Chapter 8

33 0 0
                                    

Halooo sakeco ku semuaaaa 😉
Guys sorii bgt yaa, aku jadi jarang update :( Lagi cape2 nyaa hwhwhw

Minggu ini aku bakalan update 2x seminggu deh 😎 Semangatin yaa pake vote sama komennya 😜🤙

Minggu ini aku bakalan update 2x seminggu deh 😎 Semangatin yaa pake vote sama komennya 😜🤙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Terkadang, kita merasa harus kuat karena dunia tak memberi pilihan, tapi siapa sangka, bahkan yang paling tegar pun butuh waktu untuk rapuh."

Marina tengah asyik ngobrol dengan teman-temannya yang seru menceritakan sinetron yang mereka tonton kemarin. Sementara itu, dia hanya bisa mendengarkan karena kemarin tak sempat menonton-bukan karena sibuk, tapi karena sengaja menghindari kakaknya. Bahkan tadi pagi, Marina berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Dia sudah bisa membayangkan, kalau bertemu kakaknya, habislah dia. Samudra pasti masih marah besar soal insiden bibir bocor kemarin.

"Rin," suara Samudra tiba-tiba menyapa, membuat Marina melompat kaget.

"A-Abang..." Marina berdiri seketika, refleks ingin kabur, tapi Samudra lebih cepat. Tangannya sigap menarik lengan adiknya.

"Ke mana kamu mau kabur, hah?" ujar Samudra sambil menyeret Marina keluar kelas dengan tatapan yang tak bisa dianggap bercanda.

"Ampun, Bang! Serius, aku nggak sengaja!" Marina memohon dengan suara lirih, seakan-akan menghindari hukuman mati.

Dari kejauhan, Rainy yang sedang berjalan di koridor melihat Marina dipegang oleh seorang cowok yang tampak asing. Dengan naluri bak superhero, dia langsung melangkah cepat ke arah mereka.

"Heh!" teriak Rainy dengan penuh keberanian. Tanpa berpikir panjang, dia memutar ranselnya dan melemparkannya ke arah Samudra.

Puk!

Ransel itu mendarat sempurna di punggung Samudra, membuatnya hampir tersentak ke depan.

Marina hanya bisa melongo saat melihat kejadian di depannya, matanya membulat lebar. Rainy dengan cepat menarik tangan Marina ke belakang tubuhnya, seolah menjadi tameng pelindung bagi temannya.

Samudra mendesis kesakitan ketika tas Rainy menghantamnya. Ransel itu ternyata sangat berat, dan entah apa saja yang dibawa oleh gadis itu. "Apa-apaan sih kamu lempar-lempar tas kayak gitu?" geram Samudra, menatap Rainy dengan marah.

Rainy tak gentar, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Kamu yang apa! Udah jelas-jelas dia nggak mau, jangan maksa dong!" serunya tajam, penuh keberanian.

Samudra mendengus, nadanya penuh kesombongan. "Kamu siapa sih, berani-beraninya ikut campur urusan orang lain?" tanyanya dengan tatapan meremehkan.

Rainy tersenyum sinis, tak sedikit pun mundur. "Aku? Kenalin, aku temen baiknya Marin. Kamu siapa, berani-beraninya narik-narik tangan temenku tanpa izin?" balasnya, suaranya penuh tantangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua Kelomang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang