BAB 1

8 1 0
                                    

HELLO MY FRIEND!

SUKA,BACA.GASUKA,SKIP.
DON'T JUDGE TO MY STORY!

PLAGIAT? JAUH-JAUH DEH, CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI!

ENJOYYYYYYY🤍

HAPPY READING 📚

"Lo gaada ekspresi lain selain itu apa?" tanya Zea pada seseorang yang berada di sampingnya, lama-lama ia bosan melihat ekspresi datar dari seseorang yang baru saja menyandang status sebagai suaminya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo gaada ekspresi lain selain itu apa?" tanya Zea pada seseorang yang berada di sampingnya, lama-lama ia bosan melihat ekspresi datar dari seseorang yang baru saja menyandang status sebagai suaminya itu

Abiyan yang ditanya seperti itu hanya mengangkat bahunya acuh dengan jarinya yang terus menekan remote tv mengganti-ganti channel. Abiyan itu benar-benar tipikal cowo yang cuek dimata Zea!

"Kayanya gue gaakan kuat serumah sama Lo,"

"Kenapa?" setelah keterbisuan panjang akhirnya cowok itu membalas perkataannya.

"Orang lain membina rumah tangga dengan keharmonisan dan romantis, sedangkan Lo ekspresi aja gapunya?"

"ka-" ucapan abiyan terpotong ketika pintu kamar diketuk begitu kencang oleh seseorang di balik sana.

Zea yang mendengar ketukan pintu langsung melompat dari atas kasur dan berlari membuka pintu.

"Udah siap? ayo turun kebawah kita sarapan dulu," tanya  Anggi-Mama Abiyan dan mengajak menantunya itu untuk ikut sarapan bersama.

"U-uda Ma, nanti aku turun sama Iyan." Jawabnya

"Oke, mama tunggu di meja makan ya."

Zea tidak menjawab ia hanya menampilkan senyumnya dan menutup kembali pintu kamar setelah Mama mertuanya pergi. Kini gadis itu beralih menatap suaminya yang ternyata sedang menatap dirinya juga.

"Apa?" tanya Abiyan dengan suara khasnya.

"Ayo sarapan dulu, mama Anggi sama yang lainnya udah nungguin kita di bawah."

Abiyan tidak menjawab bahkan tak mengeluarkan sepatah katapun ia langsung beranjak dari atas kasur dan keluar kamar sambil menarik tangan Zea dan menggenggamnya.

🦭🦭🦭

Mereka sudah selesai sarapan dan sekarang mereka tengah bersiap siap memindahkan koper kedalam bagasi mobil, hari ini Abiyan mengajak sellin untuk pindah rumah. Ia juga tak ingin belajar bertanggung jawab sebagai kepala keluarga yang baik.

Senakal-nakal nya dia, dia gapernah sedikitpun mempermainkan hati seorang wanita, ia benar-benar menjaga perasaan mamanya. Kalau dia menyakiti hati wanita sama saja ia seperti menyakiti hati Mamanya.

"ngga kecepatan ini kalian pergi?" tanya Allisya-Momy Zea dengan nada sedih.

"Sore Iyan ada acara mom, nanti Iyan sama Zea sering-sering mampir kesini."

"Mom please deh gausah banyak drama, momy sebenernya seneng kan kalau aku pergi dari rumah ini. Karna setelah ini gaakan ada yang jailin momy lagi." ucap Zea dengan nada tidak santainya itu.

"utututu tayangnya Momy, tau aja apa isi pikiran momy nya." sahut Allisya dengan ekspresi yang dibuat buat itu dan mengundang tawa sahabatnya, Anggi dan Angga. Mereka hanya bercanda saat mengatakan itu.

"Kamu harus jagain menantu papa dengan baik Abiyan, kamu harus sayangi dia, cintai dia dan juga perlakukan dia dengan baik. Jangan sesekali kamu mengasari nya bahkan membentaknya, sekeras apapun ego seorang wanita ia akan lemah ketika di bentak. Jika ada masalah selesaikan dengan kepala dingin." ucap Angga dengan penuh harapan agar anaknya dapat mengerti apa yang ia ucapkan bukan sekedar nasihat namun pemahaman yang harus anaknya tanamkan di dalam jiwanya.

