CHAPTER 10 : penyelesaian

271 44 3
                                    

Hari-hari berlalu seperti biasa di kantor, Fiony dengan semua 'ketidaksengajaan'nya masih berusaha menjauhkan kan nya dengan pak direktur, sementara Zee sendiri sudah mulai mengerti kemana sebenarnya hubungan mereka berdua berlabuh.

"Kak, kayaknya aku udah gak perlu lagi diawasi deh" Zee membuka percakapan antara dirinya dan sang suami di meja makan

"Saya cemas kamu sulit beradaptasi di lingkungan kerja, kalo ada dia sedikitnya kamu punya pegangan buat nanya apapun"

Zee tersenyum kikuk "ya gak langsung sama direkturnya juga...lagian aku udah punya temen juga sekarang"

"Oh iya?"

"Iya, jadi gak perlu lagi diawasi. Boleh, ya?" Tanya Zee harap-harap cemas

Aldo mengangguk singkat "nanti saya bilang sama orangnya," tuturnya membuat sang istri bersorak dalam hati

"Tapi kamu baik 'kan di kantor?" Tanyanya lagi

"Baik kok. Temen di kantor juga ramah semua" jawabnya tampak meyakinkan

Setelahnya tak ada lagi pembicaraan. Aldo tersenyum kecut, sejak dulu perempuan ini memang hobi sekali menyembunyikan masalahnya sendiri. Ternyata Tidak berubah sama sekali.

Sebetulnya Aldo sendiri sudah tahu apa saja yang terjadi di kantor. Termasuk perlakuan Fiony kepada sang istri, Farrel selalu melapor apapun kepadanya. Namun, ia tetap diam atas perlakuan itu, toh yang sering terkena getahnya adalah Farrel sendiri, ia tak mau ambil pusing. Selama istrinya tak mendapat kekerasan fisik atau apapun itu.

🍁🍁🍁

Zee meregangkan tubuhnya setelah selesai dengan semua pekerjaannya saat ini. Terhitung Sudah satu Minggu dia bekerja disini, ia juga sudah mulai akrab dengan orang-orang

Awalnya mereka memang terlihat tak menyukainya karena mengira dirinya sering menggoda pak direktur. Tapi sedikit-sedikit mereka tampaknya mulai mengerti kenapa atasan mereka terlihat begitu menghargai perempuan ini. Zee adalah orang yang santun dan rajin, tutur katanya selalu terjaga kepada siapapun. sebagian dari mereka bahkan menganggap jika Zee adalah orang yang attitude-nya paling baik di kantor.

"Zee. Bisa tolong anterin kopi ke ruangan pak direktur?" Tanya Fiony tersenyum

Zee mengangguk dengan segurat senyum di wajahnya "boleh" Ia mengambil kopi itu. Sebetulnya, ia bukan tidak menyadari tabiat dari rekannya ini. Ia hanya penasaran seberapa jauh gadis ini akan bertindak.

Di depan ruangan atasannya, Zee mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Lalu masuk setelah dipersilahkan.

"Ini kopi buat bapak" katanya

Farrel mengangguk. Matanya masih fokus pada laptop "terima kasih" tangannya terulur mengambil gelas

"Saya keluar dulu, permisi" Zee yang hendak pergi, kembali terhenti ketika mendengar suara terbatuk di belakangnya.

Terlihat Farrel yang mengambil tisu di tepi meja lalu mengelap mulutnya. Wajahnya terlihat seperti menahan sesuatu

"Kenapa, pak-"

"Zee, sebenernya kamu masukin apa ke kopi saya"

Zee jadi gelagapan sendiri. Pikirkannya langsung melayang entah kemana. Tidak mungkin Fiony sampai bertindak jauh meracuni lelaki ini 'kan?

"Memangnya kenapa, pak?" Tanyanya tergagap

Farrel tampak menetralkan kembali napasnya "rasanya parah. Kamu masukin garem ke sini?"

GURAT TAKDIR [Zeedel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang