153 - Keputusan Viscountess Verdi

1 0 0
                                    

"Apa mungkin itu benar?"

"Sepertinya"

"...Begitu rupanya"

"Yah... apa yang diharapkan dari rakyat biasa yang tiba-tiba menjadi bangsawan..."

Suara bisikan seperti itu sangat mengganggu. Rashta memandangi arah dimana suara-suara itu berasal. Jika mereka membicarakan sesuatu seperti itu, seharusnya mereka juga memperhatikan siapa yang bisa mendengarnya! Menyebalkan sekali mendengar mereka bergosip dan tertawa seperti itu.

Tapi Rashta tidak tahu bahwa Navier juga pernah digosipkan seperti itu saat berada di posisinya. Bahkan para pelayan Rashta juga tidak mengetahuinya. Hanya Viscountess Verdi yang mengetahuinya. Wajahnya terlihat pucat.

Vicountess Verdi teringat beberapa hal yang terjadi tahun lalu. Dia mendekati Rashta dan berbicara dengan nada pahit.

"Permaisuri, jangan dengarkan ucapan mereka. Tidak ada gunanya mengkhawatirkan ucapan tidak berdasar dari orang-orang"

"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir?"

Tapi Rashta menanggapi nasihat Viscountess Verdi dengan dingin. Suaranya bergetar karena hampir menangis.

"Kenapa semuanya jadi begini?"

Anaknya baru saja lahir dan dunianya telah berubah. Suasana di istana menjadi ceria dan menyenangkan, hanya di sekitarnya saja yang perlahan menjadi gelap. Pada pesta perayaan kelahiran Gloriam, bukan Rashta yang menjadi peran utamanya. Anak itu menerima pujian dan perhatian dari semua orang, Sovieshu menerima ucapan selamat dari semua orang, dan Rashta hanya menjadi bahan candaan meski melahirkan Gloriam. Apa itu sesuatu yang masuk akal? Gloriam adalah bayi yang dikandung dan dipertahankannya dengan susah payah selama berbulan-bulan. Tapi kenapa semua orang...

"Menurutmu siapa yang akan menjadi permaisuri selanjutnya?"

"Para wanita bangsawan seusia Kaisar Sovieshu rata-rata telah menikah"

"Kalau begitu kandidatnya adalah wanita-wanita bangsawan seusia Nona Laura?"

"Bukankah ada kemungkinan Nona Evely yang akan menjadi permaisuri selanjutnya?"

"Kuharap Kaisar Sovieshu bersedia mengangkat rakyat biasa menjadi permaisuri untuk kedua kali"

"Meski terlihat pintar, rakyat biasa cenderung arogan. Lihatlah Permaisuri Rashta yang menyumbangkan uang milik Lady Navier. Sungguh tidak tahu malu"

"Bukankah Putri Surz masih lajang?"

Rashta mendengar semua percakapan itu dan merasa terguncang saat mendengar tentang permaisuri selanjutnya. Apa mereka adalah orang-orang yang dulu mengelilingi dan memujinya meski dia melakukan kesalahan? Meski ada beberapa kejadian, sebelumnya mereka tidak bersikap seperti ini.

Rashta berpikir orang-orang berubah sikap karena perilaku Sovieshu, tapi sebenarnya bukan hanya itu alasannya. Sebelum itu, telah ada beberapa tanda. Sejak Rashta masih menjadi selir, para bangsawan yang toleran pada kesalahannya mulai mengkritiknya saat posisi Rashta perlahan naik. Apalagi sejak Rashta menjadi permaisuri, beberapa kali dia menghukum pelayannya dengan kejam dan kabar itu tersebar di istana dan para bangsawan. Mereka tidak berubah secara tiba-tiba. Mereka hanya mulai menunjukkannya secara terang-terangan.

Rashta ingin mendekat untuk memberi peringatan pada para bangsawan yang bergosip, tapi dia berhenti. Akhirnya dia berbalik dan pergi tanpa mengatakan apa-apa. Bukan berarti Rashta takut pada mereka. Dia hanya memikirkan apa yang akan dilakukan Sovieshu jika dia membuat keributan dengan para bangsawan. Dia menjadi permaisuri hanya untuk setahun. Jika anaknya laki-laki, mungkin waktunya akan diperpanjang, tapi kenyataannya tidak demikian. Rashta memutuskan untuk tidak membuat masalah hingga dia yakin Sovieshu tidak akan menceraikannya.

Pernikahan Kedua PermaisuriWhere stories live. Discover now