Semakin hari, hubungan antara Rasha dan Lulu menjadi lebih dekat. Mereka sering bertemu di luar jam kerja Lulu, entah itu makan malam sederhana atau sekadar berjalan-jalan di taman kota. Meski dunia mereka berbeda, di hadapan satu sama lain, mereka bisa menjadi diri mereka sendiri.Namun, seiring berjalannya waktu, semakin terasa jelas bahwa dunia luar tidak sepenuhnya mendukung mereka. Pertentangan dari orang tua Rasha mulai terlihat, terutama dari ayahnya yang merupakan CEO terkenal dan sangat menjaga status keluarganya.
Suatu sore, ketika Rasha sedang bersiap untuk pergi menemui Lulu, tiba-tiba ayahnya memanggilnya masuk ke ruang kerja.
"Rasha, duduk sebentar. Ayah mau bicara," suara ayahnya terdengar tegas, penuh wibawa.
Rasha menghela napas pelan, sudah menduga ke mana arah pembicaraan ini. Dia duduk di kursi di depan meja kerja ayahnya.
"Kamu sering keluar belakangan ini," kata ayahnya, tanpa menatap langsung ke Rasha. "Dan ibu bilang kamu sering terlihat bersama seorang perempuan. Siapa dia?"
Rasha terdiam sesaat sebelum menjawab. "Namanya Lulu, Yah. Dia... teman dekatku."
"Teman dekat?" Ayah Rasha akhirnya menatap putranya, matanya tajam dan penuh penghakiman. "Dari mana asalnya?"
Rasha tahu ini akan terjadi. Dia sudah mempersiapkan jawaban, tapi tetap saja, rasa khawatir itu muncul. "Dia bekerja di kedai kopi, Yah. Orang tuanya sudah meninggal, dan dia tinggal bersama bibinya."
Wajah ayahnya berubah, seolah baru saja mendengar sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. "Kamu bercanda, kan?"
"Ayah—"
"Rasha," potong ayahnya cepat. "Kamu tahu kamu pewaris satu-satunya keluarga ini. Kamu tahu tanggung jawab yang ada di pundakmu. Dan kamu memilih... seorang gadis seperti itu?"
Rasha menahan diri agar tidak marah. "Ayah, Lulu bukan sekadar gadis biasa. Dia punya hati yang baik, dan aku suka dia."
"Suka?!" Ayahnya tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Kamu bicara tentang perasaan seolah-olah itu satu-satunya hal yang penting. Tapi kamu lupa siapa dirimu, Rasha. Kamu lupa keluarga seperti apa yang kamu tinggali."
Rasha mengepalkan tangannya di atas meja, mencoba menahan amarah. "Ayah selalu bicara soal status, kekayaan, dan nama baik. Tapi kapan terakhir kali Ayah peduli tentang kebahagiaan aku?"
"Ini bukan soal kebahagiaan sesaat, Rasha. Ini tentang masa depanmu. Kamu harus bersama seseorang yang sepadan, yang bisa mendukungmu dalam menjalankan perusahaan ini. Bukan gadis yang bahkan tidak bisa menjaga nama baik keluarga kita."
Rasha berdiri, suaranya mulai meninggi. "Aku tidak peduli soal itu, Yah. Lulu lebih dari cukup buat aku. Aku nggak butuh dukungan dari seseorang yang hanya Ayah anggap 'pantas'."
Ayahnya berdiri juga, menatap putranya dengan mata tajam. "Selama kamu masih tinggal di bawah atap ini, kamu akan mengikuti aturan keluarga. Kamu tidak akan bersama gadis itu, Rasha."
Rasha mengepalkan tangannya lebih keras, berusaha menahan amarah yang mendidih di dadanya. "Aku bukan anak kecil lagi, Yah. Aku bisa buat keputusan sendiri."
"Kalau begitu, kamu juga harus siap menanggung akibatnya," jawab ayahnya dingin. "Kamu pilih, Rasha: keluargamu atau gadis itu."
---
Di sisi lain, Lulu juga merasakan tekanan yang semakin berat. Dia tahu bahwa dia dan Rasha berasal dari dunia yang berbeda, tapi dia tidak menyangka dunia itu akan berusaha sekeras ini untuk memisahkan mereka.
Sore itu, Lulu sedang duduk di balkon apartemennya, memandangi langit senja yang perlahan berubah warna. Pikirannya kacau. Di satu sisi, dia bahagia karena hubungan mereka semakin dalam. Tapi di sisi lain, dia tahu keluarga Rasha tidak akan pernah menerima dirinya. Bibi Lulu, yang selama ini merawatnya, mulai curiga dengan seringnya Lulu pergi dan pulang larut malam.
"Lulu, kamu kenapa?" suara Bibi terdengar dari dalam.
Lulu menoleh dan melihat Bibinya berdiri di ambang pintu balkon, matanya penuh kekhawatiran. Lulu mencoba tersenyum, tapi senyumnya terlihat dipaksakan.
"Nggak apa-apa, Bi. Aku cuma lagi mikir."
Bibi Lulu mendekat dan duduk di sampingnya. "Kamu mikirin Rasha, kan?"
Lulu terkejut mendengar nama itu keluar dari mulut Bibinya. "Kok Bibi tahu?"
Bibi tersenyum lembut. "Aku tahu banyak hal, Lulu. Aku tahu kamu lagi dekat sama dia. Tapi aku juga tahu keluarga dia pasti nggak akan setuju sama kamu."
Lulu menunduk, merasa beban di pundaknya semakin berat. "Aku tahu, Bi. Aku juga takut."
"Lulu," suara Bibi terdengar serius. "Kamu harus pikirin baik-baik. Dunia kamu dan dia beda. Jangan sampai kamu terlalu jauh masuk ke dalam hubungan ini kalau akhirnya cuma bikin kamu sakit hati."
Lulu terdiam. Kata-kata Bibinya seolah menegaskan semua ketakutan yang selama ini dia coba abaikan. Dia tahu hubungan mereka tidak akan mudah, tapi mendengar Bibinya mengatakannya dengan begitu jelas membuat segalanya terasa semakin nyata.
"Aku sayang sama dia, Bi," kata Lulu akhirnya, suaranya pelan, hampir seperti bisikan.
Bibi Lulu menatap keponakannya dengan lembut. "Aku tahu, Nak. Tapi cinta aja nggak cukup. Kamu harus siap menghadapi semua rintangan kalau mau terus bersama dia."
Lulu mengangguk pelan, meski di dalam hatinya, dia belum tahu apakah dia cukup kuat untuk menghadapi semua itu.
---
Malam itu, setelah pertemuan tegang dengan ayahnya, Rasha menelepon Lulu. Suaranya terdengar lelah, tapi ada tekad yang kuat di dalamnya.
"Lu, aku nggak peduli apa yang ayah bilang. Aku tetap pilih kamu," kata Rasha langsung tanpa basa-basi.
Lulu terdiam sesaat, hatinya bergetar mendengar kata-kata itu. "Rasha, aku nggak mau kamu kehilangan keluarga kamu cuma karena aku."
"Aku nggak kehilangan apa pun, Lu. Kalau keluargaku nggak bisa terima kamu, itu masalah mereka, bukan kita."
"Tapi, Rasha—"
"Aku serius, Lu. Aku nggak peduli soal semua itu. Yang aku peduliin cuma kamu. Kita bisa lewatin ini bareng-bareng."
Lulu menelan ludah, hatinya penuh perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia bahagia karena Rasha begitu teguh pada perasaannya. Tapi di sisi lain, ketakutan itu masih ada, semakin besar.
"Aku nggak tahu, Rasha," kata Lulu akhirnya. "Aku nggak tahu apakah kita bisa lewatin semua ini."
"Kita pasti bisa, Lu," jawab Rasha tegas. "Aku janji."
Dan dengan janji itu, mereka melangkah ke depan, tanpa tahu seberapa besar rintangan yang akan mereka hadapi. Meski cinta mereka kuat, dunia di sekitar mereka seolah menolak untuk menerima kebahagiaan yang mereka impikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Sampai
RomanceIni adalah kisah cinta antara Rasha, anak tunggal dari keluarga kaya raya, dan Lulu, seorang perempuan yang tumbuh di keluarga sederhana dan bekerja sebagai pelayan di sebuah kafe. Meski usia mereka berbeda lima tahun, dengan Lulu lebih tua, cinta m...