"Kamu juga, sekarang itu bukan lagi anak kecil yang selalu momy dan papa Angkasa manjakan. Sekarang kamu udah jadi istri orang, kamu harus nurut apa kata suami kamu, jangan sesekali membantahnya. Kamu juga harus belajar mencintai dia, pernikahan bukanlah permainan." ucap Allisya ikut menasihati anaknya.

"Abiyan, Zea. kalian berdua kan sudah menikah, tanggung jawab kalian bukan lagi tentang belajar dan pergi ke sekolah tetapi juga membangun keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah. Terutama untuk kamu Iyan, tanggung jawab kamu lebih besar sekarang karena istri kamu sekarang adalah tanggung jawab kamu, dan kamu tidak boleh bolos sekolah lagi!! dan kamu juga harus belajar yang bener biar bisa nafkahin istri kamu. Selin, sayang. Kalau Iyan berulah atau nakal kamu sentil aja ginjalnya oke?" 

Abiyan dan Zea mengangguk patuh ketika di nasihati oleh ketiga orang tuanya itu. Dan kini mereka berpamitan dan menyalimi ketiganya untuk pergi kerumah baru mereka. Rumah yang sengaja Abiyan belikan satu Minggu yang lalu untuk dirinya dan istrinya tempati.

🦭🦭🦭

Mereka sudah sampai di depan rumah baru. Rumahnya sangat mewah dan terlalu besar jika hanya di tinggali oleh mereka berdua saja, namun Zea lebih memilih untuk diam daripada ia dibilang tak bersyukur ia kan.

"Ini ga kebesaran buat kita tinggali berdua aja?" tanya Zea pada Abiyan yang sedang mengeluarkan koper dan barang bawaan lainnya.

"Kata siapa berdua?" Cowok itu bukannya menjawab malah bertanya balik. Menjengkelkan pikirinya.

"Lo selingkuh? lo mau bawa selingkuhan Lo untuk tinggal satu atap sama gue?Jangan gila deh, masa gue udah mau di madu sih? ko lo diem aja sih berarti bener Lo mau ajak selingkuhan Lo tinggal bareng gue?" tanya Zea menggebu, ntah pemikiran dari mana tiba-tiba berucap seperti itu.

"Ck, pemikiran dari mana itu? Gue.Ga.Selingkuh." ucapnya penuh penekanan. tak habis pikir bisa-bisanya cewek itu menuduhnya selingkuh?

"kalau bukan selingkuhan Lo truss siapa yang mau tinggal dirumah ini?" tanya nya dengan nada tak santai.

"Art dan satpam," jawabnya santai lalu melenggang pergi memasuki rumah.

"Ahh monyet,"

"Gue denger!"

"Ck, tajem bener tu kuping."

Zea berlari memasuki rumahnya dan alangkah terkejutnya saat ia mulai melewati pintu utama, luarnya saja sudah mewah apalagi dalamnya. namun matanya salfok dengan figura besar yang terpampang jelas di ruang tengah, foto pernikahannya dengan Abiyan.

"kamarnya ada di lantai dua, pintu warna putih." ucap Abiyan menatap istrinya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Zea yang seakan tersadar dari lamunannya langsung menoleh dan menatap cowok yang ada di hadapannya.

Perasaan aneh mulai menyelimuti ketika keduanya saling bertatapan namun dengan cepat Abiyan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gue punya permintaan." ucap Zea pada cowok di hadapannya, Abiyan menoleh dan menaikan satu alisnya seolah bertanya 'apa?'.

"Gue belum siap kalau harus satu kamar sama lo, boleh ya kalau kita pisah kamar dulu?" tanyanya dengan menampilkan ekspresi puppy eyes nya.

"Oke."

"Yeayy, oke kalau gitu gue mau beresin barang bawaan dulu bye!" ucapnya langsung menaiki satu persatu anak tangga dengan riang gembira.

Abiyan tersenyum tipis sangat tipis sehingga tak ada yang tau kecuali dia dan Tuhan-Nya.

TBC

masih freak part na, tapi Mun penasaran mah lanjut aja bacanya xixi

SEE YOU NEXT PART SAYANGQUUUU🙈💓💓💓

ABIYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang