Setelah sepuluh tahun hidup dalam siksaan, Hao akhirnya mampu terbebas dan kembali mengenal dunia luar. Namun baginya tidak mudah untuk melanjutkan hidup, dia butuh seseorang agar dapat dijadikan sebagai penopang yang bersedia menuntun ke jalan kebe...
Menarik napas panjang, Hanbin berucap, “Aku tahu belum saatnya membicarakan hal ini di saat mengetahui kondisimu yang masih belum membaik. Akan tetapi, raja telah mempersiapkan seseorang untukmu. Dia seorang guru yang akan melatihmu banyak hal, terutama menulis dan membaca.”
Saat mendengarnya, sorot mata Hao berubah seakan dia sudah bisa membayangkan kepuasan saat melakukan apa yang baru saja Hanbin katakan. “Raja, dia sangat peduli padaku.”
Hanbin tersenyum lembut. “Kami semua peduli padamu, Hao.”
Menundukkan kepala, Hao kemudian mengingat kembali pada momen di mana rombongan pengawal yang dipimpin oleh Jenderal Shin membantunya terbebas dari penjara bawah tanah yang pengap.
“Tapi … aku ini, kan, bukan siapa-siapa,” ucapnya tak bersemangat.
“Tidak begitu,” balas Hanbin. “Kau dengar apa yang raja katakan? Dia dan ayahmu, mereka berdua berteman dengan sangat baik. Raja hanya berniat untuk membalas budi, dia sudah berjuang sangat keras demi dapat membebaskanmu dengan harapan setelah ini kau bisa menikmati hidup dalam kedamaian.”
Ada beberapa kata yang sejujurnya sulit untuk dapat Hao pahami, namun apa yang Hanbin katakan terdengar sama persis dengan yang dikatakan oleh Raja Wang.
“Aku, aku tidak terlalu paham. Tapi, kalian sudah sangat baik padaku.” Hao menatap Hanbin dengan tatapan bingung.
“Dengarkan aku, Hao,” Hanbin melanjutkan. “Untuk sekarang jangan pikirkan hal yang menurutmu susah dipahami, ikuti saja alurnya. Kami tidak akan memaksamu, kami hanya ingin membantumu sibuk sehingga kau pun perlahan bisa melupakan masa lalu dan sembuh.”
Hao menggigit bibir dalamnya, melupakan masa lalu bukan perkara mudah, apalagi mengingat kembali seberapa lama dia terkurung. Namun, saat pria muda itu melihat ke dalam mata Hanbin, Hao merasakan adanya sebuah harapan. Ada sesuatu dalam tatapan itu—kehangatan, kasih sayang, keberanian, dan sesuatu yang lebih dalam lagi, untuk pertama kalinya dalam kurun waktu sepuluh tahun dia bisa merasakan bahwa jantungnya berdegup dengan kencang.
Karena itu Hao akhirnya menganggukkan kepala pelan, meskipun ketakutan masih setia menghantui tetapi dia akan berusaha membuka lembaran baru dan menghiasi kekosongan tersebut seiring berjalannya waktu.
Setelah perbincangan singkat, Hanbin yang melihat raut kelelahan di wajah Hao berinisiatif untuk membiarkannya untuk beristirahat terlebih dahulu.
“Kita cukupkan obrolan sampai di sini,” ujarnya lembut. “Sekarang, lebih baik kau istirahat. Kau sudah melewati banyak hal, jadi aku akan membiarkanmu sendiri sejenak.”
Hao setuju, kemudian berucap, “Terima kasih, Tuan?”
Panggilan sopan itu, Hanbin merasa senang saat mendengarnya. Kemudian dengan penuh pengertian dia segera melangkah mundur, memberikan Hao waktu agar bisa beristirahat sebelum makan malam tiba.
Saat pintu tertutup, Hao merasakan ketenangan menyelimuti dirinya. Dia membaringkan tubuh di atas kasur, setelah sekian lama akhirnya kehangatan kembali dirasakan. Jika sudah begini, dia benar-benar berharap jika semua bukan hanya sekadar mimpi sehingga saat terbangun nanti, Hao tidak akan lagi menatap deretan jeruji besi.
***
Malam hari tiba dan ketika terbangun dari tidur, Hao merasa jika tubuhnya lebih berenergi. Dia bangkit dan meraih jubah terluar untuk dikenakan, dan beberapa saat kemudian pintu terdengar diketuk beberapa kali. Saat melangkahkan kaki keluar, Hanbin sudah menunggu di sana dengan senyum menghiasi wajahnya.
“Bagus, kau terlihat lebih baik,” ujar Hanbin, setelah sempat mengamati Hao beberapa saat.
“Terima kasih,” balas Hao.
“Mari kita pergi?”
“Ke mana?”
“Anggota keluarga dari yang mulia raja sudah menunggu, mereka bersikeras untuk bisa menemuimu,” jelas Hanbin, kemudian mulai menuntun Hao menuju ruang makan.
Saat mereka berjalan secara beriringan, Hao merasakan ketegangan di dalam dirinya. Namun, beruntung kehadiran Hanbin memberikan rasa aman. Begitu tiba di ruang makan, seketika aroma masakan lezat langsung menyambut indra penciuman.
Raja dan ketiga putranya sudah ada di balik meja makan, menunggu dengan sabar kedatangan mereka. “Selamat datang, Hao!” sapa Raja Wang dengan senyum hangat.
Hao sebisa mungkin membungkuk, dia merasa sedikit gugup. Tatapan hangat dari Jiwoong, Taerae, dan Gyuvin yang merupakan ketiga anak dari Raja Wang membuatnya lega.
“Senang bertemu denganmu, Hao,” kata Jiwoong, pria itu terlihat sangat berwibawa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taerae yang berada tepat di sebelahnya ikut menambahkan, “Jangan khawatir, kami hanya ingin melihatmu saja, jadi buatlah dirimu nyaman.” Senyuman yang mengembang di wajahnya itu seketika menghapus kesan serius yang terlihat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sisi kanan raja, Gyuvin yang meupakan putra ketiganya itu melambai dengan ceria. “Hao, itu namamu, ‘kan? Ayo, kita makan bersama!”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jantung Hao berdegup kencang, baginya perasaan disambut dengan hangat dan penuh senyuman adalah pemandangan yang asing. Akan tetapi bukan berarti dia merasa tidak senang, hanya saja perasaan senang terlalu mendominasi sehingga seakan mampu memancingnya untuk menangis terharu.
“Jangan takut,” bisik Hanbin berusaha menenangkan. “Kemari, duduk di sebelahku,” lanjutnya yang membiarkan Hao duduk dengan nyaman.
Hao sadar, dia mulai merasakan kehangatan dalam suasana itu. Perlahan-lahan dia akan mulai terbiasa, jika semua orang bersikap sangat baik, mungkin dia bisa bertahan lebih lama dan melupakan kengerian yang ada di masa lalu.
Makan malam dimulai, dalam ketenangannya Hao mulai sadar jika ini mungkin akan menjadi langkah pertama untuknya agar bisa menjalin hubungan baru—bukan hanya dengan Hanbin, tetapi juga dengan anggota keluarga kerajaan yang masuk ke dalam lembaran kisah hidupnya yang baru.