2 {Meiraa Amira Falica}

2.9K 16 1
                                    

"k-ka-kak, aa-ak-aku-" sumpah Meiraa tidak bisa berbicara normal sekarang.

"Gagu Lo" desisnya tajam.
 
  Meiraa memegang tangan Angga yang Semakin kuat mencengkram kerah bajunya.
Air mata Meiraa luruh, dia kesulitan bernafas. Matanya terus menatap mata elang Angga yang menatap marah kepadanya.

"S-sa-kkit"

Siswa siswi yang berlalu lalang berhenti menatap prihatin pada Meiraa. Tidak ada yang berani mendekat bahkan membantu gadis itu.
 
Dion dan Bima yang baru datang melotot melihat aksi Angga. Terlebih pada seorang gadis.

"Ga, lepasin dia cewek" ucap Dion
"Kasian ga, dia kesulitan bernafas" sahut bima berusaha melepaskan tangan Angga dari kerah baju Meiraa.

Masih menatap tajam Meiraa. Angga melepaskan tangannya sambil mendorong gadis itu kasar.
Meiraa jatuh terduduk. Tubuhnya bergetar.

Angga berjongkok di hadapan Meiraa menjepit dagu mulus gadis itu memaksanya agar  menatapnya.

"Gw ga tau lo sengaja nyari masalah sama gw apa nggak. Tapi kali ini gw bener-bener keganggu" seringai di bibir Angga semakin membuat air mata Meiraa mengalir.

"Meiraa Amira Falica"

Angga membaca name tag yang ada di baju gadis itu. Bibirnya tersenyum miring.

"Kali ini gw lepasin, sekali lagi Lo berurusan sama gw, Lo ga akan bisa lepas dari genggaman gw. Paham?"

"I-i-iya"

Angga berlalu dari sana di ikuti kedua temannya. Memecah kerumunan yang mulai bubar meninggalkan Meiraa yang menangis sendirian.
Tidak ada yang berani membantu. Mereka tau siapa Angga itu mereka semua takut padanya.

Kembali kekelas Meiraa jadi tidak bisa fokus. Semua itu karna insiden yang dia alami hari ini. Sampai bel pulang sekolah berbunyi Meiraa masih duduk termenung di bangkunya.
Tadi kedua temannya, Dina dan Alika meminta maaf karna tdak membantunya karna  posisi mereka berdua masih di kantin.
Tentu saja Meiraa tidak mempermasalahkan hal itu lagian itu salahnya yang ceroboh sampai-sampai berurusan dengan seorang Angga.

~~~~~

Sepulangnya dari sekolah Meiraa tidak langsung pulang kerumahnya. Dia kerumah sakit untuk menjenguk ayahnya. Sudah 1 tahun ayahnya di rawat di sana tidak ada tanda-tanda ayahnya bakal bangun.

Meiraa itu anak tunggal. Dia hanya tinggal bersama ayahnya. Ibunya sudah berpulang 2 tahun lalu. Benar benar besar pengaruh seorang ibu dalam keluarga. buktinya ayahnya sampai kecelakaan akibat minum alkohol karna belum ikhlas atas kepergian istrinya.

"Ayah ini aku Meii" meiraa menghela nafas

"Ayah kapan bangun? Aku ga bisa tanpa ayah semua terasa berat ayah. Aku mohon cepatlah bangun" Meiraa menangis dia memeluk ayahnya erat. hari ini dia benar benar letih.

"Setiap hari aku dilanda takut yah, Takuuut banget. Takut karna aku sendirian. takut karna aku lemah dan takut kalau ayah ninggalin aku" tangisnya semakin kencang .

Meiraa menumpahkan semua ketakutannya. dia benar benar bingung. Dia capek hidup seperti ini. Dia berpikir seandainya ibunya masih hidup pasti hidupnya tidak akan sekacau ini.

Pintu ruangan ayahnya terbuka menampilkan sosok dokter Cindy selaku dokter  yang menjaga ayahnya selama ini.

"Meii"

Meiraa mengusap air mata di pipinya dan menatap dokter Cindy yang tersenyum ke arahnya.

"Kamu baru pulang sekolah?"

"Iya dok"

"Ada yang mau saya sampaikan meii.  Tadi pagi kondisi ayahmu makin drop. Alhamdulillah tadi kami disini dan berhasil membuatnya stabil kembali. Tapi dokter besar spesialis jantung menyarankan oprasi dalam waktu dekat. Beliau bilang jika ayahmu kembali drop maka beliau dengan berat hati menyatakan ayahmu meninggal"

Meiraa mematung air matanya kembali menetes. Hal yang selama ini dia takutkan apa akan kembali padanya. dan lagi?.

"Tapi kalau kamu setuju ada kemungkinan ayahmu membaik walau tidak 50%pulih tapi ini keputusan yang tepat menurut saya meii"

"I-iya dok a-aku setuju. Aku ga mau kehilangan ayah. Aku gaa mau" ucap Meiraa menangis.

"Tapi Meii biaya oprasinya cukup mahal. Apa kamu sanggup?"

"Be-berapa?"

"168juta"

Deg

"Aku usahain dok. Aku usahain. Tapi aku mohon tolong selamatkan ayahku. Aku mohon"

"Iya meii itu sudah jadi tugas kami. Kamu berdoa yaa Jangan menyerah sama keadaan dokter tau kamu gadis kuat"

Meiraa menangis memeluk dokter Cindy. Dokter Cindy pun tau sosok Meiraa. Dia kasihan terhadap gadis ini. Hidup sendiri dan harus banting tulang demi kesembuhan ayahnya serta kebutuhannya Sendiri.

 


MEIRAA [21+] ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang