"Aku memiliki materi, namun tidak ada yang mau berteman denganku karena aku lemah." - Aldhiren Pradipta Jayendra
oOo
Tahun 1989
"Lepaskan!"
Pria dengan penampilan acak-acakan dan botol kaca ditangannya tersenyum meremehkan. Bau alkohol tercium menusuk hidung dengan ketara. Ia berjalan dengan sempoyongan ke arah wanita berkuncir yang tengah ketakutan di depannya.
"Ayo dong, cantik. Mari kita bersenang-senang malam ini. Hahaha." Pria itu memegang dagu wanita tersebut.
Wanita tersebut semakin tersudut hingga tubuhnya menempel pada dinding yang tertutupi oleh salju. Kondisi saat itu tengah musim dingin. Bahkan salju pun kembali turun dengan lebat menutupi jalanan dan rumah warga. Dengan takut, kepala wanita itu celingak-celinguk menatap sekitar. Tapi, yang ia jumpai hanya pepohonan putih di mana-mana. Benar-benar sepi tidak ada seorangpun yang lewat. Air mata kini mulai mengalir di pipinya. Sungguh, ia berharap ada keajaiban yang datang sebelum sesuatu terjadi padanya.
"Kau, mari kita menumbuhkan cinta bersama. Haha. Sayang, kamu siap?"
Pria itu semakin mendekatkan tubuhnya pada wanita itu. Ia memiringkan kepalanya hendak memangut bibir wanita itu. Hingga,..
Brukh!
"Kau tidak apa-apa? Apa ada yang luka?" Tanya lelaki dengan jaket tebal yang melilit tubuhnya.
Kaki wanita itu terkulai lemas hingga tubuhnya terperosot ke tanah. Ia memeluk tubuhnya dengan rasa takut yang masih membuncah. Melihat wanita itu masih shock, lelaki berjaket itu melepaskan jaketnya dan melilitkannya di tubuh sang wanita menyisakan kaos hitam polos ditubuhnya.
"Arghhh sialan!! Siapa yang sudah berani mengganggu waktu emasku, hah?!" Marah pria itu dengan tangan kanan menggenggam erat botol kaca bekas minumannya.
Lelaki berkaos itu menatap tajam pria bajingan di depannya. Sorot matanya yang mengganas seperti siap membunuh siapa saja di depannya semakin membuat suasana panas. Padahal kini salju tengah turun dengan lebatnya.
Dengan segenggam botol kaca di tangannya, pria itu mulai berjalan sempoyongan ke arah lelaki berkaos hitam. Ia melayangkan botol kaca itu ke arah lelaki yang mudah sekali ia tangkis. Lelaki berkaos hitam itu mengunci tangan pria mabuk hingga botol kaca terlepas dari genggamannya. Tak segan-segan, ia mulai memutar kembali pria mabuk itu dan mulai meninjunya berkali-kali hingga pria mabuk itu tergeletak tak berdaya.
"Haiss, baru kuberi pukulan sudah pingsan. Bagaimana dengan pisau lipat yang sudah aku siapkan ini?"
"Dasar menyusahkan!"
Lelaki berkaos itu kembali ke wanita yang masih ketakutan. Ia berjongkok dan memegang pundak wanita itu.
"Sepertinya kau sangat shock. Bagaimana jika kau ke rumahku dahulu? Pakaianmu juga sepertinya kotor dan sobek." Ucap lelaki itu.
"Kebetulan rumahku ada di sekitar sini. Bagaimana?"
Wanita itu tak bergeming. Ia menatap wajah lelaki di depannya yang tengah tersenyum manis ke arahnya dengan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi menjadi Tarik Ulur [On Going]
Teen Fiction"Mimpi itu hayalan atau sebuah impian?" Aldhiren Pradipta Jayendra, seorang pria muda yang hidup dengan kondisi baik, bahkan bisa di katakan sangat baik -dalam segi materi-, merasa hidupnya suram dan terjebak dibawah timbunan tanah. Siksaan dan bull...