Ch 155

2 1 0
                                    


Sambil mendengarkan Violet dan menatap Perez, Gallahan bangkit dari tempat duduknya.

Itu adalah jalan yang lurus dan cepat, meskipun sempat tersandung-sandung sejenak.

Namun seorang pria menunggu Gallahan di jalan.

Itulah Lord Ivan, yang tumbuh tua dalam beberapa hari.

Lord Ivan berbicara sambil mendekati Gallahan dengan wajah kaku.

“Ya, Tuan Lombardy…”

Mata orang-orang tertuju pada penampilannya yang lusuh dan buruk rupa.

“Tolong dengarkan aku…”

Tetapi Lord Ivan tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Itu karena mata dengan kemarahan yang tak terlukiskan dan tekanan luar biasa datang seolah-olah menekan Lord Ivan.

Gallahan tidak mengatakan apa pun.

Dia memandang Lord Ivan, yang melangkah mundur sedikit demi sedikit dan berjalan kembali ke arah Perez.

Berdetak! Berdetak!

Saat ia mendekati Perez, Gallahan mendengar pengulangan mekanis.

Dan saat dia akhirnya berdiri di belakang Perez, Gallahan menggertakkan giginya.

Rattle menggali…

Rattle menggali…

Perez mengangkat batu dengan tangan kosong.

Dia bahkan tidak punya kekuatan untuk berdiri. Dia duduk berlutut.

Ujung jarinya yang memegang batu sudah berlumuran darah.

Namun pandangan Perez hanya tertuju ke tanah.

Sepertinya dia pikir dia akan bertemu Tia saat dia sampai di sana.

“Berhenti, Pangeran.”

Kata Gallahan sambil melangkah lebih dekat.

Perez berhenti bergerak dan perlahan melihat ke belakang.

“…Gallahan Lombardia?”

Wajah Perez bahkan lebih buruk.

Ada goresan kecil dan besar, bibirnya pecah-pecah dan darah mengeras.

Tetapi mata Perezlah yang lebih menggetarkan Gallahan.

Mata merah kosong, tidak fokus, dan berawan.

Putrinya telah berbicara sebelumnya.

Kisah pertama kali bertemu Perez secara tidak sengaja di Istana.

“Warnanya merah, tapi terlihat seperti daun yang jatuh dan tampak hancur dan hilang jika dipukul, Perez saat itu.”

Perez, yang duduk di tanah dan menatap Gallahan, tampak seolah-olah kembali ke masa itu.

Seorang anak kecil yang tinggal sendirian di hutan sebelum bertemu putrinya.

Gallahan menekuk lututnya, menjaga Perez sejajar dengan matanya.

"Ya, ini aku."

Mendengar suara merdu Gallahan, wajah Perez berubah.

“…Maaf. Aku tidak bisa melindungi Tia.”

Perez berkata dengan suara gemetar.

“Aku seharusnya… bersamanya.”

Dengan gumaman seperti itu, Perez mulai bergerak seperti mesin lagi.

Mengguncang dan menggali batu serta tanah.

[I] In This Life, I Will Be The LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang