Prolog

105 19 0
                                    

Kantin Fakultas Psikologi selalu ramai di jam makan siang. Suara tawa dan obrolan mahasiswa bercampur dengan dentingan sendok dan piring, menciptakan simfoni familiar yang mengisi ruangan. Di sudut kantin, Kean Alinsky duduk dikelilingi teman-temannya. Namun tatapannya terpaku pada satu titik—sosok Alisha Svara yang duduk beberapa meja dari tempatnya.

Rambut hitam sebahu gadis itu berkilau ditimpa cahaya matahari yang menerobos jendela kantin. Tawanya yang riang sesekali terdengar, membuat sudut bibir Kean tertarik membentuk senyuman tipis. Alisha tidak pernah menyadari sepasang mata yang terus mengawasinya—bagaimana bisa dia sadar, ketika semua orang terlalu sibuk mengagumi sosok Kean Alinsky?

Memang, siapa yang tidak mengenal Kean? Dengan wajah tampan dan tahi lalat di bawah mata yang menambah kesan misterius, ditambah sikapnya yang ramah pada semua orang, dia adalah idola kampus. Tapi tak ada yang tahu apa yang sebenarnya tersembunyi di balik senyum hangatnya itu.

"Aku duluan ya!" Suara riang Alisha memecah lamunan Kean.

Gadis itu bangkit dengan terburu-buru, membereskan barang-barangnya dengan gerakan ceroboh yang sudah menjadi ciri khasnya. Beberapa lembar kertas hampir jatuh, tapi dia berhasil menangkapnya tepat waktu. Yang tidak dia tangkap adalah sebuah kunci dengan gantungan Doraemon yang meluncur dari tasnya yang tidak tertutup rapat.

Mata tajam Kean mengikuti benda kecil itu jatuh dan menggelinding di lantai. Dia menunggu sampai Alisha menghilang dari pandangan sebelum bangkit dari kursinya.

"Aku ada urusan sebentar," pamitnya pada teman-temannya, lalu beranjak mengambil kunci yang tergeletak di lantai. Gantungan Doraemon yang sudah kusam itu berayun pelan dalam genggamannya.

Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. Sebuah pesan muncul di grup angkatan:

"Teman-teman, ada yang lihat kunci dengan gantungan Doraemon tidak? Sepertinya kunci kost-ku hilang 😭"

Kean terkekeh pelan. Semua terjadi begitu mudah, seolah semesta mendukung rencananya. Dengan santai, dia mengetik balasan:

"Alisha, sepertinya aku menemukan kuncimu."

Tak lupa menyertakan foto kunci itu dalam pesannya—sebuah umpan sederhana, namun cukup untuk menarik perhatian gadis yang selama ini ia awasi.

Balasan datang dengan cepat:

"Benar ini kunci kost-ku! Ya ampun, terima kasih! Bisa kita bertemu sekarang?"

Kean tersenyum semakin lebar. Dia tahu betul dia bisa saja menyerahkan kunci itu sekarang dan menyelesaikan semuanya dengan cepat. Tapi di mana letak keseruannya?

"Maaf, aku sedang ada urusan di luar. Nanti malam saja aku antarkan ke kostmu, bagaimana?"

Permintaan yang aneh, memang. Mereka bisa saja bertemu besok di kampus. Tapi Alisha terlalu polos untuk mencurigai niat di balik kebaikannya. Lagipula, siapa yang akan curiga pada Kean?

"Oh, baiklah kalau begitu, aku masih punya kunci cadangan kok. Ini lokasi kostku, terima kasih ya, Kean! 🙏"

Sebuah titik lokasi muncul di layar ponselnya. Kean mempelajari alamat itu dengan seksama—sebuah rumah kost kecil yang berdiri sendirian, jauh dari keramaian.

Sempurna.

Selama ini, Kean selalu mencari alasan untuk dekat dengan Alisha. Memilih kelas yang sama, bergabung di kepanitiaan yang sama, bahkan sengaja duduk di tempat yang memudahkannya mengawasi gadis itu. Tapi Alisha tidak pernah benar-benar melihatnya—tidak seperti dia melihat Alisha.

Mungkin karena wajah polos gadis itu yang mengingatkannya pada Mochi—kucing kesayangannya yang mati saat dia masih kecil. Atau mungkin karena sifat cerobohnya yang membuat Kean ingin selalu melindunginya. Yang jelas, sejak hari pertama orientasi, Kean sudah merasa Alisha berbeda. Dia seperti magnet yang menariknya masuk ke dalam pusaran obsesi yang tak bisa dijelaskan.

Senja mulai turun di langit Jakarta. Kean masih duduk di kantin yang mulai sepi, jemarinya mengusap permukaan kunci di tangannya. Besok, dia akan membuat duplikatnya. Sebuah kunci yang akan membuka tidak hanya pintu kost Alisha, tapi juga pintu menuju obsesinya yang selama ini terpendam.

Tunggu aku, kucing kecil, bisiknya dalam hati. Kau akan menjadi milikku. Sepenuhnya milikku.

AnimalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang