Pagi ini Haechan memasak sarapan seperti biasanya, Jeno masih pergi untuk memeriksa keadaan markas sebentar.
"Kenapa Tuan belum keluar dari kamar?" gumam Haechan, setelah ia menata makanan di meja makan ia bergegas pergi ke kamar Jaemin untuk memanggilnya. Tidak biasanya Jaemin bangun telat,
Haechan mengetuk pintu kamar Jaemin sambil memanggil, namun karena tidak ada balasan maka Haechan membuka pintu kamar yang rupanya dikunci itu, ia semakin heran karena tidak biasanya Jaemin mengunci pintu kamar.
Dengan bergegas, Haechan buru-buru ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan. Setelah mendapatkan kuncinya, Haechan kembali ke depan kamar Jaemin dan membuka pintu kamar.
Jaemin masih berbaring diatas ranjangnya dengan mata terpejam, dengan raut wajah yang berubah khawatir Haechan menghampiri Jaemin untuk membangunkan Tuan-nya itu.
"Tuan, Tuan Jaemin," Haechan mengguncang pelan tubuh Jaemin, terasa panas ketika telapak tangannya menyentuh lengan Jaemin yang mengenakan kaos pendek itu. Jaemin demam.
Haechan panik, ini pertama kalinya melihat Jaemin sakit, ia mengambil ponselnya dan langsung menelfon dokter pribadi mereka. Namun ditengah kegiatannya itu, Haechan merasakan tangan Jaemin yang menyentuh telapak tangannya.
"Segera kesini," ucap Haechan sebelum menutup telfon, tidak sempat mengabari Jeno.
"Tuan, dokter sudah dalam perjalanan kesini," ucap Haechan dengan nada khawatirnya, jelas saja karena ini kali pertama Jaemin sakit selama Haechan bersama dengan Jaemin.
Meski dengan energi yang sekarang, Jaemin menarik Haechan ke dalam pelukannya, membuat Haechan mau tak mau naik ke atas ranjang dan berbaring disamping Jaemin, menarik selimut untuk mereka berdua dan membiarkan Jaemin mengusal ke lehernya.
Selama dokter belum tiba, entah sadar atau tidak tetapi Jaemin tidak melepaskan pelukannya pada Haechan sama sekali. Haechan bisa merasakan suhu tubuh Jaemin yang panas karena demam, ia menjadi semakin khawatir.
Seharusnya Haechan menemani Jaemin semalam.
"Jangan pergi, Haechan," gumam Jaemin yang terdengar jelas oleh Haechan,
"Aku disini, Tuan," Haechan mengangkat tangannya untuk mengusap kepala Jaemin dengan lembut, Jaemin terlihat sangat manja pada Haechan dan ini pertama kalinya Haechan melihat sisi Jaemin yang ini.
20 menit kemudian dokter datang dan memeriksa keadaan Jaemin, memasang infus pada tangan kiri Jaemin karena selain demam, Jaemin juga dehidrasi karena mengerjakan misi hampir satu hari penuh tanpa minum dan makan. Dengan banyaknya tenaga yang dikeluarkan, tidak sebanding dengan cairan yang masuk ke dalam tubuh Jaemin.
Selesai memastikan Jaemin sudah ditangani oleh dokter, Haechan baru bisa menelfon Jeno dan memberikan kabar jika Jaemin sakit. Jeno bahkan langsung pergi dari pekerjaannya untuk kembali ke rumah.
"Saya akan meresepkan obat, sementara ini Tuan Jaemin harus beristirahat. Jika infusnya sudah habis mohon panggil saya untuk melepasnya, saya akan berjaga di ruang tamu," ucap dokter, setelahnya hanya tinggal Jaemin dan Haechan di dalam kamar.
Haechan duduk disamping Jaemin, memperhatikan wajah Jaemin yang masih terlihat pucat. Tuan-nya ini sangat suka memendam semuanya sendirian, menanggung beban orang lain meskipun selalu mengelak atas apa yang dilakukannya dengan dalih ini untuk kepentingannya sendiri.
Meski Haechan sering melihat bagaimana Jaemin menolak perasaannya, Haechan selalu yakin jika Jaemin menyayanginya seperti bagaimana Jeno menyayanginya sebagai pasangan.
"Aku harus membuat bubur, atau sup ya?" Haechan berdiri, ia harus membuat makanan untuk Jaemin. Ah, dia juga belum makan, perutnya terasa lapar sekali. Jika dirinya tidak hamil, Haechan mungkin memilih untuk tidak makan, namun kini ia juga punya satu nyawa yang harus diberi makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous (Nahyuck) END
Fiksyen PeminatJaemin ingin membalaskan dendamnya kepada orang yang telah merusak hidupnya, karena itulah ia membeli seorang hybrid dari penampungan terlarang untuk menjadikannya alat terbaik miliknya. Serta... peliharaan yang patuh. WARNING!! BXB Nahyuck Abuseme...