13 ❤️‍🩹 - Aku Kalah

639 92 20
                                    

"Tidak enak." Jungwon mengernyit, menggelengkan kepalanya, menghindari sendok berisi bubur yang disuapkan Jay kepadanya.

Hari ini adalah tiga minggu sejak Jungwon tersadar dari komanya, kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu.

Dokter sendiri memuji perkembangan Jungwon yang luar biasa pesat, tekad lelaki itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.

"Kau harus memakannya," gumam Jay sedikit geli dengan kemanjaan Jungwon yang seperti anak-anak. "Ini menyehatkanmu."

"Rasanya seperti muntahan." Gumam Jungwon, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Jay lalu mengernyit ketika menelan.

Ekspresinya membuat Jay tergelak, tapi kemudian Jungwon meraih tangan Jay yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius.

"Jay, tak terbayangkan rasa terimakasihku padamu...aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku... Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku..."

"Stttt," Jay meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Jungwon. "Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?"

"Tapi..." ekspresi kesedihan menghantam Jungwon. "Aku... Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi bebanmu..."

"Wonie," Jay menyela sedikit marah. "Kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu..."

Suara Jay berubah sendu. "Meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu. Kau tahu selama ini aku selalu berdo'a apa? Aku berdo'a yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain, Tuhan sudah mengabulkan do'aku sayang. Tidakkah itu cukup?"

Mata Jungwon tampak berkaca-kaca. "Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu..."

TOK TOK TOK!

Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka, Jay dan Jungwon menoleh bersamaan, lalu Jay tersenyum, Dokter Jake ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan dokter Jake sudah mulai akrab dan berteman dengan Jungwon.

Tapi senyuman Jay langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang dokter Jake, itu Sunghoon!

Sunghoon yang sama. Sunghoon yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca.

Jay tidak pernah berhubungan dengan Sunghoon lagi sejak Jungwon sadar dari komanya, Sunghoon selalu memaksakan maksudnya dengan perantaraan dokter Jake, seperti ketika Sunghoon memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Jungwon dan ketika Sunghoon memaksakan Jay setuju - lewat bujukan dokter Jake - agar Jay dan Jungwon pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Jungwon sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.

Sekarang lelaki itu berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Jay bertanya-tanya, apakah Sunghoon mendengarkan percakapannya dengan Jungwon tadi? Apakah Sunghoon tidak senang mendengarnya?

"Dokter Jake." Jungwon menyapa ramah ketika Jay hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah lelaki tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Jay.

"Halo Jungwon, aku datang untuk mengecek keadaanmu. Dua hari lagi kau sudah boleh pulang kalau kondisimu sebaik ini terus."

Jake menyadari Jungwon menatap ke arah Sunghoon, lalu menyikut pinggang Sunghoon untuk menarik perhatian Sunghoon yang terarah lurus kepada Jay.

A Romantic Story about Jay ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang