6

2.4K 250 25
                                    

.
.
.
.
.

Sore telah lama berlalu, membawa pergi sinar matahari yang lembut dan meninggalkan kegelapan yang mulai merayap di sudut-sudut kamar. Udara malam terasa sejuk, menembus tirai jendela yang sedikit terbuka, menghembuskan angin yang menggetarkan ujung-ujung kain.

Gracia perlahan membuka matanya. Dia menghela napas panjang, menarik selimut yang agak kusut, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Detik berikutnya, pandangannya turun, dan di sana Zee masih menyusu dengan tenang, matanya setengah terpejam, menikmati rasa aman dalam dekapan Gracia.

Dengan lembut, Gracia mengelus kepala Zee. "Eh masih nen ternyata," katanya dengan suara serak yang terdengar hangat di udara malam.

Zee, meski masih setengah terjaga, merespon dengan suara pelan, "Hmm... mama udah tidur lama?" tanya Zee, tanpa melepaskan hisapannya.

Gracia tersenyum lemah, merasa sedikit bersalah karena ketiduran terlalu lama. "Lumayan, mama tadi ketiduran... capek banget,"

Zee berhenti sejenak, menatap Gracia dengan mata kecilnya yang masih berat. "Tapi... aku masih lapar," katanya manja, masih enggan melepaskan diri.

Gracia tertawa pelan, suara tawa yang lebih terdengar seperti bisikan. "Nggak apa-apa, kamu minum aja sampai kenyang. mama di sini, nggak ke mana-mana."

Sambil terus mengelus kepala Zee dengan lembut, Gracia memandang ke arah jendela. Di luar, langit telah hitam pekat, bintang-bintang bersinar redup di kejauhan. Malam ini terasa berbeda, lebih tenang, seolah waktu bergerak lebih lambat, memberi mereka ruang untuk sekadar berada tanpa terburu-buru.

Perlahan, Gracia mulai merasakan kehangatan yang berbeda, bukan hanya dari Zee yang ada di pelukannya, tetapi juga dari perasaan dalam hatinya. Ada sesuatu yang mengalir dalam keheningan malam ini kedamaian yang sulit dijelaskan.

"Ma, jangan tidur lagi ya," suara Zee memecah keheningan, kali ini dengan nada sedikit merengek.

Gracia tersenyum, menyembunyikan lelahnya. "Nggak, mama nggak tidur lagi."

Zee tersenyum kecil, matanya kembali terpejam. Sementara Gracia terus memandangnya, ada rasa hangat yang menyelinap di antara rasa kantuk yang tersisa.

"Udah malem ternyata, gimana kalo kita makan dulu? Kamu belum makan sayang."

Zee reflek melepaskan hisapannya. "Aku kenyang, mama lapar yah? Yaudah ayo makan."

"Iya sih, sebenarnya mama lapar hehe. Apalagi anak mama yang lucu ini nen mulu nih, tenaga mama jadi kesedot." Gracia mencubit gemas pipi Zee membuat Zee tertawa.

"Tapi nanti aku nen lagi ya? Kalo mama udah makan." pinta Zee

"Iya sayang, bolehh banget. Jadi mama juga gak harus capek-capek pompa asi nya."

"Yes! Ayo ma, makan dulu."

"Iyah."

Gracia mendudukan dirinya dan menatap kedua payudaranya, sekarang rasanya cukup lega.

"Nen mama enak!" Ucap Zee tiba-tiba, Gracia sontak menoleh dan tersenyum.

"Oh ya? Enak karena minum langsung ya? Hayo Zeetara." Gracia meledek, Zee jadi mendudukan dirinya juga dan menatap Gracia malas

"Padahal aku puji beneran lho ma, kok mama gitu sama aku?"

"Aduh iya iya maaf yah, mama bercanda." balas Gracia sambil mencium bibir Zee.

"Iya deh, ayo cepetan pake baju mama terus mama makan."

Gracia tertawa kecil lalu turun dari ranjang untuk mengambil baju atasannya, setibanya di lemari Gracia hanya megambil kaos dan langsung saja dia memakai tanpa bra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy Mom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang