Pertemuan Tak Terduga

34 6 0
                                    


Lima tahun berlalu. Rasha kini berusia 27 tahun, semakin matang dan dewasa dalam menghadapi hidup, namun di dalam hatinya, dia masih sama—pria muda yang terus merindukan sosok Lulu. Selama bertahun-tahun itu, Rasha tetap tidak bisa menghapus bayangan Lulu dari pikirannya. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi Lulu, meskipun keluarganya berulang kali memperkenalkan calon istri yang mereka anggap cocok untuknya.

Namun, seperti hari-hari sebelumnya, Rasha menolak semua itu. Di kantor, dia berusaha mengalihkan pikirannya dengan pekerjaan. Perusahaan ayahnya semakin berkembang pesat, dan Rasha mengambil alih lebih banyak tanggung jawab sebagai persiapan menjadi penerus perusahaan. Namun, kesuksesan itu terasa hampa. Setiap kali dia mendapatkan penghargaan atau pujian, dia merasa ada yang kurang. Lulu.

Hari itu, Rasha mendapat tugas untuk melakukan kunjungan kerja ke luar kota, tepatnya ke sebuah daerah kecil di mana mereka berencana membuka cabang baru. Awalnya, kunjungan itu terasa seperti tugas biasa, hanya urusan bisnis. Namun, siapa sangka bahwa perjalanannya kali ini akan menjadi titik balik dalam hidupnya?

---

Rasha duduk di kursi depan restoran sederhana di kota kecil itu, memesan makanan sambil menghela napas panjang. Hari itu panjang, dan dia merasa lelah setelah bertemu dengan klien dan rapat tanpa henti. Restoran itu kecil tapi nyaman, jauh berbeda dari restoran mewah yang biasa dikunjunginya di kota besar.

Ketika sedang menunggu pesanannya, tiba-tiba terdengar suara tangis seorang anak kecil di dekatnya. Rasha menoleh dan melihat seorang bocah laki-laki berusia sekitar tiga tahun terjatuh saat berlari di depan restoran. Anak itu menangis keras, dan Rasha segera berdiri, bermaksud membantu.

Tanpa disangka, seorang wanita berlari mendekati anak itu dengan wajah cemas. Wanita itu meraih anaknya, memeluknya erat, dan berkata, "Aduh, sayang, kamu nggak apa-apa? Sakit ya?" Suaranya lembut, penuh kasih sayang.

Rasha terdiam. Ada sesuatu tentang wanita itu yang membuatnya tak bisa melepaskan pandangan. Dan ketika wanita itu menoleh untuk berterima kasih padanya, dunia Rasha seolah berhenti.

"Lulu?"

Wanita itu terkejut, memandang Rasha dengan mata lebar. Wajahnya terlihat lebih dewasa, namun tidak ada keraguan, itu adalah Lulu—wanita yang selama ini terus berada di dalam pikirannya, yang dia cari selama bertahun-tahun.

Lulu menatap Rasha dengan mata yang dipenuhi keterkejutan dan rasa bersalah. "Rasha...?"

Untuk beberapa detik, mereka hanya saling menatap tanpa kata. Lulu segera memalingkan wajahnya, seolah tidak siap menghadapi kenyataan bahwa mereka kembali bertemu. Sementara itu, Rasha merasa dadanya sesak, seolah ribuan pertanyaan sekaligus menyerbu pikirannya.

"Ini... anak kamu?" tanya Rasha dengan suara yang sedikit bergetar, menunjuk anak kecil yang masih berada di pelukan Lulu.

Lulu mengangguk pelan, lalu membalas dengan suara pelan, "Iya."

Rasha tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya hancur, meskipun dia tahu bahwa lima tahun telah berlalu dan kemungkinan Lulu telah menjalani hidupnya sendiri. Tapi tetap saja, kenyataan itu begitu menyakitkan.

---

Lulu segera mengalihkan perhatiannya pada anak kecil itu, yang masih menangis. Dia membelai rambut anaknya dengan lembut, mencoba menenangkannya. Sementara itu, Rasha hanya bisa berdiri di sana, bingung dan tidak tahu harus berkata apa.

"Lulu... kenapa kamu pergi tanpa bilang apa-apa?" Akhirnya Rasha memberanikan diri untuk berbicara. Suaranya terdengar berat, penuh luka yang belum sembuh.

Lulu menatap Rasha dengan pandangan yang sulit dibaca. "Aku nggak punya pilihan lain, Sha. Dunia kita terlalu berbeda. Aku nggak mau terus-terusan bikin kamu harus berjuang buat sesuatu yang nggak mungkin."

"Tapi kita bisa coba! Kenapa kamu nggak kasih aku kesempatan untuk berjuang? Kamu cuma pergi gitu aja, tanpa penjelasan. Kamu tahu gimana rasanya hidup lima tahun tanpa tahu kabar kamu?" suara Rasha mulai meninggi, dipenuhi oleh emosi yang tertahan selama bertahun-tahun.

Lulu menggigit bibirnya, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak bisa... Aku nggak mau jadi beban buat kamu, Rasha. Dan aku nggak sanggup lihat kamu kehilangan segalanya demi aku."

Rasha menggeleng, merasa putus asa. "Tapi kamu adalah segalanya buat aku, Lu. Itu yang kamu nggak pernah ngerti."

---

Saat itu, seorang pria paruh baya muncul dari arah pintu restoran, berjalan ke arah Lulu dan anaknya. Pria itu memanggil Lulu dengan lembut, "Lulu, sayang, semuanya baik-baik aja?"

Lulu menoleh ke pria itu, tersenyum lembut. "Iya, semuanya baik-baik, Mas. Ini cuma... ketemu temen lama."

Pria itu mengangguk sambil tersenyum kepada Rasha, lalu memeluk anak kecil yang ada di pelukan Lulu. "Nak, ayo kita pulang. Mama udah mau selesai, kan?"

Rasha hanya bisa menatap, hatinya hancur berkeping-keping. Lulu sudah menikah. Wanita yang selama ini dia cintai sudah punya keluarga. Dan dia harus menerima kenyataan pahit itu.

"Ini suami kamu?" Rasha bertanya pelan, meskipun dia sudah tahu jawabannya.

Lulu mengangguk, menghindari tatapan Rasha. "Iya, Sha. Ini suamiku."

Pria itu tersenyum ramah kepada Rasha, tidak menyadari ketegangan yang terjadi di antara mereka. "Senang bisa ketemu temannya Lulu. Kami udah harus pulang sekarang. Semoga kita bisa ketemu lagi lain kali."

Rasha hanya bisa mengangguk lemah. "Iya, tentu..."

Lulu mengucapkan selamat tinggal dengan mata yang penuh dengan penyesalan, lalu pergi bersama suami dan anaknya, meninggalkan Rasha yang masih terdiam di tempatnya.

---

Saat Lulu menghilang dari pandangan, Rasha merasakan kekosongan yang begitu dalam. Semua harapan yang dia simpan selama bertahun-tahun seolah hancur dalam hitungan detik. Lulu sudah bahagia dengan hidup barunya, dan Rasha harus menerima kenyataan bahwa tidak ada lagi tempat untuknya di sana.

Namun, di balik semua kesedihan itu, Rasha tahu satu hal: dia tidak pernah bisa melupakan Lulu, meskipun dunia mereka sekarang benar-benar berbeda.

Cinta Tak SampaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang