Tired.

28 7 0
                                    

Hari-hari di sekolah terus berlalu, tetapi hubungan Hanni dan Minji tetap dalam suasana tegang dan penuh permusuhan. Tak ada tanda-tanda keduanya akan berdamai—tidak ada kata maaf, tidak ada usaha untuk menyelesaikan konflik. Mereka semakin jauh dan semakin sering terlibat dalam pertengkaran kecil, bahkan dalam hal-hal sepele sekalipun.

Setiap kali mereka bertemu, suasana berubah menjadi dingin, tidak pernah ada percakapan yang damai. Minji selalu merasa bahwa Hanni mencari-cari alasan untuk menyalahkannya, sementara Hanni yakin Minji hanya mencoba menunjukkan superioritasnya dalam segala hal. Setiap interaksi mereka selalu berakhir dengan pertengkaran, dan tidak ada yang berubah selama berminggu-minggu.

---

Di koridor sekolah, saat jam istirahat

Hanni berjalan cepat di lorong menuju loker, ketika tiba-tiba Minji berpapasan dengannya dari arah yang berlawanan. Minji tidak melihat Hanni dan terus berjalan, tetapi bahu mereka bersenggolan cukup keras.

“Aduh!” seru Hanni, wajahnya seketika memerah karena kesal. “Kamu nggak bisa lihat jalan?”

Minji mendengus, tidak mau kalah. “Kamu yang buta. Aku jalan lurus, kamu yang tiba-tiba datang dari samping.”

Hanni melotot. “Kamu selalu merasa benar, ya? Padahal jelas-jelas kamu yang salah.”

Minji membalas dengan senyuman sinis. “Aku nggak minta kamu suka sama aku, tapi aku juga nggak akan diam aja kalau kamu nyalahin aku terus.”

“Nyalahin kamu?” Hanni mendengus. “Kamu memang selalu bikin masalah.”

“Kamu yang selalu punya masalah dengan setiap hal kecil!” Minji balas dengan suara meninggi, membuat beberapa siswa di sekitar mereka mulai memperhatikan.

Jungwon, yang sedang berdiri di dekat sana bersama Danielle, menoleh dan menghela napas. “Mereka ribut lagi.”

Danielle melirik Jungwon dengan ekspresi letih. “Aku udah nggak tahu lagi harus bilang apa. Mereka kayak nggak pernah capek.”

Minji dan Hanni terus berdebat di tengah lorong, semakin banyak siswa yang berhenti untuk melihat. Setiap kata yang keluar dari mulut mereka seolah-olah memperdalam jurang di antara mereka.

---

Beberapa hari kemudian, di perpustakaan sekolah

Hanni duduk di meja perpustakaan, mencoba menyelesaikan tugasnya. Dia sengaja memilih tempat yang lebih sepi, berharap bisa sedikit tenang. Namun, takdir tampaknya selalu mempermainkannya. Minji tiba-tiba muncul, mencari buku di rak yang tidak jauh dari meja Hanni.

Hanni mendesah dalam hati, berusaha fokus pada bukunya. Tapi, sulit bagi dia untuk tidak merasa terganggu dengan kehadiran Minji di dekatnya. Mereka baru saja bertengkar dua hari yang lalu di koridor, dan Hanni masih merasakan sisa-sisa amarahnya.

Minji, di sisi lain, sebenarnya juga mencoba mengabaikan Hanni. Tapi setiap kali dia melihat Hanni duduk di sana, ada sesuatu yang membuat darahnya mendidih. Seolah-olah Hanni selalu hadir di setiap tempat yang ingin dia hindari.

“Kamu mau apa?” tanya Hanni tiba-tiba, memecah keheningan di antara mereka.

Minji menoleh dengan tatapan tidak sabar. “Aku nyari buku, bukan nyari masalah sama kamu.”

“Kalau kamu tahu aku di sini, kenapa nggak cari di tempat lain?” Hanni menyela dengan nada tajam.

Minji mendengus. “Aku nggak peduli kamu di sini atau nggak. Dunia ini nggak berputar di sekitar kamu, Hanni.”

Hanni meletakkan bukunya dengan keras, membuat suara yang cukup keras untuk menarik perhatian beberapa siswa lain di perpustakaan. “Aku cuma pengen tenang tanpa harus lihat muka kamu.”

Let me love you. | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang