BAB 1 : KEBERUNTUNGAN

48 27 9
                                    

Setelah kejadian kemarin malam, Zeva akhirnya menginap di apartemen milik Tantenya. Tentu saja ia ke sana di antar oleh cowok tadi. Sebelum itu, cowok tadi juga membelikan Zeva makanan dan minuman di sebuah restoran favoritnya. Ia merasa bersyukur, sangat-sangat bersyukur. Tak lupa, ia juga telah berterimakasih kepada cowok itu dan juga kepada Tantenya. 

"Ternyata, masih ada orang baik di sekitarku." ucapnya dalam hati. 

"Oh iya, kamu tadi udah makan?" tanya Tantenya yang bernama Mutia. 

Zeva terkejut akan kedatangan Mutia ke kamarnya, yang membuat lamunan Zeva buyar begitu saja. "Eh ... Udah kok Tan, tadi sama cowok itu Zeva di traktir makan ke resto favorit Zeva." jawabnya dengan senyuman yang tak pernah ia tunjukkan kepada Maya, sang Mama kandungnya yang kejam. 

"Ohh ... Yaudah kalau begitu, Tante pulang duluan ya. Soalnya tadi Verla Tante tinggal sendiri di rumah. Oh iya, Tante hampir lupa. Di sini semuanya sudah tersedia kok. Mulai dari baju, bahan-bahan makanan dan alat mandi semuanya lengkap. Dan juga, Tante udah belikan kamu hp baru, di situ udah Tante kasih nomornya juga kok," jelas Mutia. 

"Ya ampun Te, gak perlu repot-repot gini. Kalau masalah hp nanti Zeva bisa ambil ke rumah," jawabnya. Zeva merasa kalau dirinya sangat merepotkan saudaranya. 

"Ah ... Udah gak pa-pa Zeva. Tante juga udah ngeanggap kamu sebagai anak Tante. Masa sama Tantenya sendiri sungkan?" ucap Mutia dengan senyuman. 

"Hehe ... Makasih banyak ya Tan," 

"Iya, sama-sama. Kalau begitu Tante pamit pulang ya," ujar Mutia, dengan melambai-lambaikan tangannya kepada Zeva. 

~o0o~ 

Keesokan harinya. Saat jam istirahat seperti biasa Zeva melamun di rooftop sekolah. Rooftop tersebut adalah tempat yang sangat nyaman bagi nya. Setiap kali ia sedih ataupun senang, Zeva selalu berkunjung ke rooftop tersebut. 

"Zep, jujur lo kemarin mau bundir?" tanya Keyla, sahabat dekat Zeva dari zaman SMP. 

"Lo tahu dari mana, kalau kemarin gue mau bundir?" tanya balik Zeva. Jujur saja ia sangat terkejut, karena kejadian kemarin malam ia tak menceritakan kepada siapa-siapa kecuali Mutia sang Tante, dan juga cowok misterius itu. 

"Lo pikun atau gimana, jelas-jelas tu gedung emang apartemen yang gue tinggalin, kocak." jawab Keyla penuh amarah, karena sang sahabat tercintanya pelupa. Apalagi dengan otak Zeva yang hanya menampung daya ingat sekitar 200 MB.  

"Oh, sorry gue lupa." 

"Oh, sirry gui lipi ... Pret, dasar otak lo aja noh yang daya tampunya cuma dikit. Sok-sok an mau bundir, orang otak lo aja kagak pernah di update," ketus Keyla, dengan muka yang sangat menjengkelkan. 

"Gini-gini, gue juga sahabat lo ya!" ucap Zeva tak terima.

"Eh, btw cowok kemarin kayak persis sama Varen kelas 12 IPS 3 gak sih? Atau mata gue aja yang salah ambil pendapat?" tanya Keyla, yang tiba-tiba saja mengubah topik pembicaraan. Memang sih Keyla melihat semua kejadian waktu Zeva mau membunuh nyawanya sendiri di gedung apartemen itu.

"Varen kelas 12 IPS 3? Siapa itu? Gue gak kenal," jawab Zeva. 

"Astaga, ya gini nih kalau punya temen kudet. Itu loh, cogan di sekolah kita. Dia juga pinter banget tau! Makanya banyak yang nge-fans sama dia," ujar Keyla mengatakan dengan hati yang klepek-klepek. 

"Oh aja sih, gue gak minat sama yang begituan." jelas Zeva jujur. 

"Dasar lumut kudet!" 

~o0o~

THE NIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang