IV

14 3 0
                                    

"It is our choices that show what we truly are, far more than our abilities."

— J. K. Rowling

***

Malam minggu yang biasanya dianggap sebagai malam kebucinan anak SMA umumnya, Annalise berkutat dengan laptopnya dan melakukan research untuk syarat kelulusannya. Portofolio atau proyek.

Bagaimana ya dia harus melakukan ini?

Tangannya dengan lincah keluar masuk beberapa aplikasi di laptopnya sebelum berhenti di aplikasi dengan begitu banyak ide. Pinterest.

Annalise membuka papan impian yang dia buat sebagai kompas dia dalam melangkah dalam hidup dan mendapati sebuah Hal menarik. Fotonya bersama sahabat sahabatnya, Dan kutipan dari seorang Elle Woods, karakter Dari film Legally Blonde.

“Legally Blonde” bercerita tentang Elle Woods, seorang mahasiswi mode yang berusaha membuktikan bahwa dia lebih dari sekadar penampilan.

Ketika mantan pacarnya meninggalkannya untuk wanita yang dianggap lebih serius, Elle memutuskan untuk masuk ke Harvard Law School demi mendapatkan kembali cintanya.

Namun, selama perjalanannya, Elle menemukan bakat dan keberanian dalam diri sendiri, membuktikan bahwa kecerdasan dan dedikasi dapat mengubah pandangan orang lain tentangnya.

Benar….

“Sisters do not let each other fail.”

Begitu kutipan yang terlihat bersama dengan gambar karakter blonde itu. Dari sana, teringatlah Annalise terhadap Sorority yang dipimpin oleh Elle Woods.

Kenapa dia tidak membuat sorority saja Dan menjadikannya objek penelitian?

***

Saat fajar menyingsing di atas Sekolah Rajawali, Annalise Sharmione Amsel memasuki kelas kimia dengan semangat yang membara.

Dengan cahaya lembut pagi yang menyinari jendela kelas, dia merasa percaya diri dan siap menghadapi tantangan hari ini.

Di luar, siswa-siswa lain sudah mulai berkumpul, berdiskusi tentang berbagai topik, dari pelajaran hingga hobi masing-masing.

Annalise mengeluarkan buku catatannya, menandai daftar tugas yang harus diselesaikan.

“Lo udah mikirin mau bikin artikel ilmiah tentang apa?” Tanya Vivianne sambil mengeluarkan bukunya dengan buru-buru. Sedikit lagi jam 8. Dimana seharusnya mereka sudah memulai pelajaran, tapi perempuan dengan rambut sebahu itu terlambat datang.

Annalise mengangguk. “Gue mau buat Sorority bisnis.”

Hanya Annalise dan Vivianne saja yang mengambil kelas bisnis, sehingga keduanya dapat bertemu di kelas pilihan. Saat kelas wajib, keempatnya baru bertemu.

Sistem kurikulum Cambridge kelas A membuat mereka harus melakukan perpindahan kelas terus menerus.

“Sorority?” Tanya Vivi, memperhatikan dengan seksama Anna.

“Iya. Sorority itu seperti organisasi khusus untuk cewek di sekolah, di mana kita bisa berteman, saling dukung, dan melakukan banyak kegiatan seru bareng. Misalnya, kita bisa ikut acara sosial, penggalangan dana, atau belajar bareng supaya prestasi kita meningkat. Jadi, selain dapat teman baru, kita juga bisa berkembang secara akademis dan sosial,” jelas Anna.

Harmony in disguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang