"Friendship isn't a big thing, it's a million little things."
– Unknown***
“Sampai ketemu hari senin ya.” Annalise mematikan sambungan yang berlangsung tidak lebih dari Lima menit itu.
Terhitung satu minggu sudah kegiatan yang tengah Annalise rencanakan untuk artikel ilmiahnya. Aspi-Prestasi Sorority. Di malam minggu ini gadis itu memutuskan untuk menyenangkan dirinya dan memberikan waktu istirahat.
Dia meminta agar teman-temannya juga beristirahat Dan meluangkan waktu untuk me-time.
“Mau kemana?” Suara Nikolas tentu saja mengejutkannya.
Menoleh secara perlahan, gadis itu menatap kakaknya yang paling muda itu. Tubuhnya dilapisi jacket hitam, tangannya memeluk helm favoritnya.
“Mau kemana?” Tanya Annalise balik, kini memperhatikan dengan fokus apa yang kakaknya inginkan. Mengalihkan.
Nikolas menggerutu. “Gue duluan yang nanya. "
“Mau kemana?” Tanya Annalise lagi kini dengan senyuman sambil melangkah mendekat.
Tubuhnya hanya dibalut cardigan rajuh putih dengan rok kulot panjang berwarna hijau pastel.
Menghela nafas mengalah, Nikolas menjawab, “main ke rumah temen. Lo mau kemana? Gue anter.”
Annalise menggeleng. “Ke taman depan kompleks, sama Archer, Eira, Aegis, sama Valor. Gue tadi gereja pagi.”
Nikolas memincingkan matanya, “ngapain Gereja pagi?”
Annalise sebenarnya hanya ingin mengetes sesuatu. Kecurigaannya. Tapi tentu saja sang kakak, apalagi Nikolas, tidak perlu tahu itu.
“Gereja pagi lebih lega. Mungkin gue bakal mulai gereja pagi dari minggu ini.”
“Gue sih enggak.”
Annalise memutar matanya malas. “Orang fasik jangan sok keras. Gih pergi lo. Jangan mati.”
Nikolas tertawa, mengambil langkah pertama yang disusul Annalise. Gadis itu mampir ke kandang masing-masing anjingnya. Hadiah dari sang ayah untuk ulang tahunnya yang ke-15 tahun.
Sudah terhitung dua tahun Annalise bersama Valor, Aegis, Eira, dan juga Archer. Seingatnya, pada usianya yang baru menginjak 15, sang ayah juga mengundang mentor yang mengajarkan ya cara merawat Dan menjinakan mereka.
Wajah dengan rambut pirang bak cahaya Matahari itu lewat sekilas di pikirannya. Sekarang Annalise jadi membandingkan wajah Ghania—sang mentor, Dan juga Camellia. Mereka berdua punya rambut Dan garis wajah halus yang sama. Mengingat itu jadi membuatnya curiga bahwa mereka ibu dan anak.
Melamun sambil berjalan di jam malam seperti ini ternyata mengasyikan, mungkin karena 4 anjing besar yang tali kekangnya digenggam Annalise.
German Shepherd yang dia namai Valor itu anjing penjaga yang cerdas dan loyal, biasanya ada di dalam militer karena kemampuan proteksinya. Warnanya putih halus dengan mata yang jernih, terkadang Annalise sampai meragukan kemampuannya jika waktu itu tidak ada ‘demonstrasi’ nyata ketika Annalise hampir saja dijambret di taman.
Waktu itu Valor sedang dipegang oleh Ghania, namun ketika Annalise hilang dari pandangannya. Anjing pintar itu langsung mencari sang majikan dan mengigit penjambret itu. Berani sekali dia berpikir untuk melakukan hal tersebut pada seorang Amsel.
Aegis juga pernah membuktikan keganasannya saat diganggu. Si Rottweiler itu tidak ragu untuk maju dan menjadi pelindung Annalise.
Sesampainya Annalise di taman, ternyata sudah begitu banyak orang nongkrong di sana. Kebanyakan pacaran. Rasanya mengenaskan juga dia hanya membawa anjingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmony in disguise
Teen FictionSeorang Annalise yang merupakan pianist terkenal karena mengantongi 4 medali emas berturut-turut setiap tahunnya sejak 13 tahun itu begitu disayang masyarakat. Akrab disapa Anna oleh teman-temannya, bagaimana kalau dunia tahu pemenang kompetisi pian...