...
...Dari tempatnya berada, jantung Hao berdegup kencang tatkala mendengar namanya dipanggil hingga menggema di sepanjang lorong penjara.
“Katakan, angkat tangan siapapun di antara kalian yang bernama Hao. Aku tidak menerima kebohongan, katakan dengan jujur dan tidak akan ada satu pun yang terluka,” ulangnya kali ini dengan sedikit ancaman.
Tentu saja awalnya Hao merasa ragu untuk mengaku karena dia takut, namun pada akhirnya dia mengangkat tangan dan menyerahkan diri.
“Jenderal, tahanan ini mengangkat tangannya!”
Setelah salah seorang dari mereka sadar dan memberitahu keberadaan Hao, sosok yang dipanggil dengan sebutan kehormatan itu tanpa ragu bergerak mendekati sel tahanan yang dimaksud.
“Buka pintunya.”
Sekalipun tidak memiliki kunci dari sel penjara, namun perintah tersebut tetap dapat dilaksanakan dengan cepat.
“Kau ….” Keraguan terpancar dari manik matanya. “Apakah kau benar-benar, Hao?”
Yang ditodong pertanyaan menganggukkan kepala, selain itu Hao juga berusaha untuk tersenyum meskipun harus merasakan perih di sudut bibirnya yang sobek bekas pukulan semalam.
“Kau ingat nama belakangmu, nama keluargamu?” Gelengan kepala didapatkan sebagai jawaban.
Hao benar-benar lupa, saat dia masih kecil orang di sekitarnya selalu memanggil hanya dengan menggunakan nama depan, alhasil hal sepele seperti itu pun tanpa sadar terlupakan.
“Kau tidak bisa berbicara, apa kau paham apa yang aku katakan?”
Suaranya terdengar lirih saat menjawab, “Iya.”
“Tuan, benarkah dia anak yang harus kita selamatkan? Informasi dari tuan Hanbin seharusnya tidak akan meleset, ‘kan?”
“Kita harus memastikannya sekarang.”
Hao terhenyak sesaat sebuah telapak tangan dengan begitu berhati-hati mulai melingkupi lengan miliknya. Kain yang menutupi area itu disingkap, entah apa yang sedang pria berkumis tipis tersebut lakukan, namun Hao tidak menolak untuk disentuh meskipun bayangan rasa takut tetap hadir.
Bolak-balik, diraba, dan terus dilihat secara teliti antara lengan tangan sebelah kanan kemudian kiri. Akan tetapi yang dicari tidak kunjung juga dapat ditemui, hingga akhirnya pria itu menyerah setelah mencoba beberapa kali.
“Tubuhnya sangat kotor, ditambah lagi luka baru dan juga lama yang ada. Ini benar-benar sulit dipercaya,” ujarnya hampir kehilangan kata-kata.
Tak dapat dipungkiri jika perasaan iba perlahan mulai muncul dalam benak si pria berkumis. Dari informasi yang didapatkan, usia anaknya dan Hao hanya terpaut satu tahun sehingga hal tersebut pun membuatnya ingin sekali memeluk tubuh kurus itu ke dalam dekapan hangat dan memberikan hujanan kasih sayang seorang ayah.
“Mari, segera bawa dia keluar dari sini?”
Serempak semua anggota pengawal yang turut hadir di sana menjawab, “Baik!”
Lagi-lagi Hao pasrah tidak bisa berkutik, tubuh yang lemah tak membiarkannya untuk sekadar memberikan penolakan. Namun selain karena merasa kurang bertenaga, dia pun secara sadar terperangah ketika merasakan bagaimana perlakuan pengawal yang begitu berbeda dari pengawal biasanya, mereka sama sekali tidak memaksa, sangat manusiawi.
Tanpa memperdulikan seberapa kotornya penampilan Hao, dengan penuh kehati-hatian pengawal bergerak memapah tubuhnya dan berjalan perlahan meninggalkan penjara bawah tanah yang lembab dan jauh dari kata layak untuk dihuni.
![](https://img.wattpad.com/cover/363807001-288-k803206.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER YOU |•| binhao
FanficSetelah sepuluh tahun hidup dalam siksaan, Hao akhirnya mampu terbebas dan kembali mengenal dunia luar. Namun baginya tidak mudah untuk melanjutkan hidup, dia butuh seseorang agar dapat dijadikan sebagai penopang yang bersedia menuntun ke jalan kebe...