Adirangga Prasetya - Empat

4 0 0
                                    


Ada satu hal yang sering dilupakan: semua hubungan erat dimulai dari mengenal orang asing. Angga bertanya-tanya kapan dia mulai begitu jauh terlibat, dan kenapa bahkan untuk sebentar saja dia bisa lupa.

Mungkin segalanya bermula ketika Angga diharuskan untuk mengikuti sebuah himpunan mahasiswa di tempat kuliahnya, sebagai salah satu syarat bagi para penerima beasiswa. Ia mengikuti segala persyaratan itu tanpa banyak protes, walaupun kegiatan yang penuh dengan sosialisasi seperti itu sering membuatnya tidak nyaman.

Angga membiarkan pikirannya melayang-layang sementara tubuhnya berada tepat di tengah-tengah rapat himpunan. Guntur, ketua penyelenggara mereka, sedang berbicara dengan penuh semangat tentang pasar seni yang akan mereka selenggarakan.

Angga mendengus pelan. Konon katanya, jika Guntur berhasil mengatur pasar seni ini hingga sukses, ia akan diangkat menjadi ketua himpunan mahasiswa berikutnya setelah para senior lulus. Angga sendiri duduk di sini karena ia harus mempertahankan beasiswanya. Jimmy, sang bendahara himpunan, aktif demi mengendalikan semua uang kas. Muka-muka bosan lain di dalam rapat itu juga pasti memiliki alasan egois yang kuat untuk tetap berada di sini sekarang.

Angga tidak heran, pada dasarnya hubungan antar manusia memang memuakkan seperti itu.

"Jadi, Keshia," kata Guntur pada perempuan yang duduk di hadapan Angga. "Bisa kamu atur agar mahasiswa yang membuat ini dihubungi? Dia pasti bangga karyanya digunakan sebagai poster dan selebaran pesta seni. Kalau dia sudah setuju, cepat dicetak supaya semuanya tepat waktu."

Segala pikiran hilang untuk sesaat dari benak Angga ketika ia melihat apa yang ditayangkan dalam proyektor, apa yang Guntur perlihatkan pada semua peserta rapat. Angga tidak berkedip, dan dari kesunyian yang merambat di dalam ruangan itu, ia tahu orang-orang di sampingnya juga merasakan hal yang sama.

Angga berpikir mungkin selebaran pasar seni akan menggunakan gambar digital seperti yang dilakukan tahun-tahun lalu. Lebih praktis untuk dilakukan. Namun ia salah, karena yang diperlihatkan Guntur adalah foto profesional yang menampilkan sebuah karya seni.

Melihatnya seperti ini, Angga tidak terlalu tahu apa yang sebenarnya tersirat di dalam karya itu. Karya itu adalah jenis benda yang harus dilihat berlama-lama, hingga penglihatnya mengecap rasanya, mendengar nadanya, dan meresapi warnanya. Mungkin yang menarik perhatiannya adalah kombinasi warnanya, atau mungkin keanehan dari teksturnya... karya itu tidak terlihat dibuat dengan cat.

Guntur menekan tombol pada komputernya, menampilkan foto berikutnya untuk karya yang sama. Kali ini foto diambil dari jarak dekat, dan Angga sadar apa bahan yang digunakan karya itu. Kelopak-kelopak bunga, dirangkai padat dan teratur, ditempel pada kanvas, dikombinasi dengan berbagai bagian tumbuhan lainnya. Semuanya dirangkai membentuk rupaan abstrak. Untuk alasan yang tidak bisa Angga jelaskan, ia merasa seniman ini ingin menggambarkan gersang.

Gersang yang indah.

Memecah lamunan Angga, Guntur berkata, "Foto yang ini bisa digunakan untuk bagian belakang selebaran, dengan info-info tentang pasar seni ditulis di ujung kanan bawah. Ya, di situ."

Lalu Guntur mematikan proyektornya dan memberikan USB berisi data foto pada Keshia. Bersamaan dengan menghilangnya gambar itu dari hadapannya, pikiran Angga pun kembali melayang-layang. Sisa pidato membosankan Guntur tidak bisa mengikat perhatiannya lebih jauh. Ketika Angga tersadar dari lamunan, rapat usai dan ia merasa lapar. Dan ketika ia lapar, Angga selalu teringat pada Bu Kanaya.

Bu Kanaya memiliki sebuah warung tegal di belakang kampus. Angga tinggal berdua saja dengan Eyang, dan mereka sering membeli makanan dari luar. Sejak Angga berkuliah di sini tiga tahun yang lalu, tempat langganannya adalah Warung Kanaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang