"Kau masih belum menemukan informasi tentangnya? Oh come on, gunakan uangmu Jake.."
Pria dengan mata elang itu menatap punggung sosok temannya yang tengah berdiri dan menatap pemandangan malam kota. Si pemilik nama hanya terlihat diam, seperti memikirkan sesuatu.
" Atau kau butuh bantuanku? Aku ahlinya dalam mencari identitas orang lain.." Tawarnya dengan senyum bangga. Kini, seulas senyum tipis menghiasi wajah Jake mendengar ucapan temannya.
Park Jay.
Salah satu pria yang bisa dikatakan seorang yang hidup dalam kemewahan?
Atau tepatnya salah satu pria yang termasuk dalam golongan orang terkaya di Seoul.
Jake menarik napas pelan, ia berbalik dan menghampiri Jay, " Terima kasih atas tawaranmu Jay hyung tapi aku tidak ingin menganggu ketenangannya hanya karena ia merasa ada yang mengikutinya.." Ujarnya duduk di samping Jay.
" Sudah kuduga kau akan mengatakan hal itu.." Gumam Jay tak habis pikir dengan tingkah laku Jake, sahabatnya yang berasal dari Australia.
" Jika tidak melihatnya secara langsung, aku tidak akan pernah percaya jika kau tertarik dengan orang lain, i mean-"
Jay meraih segelas red wine miliknya, " Kau menolak semua pernyataan cinta dari banyak orang tapi dengannya? Kau bahkan terkadang terlihat bodoh hanya dengan menatapnya dari jauh tck.." Jelas Jay disertai dengan kekehan kecil.
Mendengar hal itu, Jake hanya bisa tersenyum simpul. Mau menampiknya pun dia tidak bisa karena penilaian Jay itu sangat teliti dan terinci. Bahkan sangat mustahil untuk menyembunyikan sebuah rahasia darinya.
" Mau bagaimana lagi, dia terlihat sangat indah Jay hyung.." Jake menyenderkan punggungnya dan menatap langit-langit ruangan. Jay melirik ekspresi konyol di wajah Jake, ia langsung meneguk winenya dan mengeram rendah menikmati kenikmatan yang mengalir di tenggorokannya.
"Aku mengenalnya tapi hingga saat ini aku tidak pernah berbincang dengannya, dia seangkatan dengan kita tapi perangainya terlihat sangat tertutup dan dingin, bahkan saat kau menatapnya dengan tatapan konyolmu itu, dia sekan tidak peduli sama sekali..." Ada intonasi kagum di sela-sela ucapan Jay mengenai sosok yang sedang mereka bahas.
" Itulah pesonanya Jay hyung.." Ucapan Jake membuat Jay merotasikan bola matanya, cinta benar-benar membuat orang buta.
Buta total.
" Hah baiklah-baiklah, aku cukup merinding mendengar setiap ucapanmu tentangnya, jadi bagaimana langkahmu selanjutnya? Kita berbeda fakultas dengannya, langkahmu cukup sulit jika ingin berinteraksi dengannya."
Sejujurnya Jay tidak peduli dengan apa yang terjadi, tapi melihat perubahan yang terjadi pada pribadi Jake membuatnya tertarik untuk menyaksikan bagaimana si Aussy boy ini mendapatkan pasangan.
Apa dia akan berhasil ataukah akan di tolak mentah-mentah oleh pria itu?
" Kau butuh batu loncatan untuk sekedar berkenalan dengannya Jake..." Gumam Jay seakan memikirkan langkah yang harus Jake ambil kali ini.
Jake hanya bisa menggelengkan kepalanya, Jay benar-benar di luar dugaannya.
Reaksinya ketika ia mengetahui bahwa dirinya sedang menaruh perhatian pada seseorang membuatnya melihat sisi lain pria dingin itu.
" Mungkin lebih menarik jika takdir yang memberikan kesempatan itu padaku?" Tanya Jake dengan senyum khasnya.
Dan ucapan itu sukses membuat Jake mengaduh kesakitan karena dengan tangan cepatnya, Jay langsung memiting kepala Jake dengan gemas.
✎⸺♫
Pagi hari yang cerah, satu persatu mahasiswa di berbagai fakultas kini berdatangan dan berjalan di koridor masing-masing. Terlihat beberapa mahasiswa yang saling menyapa satu sama lain dan berbincang sembari menuju ke arah fakultas mereka.
Diantara para mahasiswa itu terlihat satu sosok dengan sepasang earphone yang menyumbat kedua telinganya.
Sepanjang ia berjalan, sesekali beberapa mata melirik ke arahnya tapi ia mengabaikannya saja. Fokusnya saat ini adalah secepat mungkin untuk sampai di fakultasnya.
Fakultas farmasi
Dia paling kurang suka merasakan tatapan mata yang tertuju ke arahnya.
Di lain tempat, tak jauh dari gerbang kampus, tepatnya di parkiran utama, dua sosok pria dengan aura ketampanan yang memikat siapa saja yang melihatnya. Meski kenyatannya kehadiran mereka berdua sudah mengundang banyak decak kagumd ari beberapa wanita yang berada tak jauh dari mereka saat ini.
" Hah pagi ini pun dia terlihat semakin indah dan bersinar..." Desahan frustasi itu keluar dari mulut Jake, tapi binar matanya terlihat sangat memuja sosok itu, bahkan senyum konyolnya pun tercetak di wajahnya.
Hal itu membuat Jay menggeleng tidak percaya.
" Kau tinggal menghampiri dan menyapanya idiot." Dengan gemas Jay sedikit membanting pintu mobilnya hingga membuat Jake terlonjak kaget.
" Kau mengagetkanku saja hyung.." Protes Jake menatap Jay, yang di tatap hanya merotasikan bola matanya.
" Kau yang membuatku kesal dengan sifat pengecutmu, apa susahnya menghampirinya.." Jay menyampirkan tasnya, keduanya mulai berjalan menuju fakultas mereka.
Fakultas Bisnis
" Aku hanya tidak ingin membuatnya risih hyung, coba pikirkan baik-baik, kami jarang bertemu dan tiba-tiba aku datang menghampirinya? Bukankah itu aneh, makanya aku selalu menunggu takdir mempertemukan kami dengan cara unik?"
Jay yang mendengar kata takdir itu membuatnya mendumel tidak jelas. Bisa-bisa dia ikutan gila karena Jake.
"Terserah kau saja, aku sudah pusing mendengar ucapanmu yang selalu sama.." Pasrah Jay.
Keduanya pun berjalan bersama menuju fakultas mereka. Mengingat jadwalnya yang padat, mau tak mau mereka harus ekstra lagi hari ini.
➜