04

735 99 4
                                    

Waktu terus berlalu. Bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Kini, keluarga kecil Gracio dan Shani tengah bersiap menghadapi sebuah momen penting dalam kehidupan mereka—hari pertama Zeevanya dan Angelica, kedua putri mereka, masuk preschool. Kehidupan yang dulu penuh dengan kerepotan mengurus dua bayi kini bertransformasi menjadi rutinitas yang berbeda namun tetap penuh kehangatan.

Pagi itu, apartemen mereka dipenuhi kesibukan. Shani sudah berada di dapur, sibuk menyiapkan bekal sehat untuk kedua putrinya. Sejak pagi buta, ia memastikan semuanya siap—sayuran segar, buah-buahan, dan makanan bergizi lainnya yang dikemas dengan rapi. Sementara di sisi lain, Gracio sedang berusaha membangunkan kedua putri mereka yang masih terlelap di tempat tidur.

“Zee, Angel... ayo bangun, Sayang, kita harus siap siap buat ke sekolah,” bisik Gracio lembut, mengusap kepala kedua anaknya yang masih meringkuk di bawah selimut.

Zee mengerang kecil, matanya masih tertutup rapat. “Zizi masih ngantuk, Papi…” ucapnya, setengah mengeluh.

Angel pun tak jauh berbeda, meski sedikit lebih tenang, ia juga tidak segera membuka mata. Gracio tersenyum sabar, lalu dengan lembut mengangkat mereka satu per satu. “Yuk, kita mandi dulu. Nanti di sekolah bisa seru-seruan, ketemu teman-teman baru.”

Dengan langkah yang masih malas dan mata setengah terbuka, kedua anak itu berjalan gontai ke kamar mandi, ditemani Gracio yang tak berhenti menyemangati mereka. “Zee, Angel, hari ini kalian bakal mulai preschool. Seru banget, loh. Kalian nanti bisa main bareng teman-teman baru, belajar hal-hal keren juga,” ujarnya sambil mulai membantu mereka bergantian mandi.

Di tengah proses memandikan, kedua putrinya mulai lebih aktif, bertanya tanpa henti.

“Papi, di preschool nanti kita ngapain?” tanya Zee dengan mata berbinar, rasa kantuknya mulai hilang.

“Iya, Papa. Ada mainannya nggak? Apa kita belajar kayak Kakak-kakak yang di sekolah besar itu?” Angel menambahkan dengan antusias.

Gracio tertawa pelan. “Iya, kalian bakal belajar, tapi santai kok. Ada waktu main juga. Nanti bisa main puzzle, belajar mewarnai, dan... kalian udah diajarin Mami, kan?”

Zee dan Angel serentak mengangguk dengan semangat. “Iya! Zizi udah bisa bilang ‘thank you’, Papa. Terus, Zizi juga tau kalau apple itu apel!” jawab Zee penuh kebanggaan.

Angel pun tidak mau kalah. “Angel tahu orange itu jeruk!”

Gracio tersenyum puas. Shani memang sudah menyiapkan mereka dengan beberapa keterampilan dasar untuk preschool, termasuk mengenalkan bahasa Inggris dasar, meski hanya kata-kata sederhana seperti nama buah atau cara mengucapkan terima kasih. Dia tahu, kedua putrinya akan baik-baik saja di sekolah.

Setelah selesai mandi, giliran mereka berpakaian. Tapi tentu saja, Zee, yang selalu penuh energi, tidak bisa diam. Ia berlari-lari kecil di kamar sementara Gracio berusaha memakaikan bajunya. “Zee, ayo dong, pakai bajunya. Kita harus cepet!”

Namun, Zee terus bergerak dan bermain, membuat Gracio sedikit kewalahan. “Zee, please, Papa harus siapin Angel juga, nih!”

Melihat situasi itu, Shani yang sudah selesai menyiapkan bekal masuk ke kamar. “Zee, come here sayang. Mami bantu pakai bajunya, ya,” ujar Shani sambil tersenyum sabar.

Dengan bantuan Shani, akhirnya Zee bisa berpakaian rapi, sementara Angel sudah lebih dulu siap. Kedua anak itu kini terlihat sangat menggemaskan dengan seragam preschool mereka, dan suasana di apartemen mulai lebih tenang.

“Semua udah siap?” tanya Shani sambil memastikan tak ada yang tertinggal.

“Udah, Mami!” jawab Angel sambil tersenyum lebar.

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang