2. Langkah Kecil Menuju Kehangatan

29 9 10
                                    

HALOOO HALOOO SAKECO 😘

Hari ini aku lagi mood banget buat nulis😋😋😋 Oiya btw, gimana sama chapter pertama nya kemarin? Semoga kalian suka yaaa 🙌

Jangan lupa vote dan komen nya yaaa sakeco ku sekalian 😀👍 Semoga kalian menikmati jugaa ceritanya!

Jangan lupa vote dan komen nya yaaa sakeco ku sekalian 😀👍 Semoga kalian menikmati jugaa ceritanya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. LANGKAH KECIL MENUJU KEHANGATAN

Setelah orang tuanya berangkat ke dermaga, Rainy dan Bi Mina mulai menjalani hari-hari pertama mereka bersama. Bi Mina adalah perempuan paruh baya dengan senyum yang hangat dan tangan yang cekatan. Namun, Rainy masih merasa ada jarak di antara mereka, sebuah dinding tak terlihat yang menghalangi mereka untuk benar-benar dekat.

Bi Mina sering mengajaknya mengobrol, menceritakan kehidupan sehari-hari di desa dan mengenalkan Rainy pada hal-hal baru di sekitar rumah mereka. Namun Rainy, dengan sikapnya yang canggung, hanya menanggapi dengan anggukan atau senyuman kecil.

"Non Rainy, kalau sore kita bisa jalan-jalan ke pantai, lho. Biar nggak bosan di rumah," ajak Bi Mina suatu sore.

Rainy hanya tersenyum tipis, menunduk menatap Momo yang berjalan pelan di atas meja. "Makasih, Bi. Mungkin nanti, kalau aku udah siap," jawabnya singkat. Dalam hatinya, ia masih merasa enggan untuk terlalu membuka diri pada sosok baru ini.

Di tengah kesunyian malam, Rainy sering kali mendapati dirinya merenung di depan jendela kamar, menatap laut yang membentang luas. Di antara suara angin yang menerpa daun-daun dan debur ombak yang samar-samar terdengar, ia merasakan betapa kecil dirinya di dunia yang begitu luas ini. Seperti kelomang yang selalu mencari cangkang baru, ia terus berpindah-pindah tanpa pernah benar-benar menemukan tempat yang benar-benar bisa ia sebut rumah.

Hari-hari di Lamno berlalu dengan lambat, namun tenang. Sejak pagi, Rainy sering menghabiskan waktu di kamar, duduk di dekat jendela, memandangi Momo yang terus mengganti cangkangnya atau Taro yang mengepak-ngepakkan sayap dalam sangkarnya. Ada rasa damai yang ia rasakan, tetapi juga kesepian yang seakan tak kunjung sirna.

Bi Mina, yang selalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah, sesekali mencoba mencairkan suasana. "Non, ini kue bingkang kesukaan orang Aceh. Cobain, deh. Biar lidahmu terbiasa sama makanan sini," katanya sambil tersenyum, menyodorkan sepiring kue beraroma manis ke hadapan Rainy.

Rainy memandang kue itu dengan ragu, kemudian memungut sepotong kecil dan mencicipinya. Rasa manis dan gurih bercampur di lidahnya, membuatnya sedikit tersenyum. "Enak juga ya, Bi. Rasanya... beda," ucapnya pelan, sambil melirik Bi Mina yang terlihat senang.

"Alhamdulillah, Non suka. Kalau mau, besok Bi Mina bisa ajarin kamu bikin kue ini," sahut Bi Mina, menyeka tangannya yang sedikit belepotan dengan lap kain. Ada harapan tersirat di matanya, harapan bahwa ia bisa lebih dekat dengan gadis yang selalu terlihat sendu ini.

Dua Kelomang BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang