya. Vivianne duduk sendiri sambil menghitung barang-barang. Liora berdiri dengan harak tidak terlalu jauh di antara Lilyanna Dan Marsel yang beberapa Kali meliriknya. Astaga. Lihat mereka.

Annalise terkekeh kecil membuat Isla merinding. “Ada apa sih?”

Annalise menatap perempuan yang sedikit lebih pendek darinya itu. “Tuh lo liat si kecil sama Marsel di pojok. Panggilin si Lilyanna ke sini coba.”

Isla sontak melirik ke arah yang Annalise MAKSUD dan tertawa. “Aduh. Ok, bentar gue panggilin.”

“Lagi ngetawain apa?” Merinding Annalise dibuatnya ketika suara seraknya itu sampai ke telinganya.

Rafael punya kebiasaan menjengkelkan dimana dia menunduk mendekat untuk memastikan Annalise mendengar suaranya.

“Jangan begitu lagi,” peringat Annalise saat dia mendongak untuk menatap Rafael. Senyuman pemuda itu mengembang ketika mendapatkan kembali perhatian Annalise, alis tertaut gadis itu membuatnya terlihat menggemaskan. Matanya akan memincing.

“Lissy, siapa sangka kalau lo bisa bikin gue sebangga ini? This is a great one,” pujinya pada Annalise. Tangan Rafael berada di belakang punggungnya, sambil mencondongkan badannya ke arah Annalise.

Annalise menipiskan bibirnya sambil menatap Rafael dengan tajam. Tatapan pemuda itu tertuju sepenuhnya pada Annalise, kepala yang miring dengan sudut bibir terangkat dengan menjengkelkan. “Thank you,” balas Annalise seadanya.

Suasananya tiba-tiba canggung ketika keheningan hadir di antara mereka. Tapi mungkin itu hanya perasaan Annalise, yang berdetak lebih cepat jantungnya, dengan kebas tipis pada wajahnya.

“Sama… siapa ke sini?” Pertanyaan Annalise memecahkan keheningan itu. Matanya menjauh Dari milik Rafael, melirik ke arah Lilyanna Dan Isla yang tengah tertawa menatap Liora Dan Marsel yang Salah tingkah.

Annalise tidak tahu ekspresi apa yang ada pada wajah Rafael sekarang, tapi entah kenapa malah terasa seperti ada yang mengganjal jika gadis itu tidak melihat Rafael Dan memastikan. Tapi Annalise tidak berani.

Harmony in disguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang