Party.

39 9 0
                                    

Malam itu, ada pesta besar yang diadakan oleh salah satu siswa populer di sekolah, dan semua orang diundang. Ini adalah pesta yang ditunggu-tunggu oleh semua orang karena ini akan menjadi acara besar sebelum akhir semester. Hanni dan teman-temannya—Danielle, Minjeong, Jungwon, dan Haerin—memutuskan untuk datang, meskipun Hanni tidak terlalu bersemangat. Dia tahu Minji dan gengnya juga akan hadir, dan hanya memikirkan bertemu Minji sudah membuat darahnya mendidih.

Di sisi lain, Minji bersama Karina, Jake, Hyunjin, dan Ryujin juga bersiap-siap untuk pesta itu. Bagi mereka, ini adalah kesempatan untuk bersenang-senang setelah minggu yang melelahkan. Tapi jauh di dalam hati, Minji juga tahu bahwa kemungkinan besar dia akan bertemu Hanni lagi di pesta itu, dan dia merasa sudah tidak bisa lagi menghindari benturan-benturan yang terus terjadi di antara mereka.

---

Di Pesta

Begitu mereka tiba, pesta sudah meriah. Musik keras, lampu warna-warni, dan suara tawa memenuhi ruangan. Orang-orang menari, berbincang, dan bersenda gurau. Hanni masuk bersama teman-temannya, mencoba menenangkan diri dan tidak memikirkan Minji. Namun, dalam waktu singkat, dia melihat Minji di sudut ruangan, berdiri bersama teman-temannya, tertawa dan berbicara dengan suara keras. Tatapan Hanni langsung berubah dingin.

“Aku bener-bener nggak ngerti kenapa Minji selalu ada di mana-mana,” Hanni bergumam dengan nada penuh kebencian.

Danielle yang mendengarnya hanya menepuk bahu Hanni, mencoba membuat temannya lebih tenang. “Udahlah, Han. Kita ke sini buat bersenang-senang, bukan buat mikirin dia.”

Tapi Hanni sudah terlanjur kesal. Setiap kali dia melihat Minji tersenyum atau tertawa, seolah-olah gadis itu tidak pernah peduli dengan semua konflik di antara mereka, Hanni merasa panas dalam dirinya semakin sulit dikendalikan.

Sementara itu, Minji yang tengah asyik mengobrol dengan Karina dan Ryujin sesekali melirik ke arah Hanni. Dia tahu bahwa Hanni melihatnya, dan itu membuat dia semakin merasa kesal. Setiap kali mereka berada di tempat yang sama, selalu ada ketegangan yang sulit dijelaskan, tapi kali ini Minji tidak akan membiarkannya begitu saja. Dia sudah terlalu sering membiarkan Hanni menguasai situasi.

“Dia di sana,” kata Minji, setengah berbisik kepada Karina. “Dan aku yakin dia bakal bikin masalah lagi.”

Karina melirik sekilas ke arah Hanni dan berkata, “Min, mungkin kita harus hindari aja. Kita di sini buat pesta, bukan buat nambah masalah.”

Minji tersenyum tipis, tapi di balik senyum itu ada kemarahan yang terpendam. “Tapi setiap kali aku lihat dia, aku cuma pengen nunjukin kalau dia nggak bisa terus-terusan sok tahu.”

---

Pertemuan yang Tak Terhindarkan

Di tengah pesta, suasana semakin ramai. Orang-orang mulai bergerombol di lantai dansa, dan suasana semakin tak terkendali. Hanni, yang berdiri di dekat bar minuman bersama Haerin, Jungwon, dan Danielle, tiba-tiba melihat Minji yang berjalan mendekat. Minji, dengan senyumnya yang penuh percaya diri, sedang berbicara dengan Jake dan Hyunjin, tapi saat matanya bertemu dengan Hanni, senyumnya berubah dingin.

“Kamu ngapain di sini? Cari masalah lagi?” Minji berbicara keras saat dia mendekat, jelas berniat memancing Hanni.

Hanni yang sudah muak dengan sikap Minji langsung membalas. “Aku di sini buat pesta, nggak perlu kamu urusin. Kamu yang selalu datang dan mulai drama.”

“Drama?” Minji tertawa kecil dengan nada mengejek. “Kamu yang selalu merasa jadi korban, Hanni. Aku cuma bicara yang sebenarnya.”

Hanni menatap Minji dengan tajam. “Kamu selalu berpikir kamu lebih baik dari orang lain. Selalu. Aku heran, kenapa kamu nggak pernah sadar kalau nggak ada yang peduli sama sikap sok tahu kamu.”

Minji mendengus, tapi kali ini amarahnya mulai membara. “Oh, aku tahu kenapa kamu benci aku. Karena kamu nggak bisa terima kenyataan kalau aku selalu lebih baik dari kamu. Kamu selalu merasa harus bersaing, padahal kamu jelas-jelas kalah.”

Perkataan Minji membuat darah Hanni mendidih. Dia melangkah maju, mendekati Minji dengan tatapan marah. “Kamu nggak lebih baik dari siapa pun. Kamu cuma pengecut yang suka meremehkan orang lain biar kelihatan hebat.”

Minji balas melangkah maju, tidak mau mundur sedikit pun. “Kalau aku pengecut, kamu apa? Pecundang yang selalu nangis setiap kali nggak dapat apa yang kamu mau?”

Percakapan mereka mulai menarik perhatian orang-orang di sekitar. Teman-teman mereka segera berdiri di antara keduanya, mencoba meredakan suasana yang semakin panas. Tapi Hanni dan Minji sudah terlanjur tersulut. Mereka tidak bisa lagi menahan amarah.

“Udahlah, jangan ribut di sini,” Jake mencoba menengahi, tapi Minji mengangkat tangan, menolak dihentikan.

“Dia selalu mau ribut, Jake. Dia nggak akan pernah berhenti sampai dia merasa menang. Padahal semua orang tahu, Hanni nggak pernah menang dalam hidupnya,” kata Minji dengan nada yang sangat menyakitkan.

Hanni yang mendengar itu langsung merasa emosinya meledak. “Berhenti ngomong kayak kamu tahu segalanya tentang hidupku!” Hanni mendorong Minji dengan keras, membuat Minji hampir terjatuh ke belakang.

Suasana pesta langsung menjadi tegang. Musik yang tadinya keras tiba-tiba terasa sepi ketika orang-orang di sekitar mereka berhenti menari dan mulai memperhatikan pertengkaran ini. Teman-teman Minji dan Hanni panik, mencoba memisahkan mereka sebelum semuanya benar-benar lepas kendali.

“Kamu gila!” Minji berteriak, mencoba menyerang balik Hanni, tetapi Karina dan Hyunjin dengan cepat menahan tubuhnya.

“Berhenti, Minji! Kamu nggak bisa terus begini,” Karina menarik lengan Minji, tetapi Minji meronta, masih dipenuhi amarah.

“Aku nggak akan diam kalau dia terus-terusan mengganggu!” Minji berteriak lagi, membuat semua orang di sekitar terdiam.

Hanni masih berdiri di tempatnya, napasnya terengah-engah, tetapi dia tidak menyesal sedikit pun. Matanya penuh kebencian saat menatap Minji. “Aku nggak ganggu siapa pun. Kamu yang selalu datang cari masalah.”

Teman-teman mereka akhirnya berhasil menarik keduanya menjauh, tetapi kebencian di antara mereka tetap membara. Minji masih melontarkan hinaan saat Karina dan Hyunjin membawanya ke sudut lain pesta, sementara Danielle dan Jungwon berusaha menenangkan Hanni yang masih gemetar karena marah.

“Aku nggak tahu sampai kapan ini bakal terus terjadi,” gumam Jungwon sambil menggelengkan kepala, melihat ke arah Minji yang masih memaki dari kejauhan.

Danielle menghela napas panjang. “Aku juga nggak tahu. Tapi jelas mereka nggak akan damai dalam waktu dekat.”

---

Malam yang Berakhir dengan Kebencian

Setelah pertengkaran itu, suasana pesta berubah. Orang-orang mulai menjauh dari Hanni dan Minji, seolah-olah takut terjebak di antara konflik yang sudah terlalu dalam. Meskipun musik kembali diputar dan beberapa orang mencoba melanjutkan pesta, ada perasaan canggung dan tegang yang tersisa di ruangan itu.

Minji duduk di sofa bersama Karina dan Ryujin, masih berusaha menenangkan dirinya. Wajahnya memerah karena marah, dan dia terus melontarkan kata-kata kasar tentang Hanni. Di sisi lain ruangan, Hanni duduk bersama Haerin dan Minjeong, masih gemetar karena pertengkaran itu.

“Dia benar-benar nggak tahu diri,” gumam Hanni pelan, meskipun Minjeong dan Haerin hanya bisa mendengarkan dengan cemas.

Malam itu berakhir tanpa ada satu pun dari mereka yang merasa puas. Kebencian di antara Hanni dan Minji semakin membakar, dan tampaknya setiap kali mereka bertemu, akan selalu ada konflik yang lebih besar menunggu untuk meledak. Tidak ada yang tahu bagaimana semuanya akan berakhir, tetapi satu hal pasti—perdamaian bukanlah sesuatu yang mudah dicapai di antara mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let me love you. | BbangsazTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang