episode 11. teror di sekolah

65 12 0
                                    

Rasa sayang seseorang terhadap apa yang ia cintai kadang membuat hal itu menjadi buta, terkadang kita lupa bagaimana dan tak melihat sekitar bahwa bahaya akan segera terjadi. Mencelakai diri kita sendiri.

Begitu juga dengan Zoya dan Reya, setelah beberapa hari perdebatan itu, Zoya nampak sekali menghindari Reya, bahkan ia rela untuk bertukar kursi dengan siswi lain.

Mereka tampak sekali memiliki kerenggangan dalam persahabatan nya, Toya sudah berusaha untuk mendekat kan mereka lagi, tapi Zoya terus menolak, bahkan ia marah jika harus terus membahas soal kucing nya.

Fiony tak bisa berbuat banyak, ia hanya terus menyemangati Reya agar tidak menyerah untuk mengembalikan Zoya pada persahabatan mereka.

Hari ini adalah hari kamis, seperti biasa, jam pelajaran pertama mereka adalah sejarah, Kavin seorang guru sejarah itu sedang mengajar sekarang.

"Dunia memilki kisah nya, tentang berbagai macam peristiwa, dia memiliki banyak sekali kisah-kisah keadilan, ketenteraman. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa dunia juga punya sisi gelap, kisah tentang kegelapan, kehancuran dan pembunuhan. Semua itu telah terjadi dari ratusan juta tahun lalu, siklus itu tak akan pernah putus.

Jadi kita tidak bisa memungkiri bahwa, jika hanya sekedar sebuah kisah cinta yang harus tandas dan mungkin, kisah persahabatan yang harus putus. Jaga diri kalian baik-baik, dunia ini penuh dengan misteri, penuh dengan kejutan, tidak ada yang tahu kedepan nya bahwa musuh bisa berteman, dan teman bisa bermusuhan.

Baik anak-anak ku semua, mungkin cukup sampai disini, saya tidak membuka sesi tanya jawab, karena waktu juga sudah habis, jadi saya akhiri pertemuan kali ini, sekian terimakasih" tutup Kavin, guru sejarah itu menutup kelas.

"Pak, tunggu!" Panggil Reya, Kavin yang hendak pergi dari kelas kini memutar badan nya.

"Ya Reya, ada apa?" Reya kini berada di hadapan Kavin.

"Pak, saya boleh tanya sesuatu? Maksud saya, saya boleh ngobrol sama pak Kavin?" Pinta Reya, Kavin tersenyum, kemudian mengangguk kepalanya. "Boleh, mau di mana?"

"Di perpustakaan aja pak" usul Reya, Kavin menyetujui nya.

Tak banyak obrolan selama perjalanan mereka saat menuju perpustakaan, mungkin hanya sekadar basa-basi saja, tak lama mereka sampai di perpustakaan, Kavin duduk di sebuah bangku yang dekat dengan jendela.

Reya ikut duduk berhadapan dengan guru nya, ia sedikit grogi sebenarnya, apa lagi pak Kavin ini termasuk guru di sekolah nya yang awet muda, tak sedikit kok yang suka dengan Kavin, Reya?

Sebenarnya ia biasa saja dengan guru favorit siswa-siswi sekolah ini, ia hanya suka dengan pelajaran nya.

"Jadi, apa yang mau kamu obrolkan Rey?" Kavin membuka obrolan.

"Saya tidak tahu harus memulai nya dari mana tapi, pak. Waktu itu bapak pernah mengatakan, bahwa bapak tahu tentang Vasilissa?" Tanya Reya, Kavin menyandarkan punggung nya pada kursi.

"Ya, benar. Ada apa memang nya?"

"Kalau begitu, pak Kavin tahu tentang Erimanthix?" Kavin mengerutkan kening nya, dari mana murid nya ini tahu tentang ras itu?

"Erimanthix? Dari mana kamu mengetahui tentang itu?" Kavin tak langsung menjawabnya, ia justru penasaran dengan murid nya ini.

"A-anu pak, eee... Saya baca dari buku, iya buku pak" ucap Reya gelagapan, ia tak mungkin mengatakan bahwa ia tahu tentang Erimanthix dari Alethea.

"Buku? Buku apa yang kamu baca?" Kavin masih terus berusaha menguak nya.

Reya menggigit bibir bawahnya, ia bingung sekarang harus jawab apa, Kavin mengamati wajah Reya yang khawatir akan sesuatu, ia sebenarnya hanya ingin murid di depan nya ini jujur, Rena kakak nya itu sudah bercerita banyak tentang nya.

"Baik lah, saya tidak bisa memaksa mu untuk mengatakan nya, jadi kamu ingin tahu apa itu Erimanthix?" Reya mengangguk, ia ingin tahu sebenarnya Erimanthix.

"Erimanthix adalah sebuah ras, mereka adalah makhluk dengan rupa hewan yang memiliki kekuatan, namun ras mereka hampir punah saat itu, karena peperangan besar yang terjadi. Untuk sekarang keberadaan mereka di kamuflase oleh para dewa" reya mengerutkan kening nya.

"Kamuflase?"

"Mungkin bisa dikatakan seperti itu, karena mereka dirubah oleh para dewa menjadi sosok manusia yang mampu merubah diri seperti hewan, ya, mereka mampu merubah dirinya menjadi Erimanthix kembali." Reya masih tak paham dengan penjelasan guru sejarah nya itu.

"Saya masih belum paham"

"Jadi contoh simpel begini, anggap saja kamu Erimanthix, hewan mu adalah kucing, kamu bisa merubah wujud mu menjadi seekor kucing dengan wujud manusia, di tambah dengan kekuatannya"

"Maksudnya mereka adalah monster hewan? Mereka bisa merubah diri nya menjadi monster hewan?" Kavin mengangguk setuju, sulit sekali untuk menjelaskan nya. "Dan yang perlu kamu ketahui, mereka terkadang memiliki hewan peliharaan juga, namun hewan mereka berbeda, terkadang bisa membunuh"

"Bahkan jika hewan itu adalah seekor kucing?"

"Iya, bahkan kucing peliharaan Erimanthix mampu membunuh manusia" Reya menghela nafas, benar apa kata Alethea kucing itu berbahaya. Sekarang ia harus menyadarkan Zoya.

"Baik pak, kalau begitu terimakasih. Saya permisi" pamit Reya, Kavin hanya mengangguk mempersilahkan, ia menatap kepergian gadis itu, ada sesuatu yang mengganjal di pikiran nya. "Bagaimana bisa?"

×××××

15:50.
Sudah sore, siswa dan siswi SMA ini akan segera pulang, termasuk Reya, kelas nya akan segera usai, ia merapihkan barang-barang milik nya ke dalam tas.

Lima menit kemudian, bel tanda pulang sekolah berbunyi, beberapa kelas telah juga sudah usai, dan kini kelas Reya, murid-murid kelas tersebut berhamburan keluar.

"AAAAAAA!!!" Suara teriakan histeris terdengar, tidak hanya Reya, seluruh murid yang baru saja keluar dari kelas itu terkejut seketika, teriakan itu it berasal dari toilet, terdengar nyaring.

Reya bersama dengan dua teman nya juga murid-murid langsung menuju asal suara, sesampainya mereka di sana, seorang murid tengah terduduk sambil menggigit jari nya, ia dalam keadaan begitu syok, keringat nya bercucuran deras.

Reya menyibak kerumuman murid-murid, begitu pula dengan Toya dan Fiony, mereka masuk kedalam toilet dengan susah payah, hingga ketika mereka telah masuk, ia mendapati seorang siswi sedang ketakutan

Reya menghampiri nya, berjongkok dan memeluk siswi tersebut, mencoba menenangkan hingga "Rey!" Toya memanggil nya.

Reya menoleh, melihat apa yang di tunjuk Toya, di dalam sebuah bilik toilet tersebut, terdapat seorang siswi telah tewas mengenaskan, leher nya koyak, darah menetes dari sana.

Tak hanya itu, perut siswi tersebut juga robek isi keluar kemana-mana, mengotori lantai toilet. Reya membulatkan matanya, sangat mengenaskan.

×××××





THE DARK OF TIMES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang