Hari ini adalah hari yang penuh dengan perasaan campur aduk bagi Renjun. Semua persiapan untuk memasuki alam perkuliahan akhirnya selesai. Barang-barang sudah dikemas rapi dan disusun di depan pintu rumah dengan bantuan bibik. Suasana rumah agak riuh dengan kesibukan di sana sini, tetapi di dalam hati Renjun, perasaannya terombang-ambing antara kegembiraan dan kegelisahan yang sulit dia jelaskan.
Sebulan yang lalu, Renjun menerima email yang mengonfirmasi penerimaannya ke sebuah kampus elit...tempat yang sama di mana Haechan, yang sudah lama dia rindukan, sedang menuntut ilmu. Haechan sibuk dengan urusan studinya dan jarang pulang ke rumah apalagi bertemu dengan Renjun. Kerinduan yang semakin memuncak itu terasa berat, apalagi saat Renjun menyadari bahwa kini Haechan menginap di sebuah apartement mewah di dekat kampus.
Ten yang sejak tadi mengamati persiapan Renjun dari kejauhan, akhirnya mendekat. "Kenapa nggak tinggal bareng Haechan aja? Kalian bisa pergi ke kelas bareng kan?" tanya Ten lembut.
Renjun menggelengkan kepala pelan. "Renjun mau coba tinggal di asrama, tante. Pengen rasain pengalaman di sana."
Ten tersenyum, mengangguk paham. Dia selalu mendukung keinginan Renjun untuk mandiri. "Ya sudah, kalau itu yang kamu mau."
Sebelum mereka berangkat, Ten mendekat dan mengecup kening Renjun dengan penuh kasih. "Belajar yang rajin ya, dan jangan lupa tujuanmu di masa depan nanti."
Renjun mengangguk. "Baik, tante." jawabnya sambil tersipu.
Ten tertawa kecil. "Sudah berapa kali Mama bilang,jangan pakai nama 'tante' lagi. Mama saja cukup. Kamu kan sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga kita."
Renjun tertawa malu, lalu menggaruk kepalanya pelan. "Iya...maaf, Mama."
Dengan bantuan pak supir, semua barang Renjun sudah dimasukkan ke dalam mobil. Ten kemudiannya memanggil Renjun untuk segera masuk ke mobil, khawatir mereka terlambat sampai ke kampus untuk pendaftaran.
Saat mereka mahu berangkat, Renjun membuka jendela mobil lalu menitip pesan ke Ten."Mama, kirim salam buat Om-eh...Papa! Kirim salam buat Papa, ya!"
Johnny, yang sedang berada di luar negeri karena urusan pekerjaan, memang tidak bisa ikut. Ten mengangguk sambil melambai kepada Renjun ketika mobil mulai bergerak meninggalkan rumah.
Sepanjang perjalanan, hati Renjun dipenuhi berbagai perasaan. Dia teringat dan mengenangkan kembali pada mendiang ibunya yang meninggal dalam di ruang gawat darurat. Kehilangan itu masih terasa pedih, meski waktu sudah lama berlalu. Renjun sempat mengalami kemurungan hampir empat bulan lamanya. Bahkan sampai sekarang dia masih menangis tanpa sedar dalam tidurnya. Ibu adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki sebelum akhirnya dia diadopsi oleh keluarga Johnny.
Renjun merasa beruntung karena di saat tersulit itu, Haechan dan keluarganya memberikan dukungan penuh. Mereka tidak hanya memberinya tempat tinggal yang nyaman, tetapi juga memperlakukan Renjun seperti anak kandung mereka sendiri. Setelah beberapa bulan, Renjun secara resmi dijadikan sebagai anak angkat keluarga Johnny, dan sejak saat itu hidupnya mulai kembali cerah.
Meskipun demikian, hubungan Renjun dan Haechan juga perlahan berubah. Haechan semakin sibuk dengan urusannya, terlalu mementingkan pelajaran. Dia udah jarang punya waktu untuk ngobrol bareng atau bermain bersama Renjun seperti dulu. Namun Renjun tetap bahagia karena tidak lama lagi dia bakal bisa bertemu Haechan setiap hari di kampus yang sama.
Renjun masih ingat betapa senangnya dia ketika menerima tawaran itu. Dia langsung mengirim pesan kepada Haechan, dan balasan ucapan selamat darinya membuat Renjun semakin bersemangat untuk memulai kehidupan barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Dunia | Hyuckren
Romancerenjun hidup di dalam rumah mewah,namun kemewahan itu tidak dapat dinikmati karena dia tidurnya di dalam gudang,tempat di mana pembantu rumah nginep. Setelah pemergian ibunya,renjun menjadi kehilangan arah. Namun hidupnya sempat dibantu oleh Haechan...