07. Liburan di Villa

718 64 7
                                    

April, 2022.

Adakah hari yang baik untuk anak sekolah yang sebentar lagi akan lulus ini selain hari senin? Pagi itu suram di kala cuaca yang sejak semalam itu gelap kini masih juga gelap hingga hari ini. Sebenarnya suasana saat ini adalah situasi dimana selimut yang harus di eratkan pada tubuh dan bergelung nyaman berkelana jauh ke dalam bunga tidur.

Tapi hanya karena mereka yang masih berstatus seorang siswa, suasana yang begitu banyak di sukai oleh orang-orang itu tidak bisa mereka gapai ketika hari ini adalah hari senin hari di mana mereka sekolah. Akan tetapi, apakah itu berlaku untuk semua orang? Oh, sepertinya salah, ada satu orang yang sibuk kabur setelah acara baris berbaris usai.

"Raven kok nggak keliatan?"

"Pergi,"

"Hah, kemana?"

"Bolos,"

"Kok nggak di tahan, bentar lagi ujian semester satu, bisa-bisa dia nggak bakal lulus, Ga!" Argan meletakkan tumpukan buku di atas meja dengan kesal. Baru saja beberapa menit ia berpaling sosok nakal Raven menghilang tanpa ada perlawan dari saudara kembarnya itu.

"Gan, udah di tahan di ikat malah, tapi temen lo yang bucin nya nggak tau diri ini lepasin Raven karena nggak kuat ngeliat muka Raven yang sedih." Arga menunjuk Gama yang memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Nggak bisa mikir gue, dahlah ..." Pasrahnya dengan situasi saat ini.

Sementara itu sosok yang menjadi perdebatan mereka sedang melajukan motornya dengan tertawa riang sepanjang perjalanan. Dia sudah punya janji bahwa akan mengajak kekasihnya itu jalan-jalan suatu saat nanti dan sekarang adalah waktu yang tepat.

Walau cuacanya tidak mendukung tapi Raven merasa jika hari ini mereka berdua harus keluar bersama. Dirinya juga tidak memberitahu jika akan datang, sebelumnya ia sudah menanyakan keberadaan Kavin pada sang sekretaris yang telah menjadi tangan kanannya itu.

"Tuan baru saja bangun, ia juga sudah selesai bekerja dan ini waktu yang tepat untuk anda mengajaknya jalan."

"Tunggu aku, Tuan."
.

.

.

Deru suara mesin motor yang telah ia hapal mati berhenti di depan rumahnya. Sedikit bingung karena hari ini harusnya sosok itu sedang berada di sekolah.

Kavin keluar tanpa menunggu panggilan dari luar, bahkan Raven belum melepas helm hitam nya Kavin sudah berada di luar. "Kamu nggak sekolah?"

"Nggak, lagi bolos."

"Kok bisa, bukannya sebentar lagi kamu ujian? Ayo sana balik ke sekolah, belajar lalu pu—"

Kecupan mesra membuat Kavin bungkam, "nggak bisa, soalnya lagi rindu dan nahan rindu nggak baik buat kesehatan."

"Ayo masuk sayang, kita bicara di dalam." Raven tertawa melihat sang kekasih masih kaku berdiri dengan serangannya yang mendadak itu.

Setelah selesai mengutarakan maksud dan tujuannya walau ada sedikit perdebatan pada akhirnya Kavin mengalah dan kini sedang bersiap-siap untuk pergi keluar bersama Raven.

Raven mempunyai satu villa yang sangat jarang ia gunakan, bahkan ia juga tidak sering kesana karena villa itu punya kenangan indah bersama kedua orangtuanya. Tapi, hanya karena ingin bersama Kavin membangun kenangan indah bersamanya, Raven mengajak sang pacar untuk menginap di sana.

"Hanya dua hari lalu kita kembali, paham?" Awalnya itu tiga hari tapi karena Kavin yang tidak ingin Raven bolos lebih banyak lagi ia menentukan hanya menginap dua hari dan selebihnya mereka akan pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Eyes | KARAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang