163 44 3
                                    

"itu si terong ungu sama Caine, kok ga keliatan ya dari awal kita main di tepi pantai?"

Key dan (name) yang mendengar ucapan Gin dari radio itu pun kini tersadar

Benar juga, Rion dan Caine masih belum kembali setelah roaming tadi. Kedua perempuan itu pun saling bertatap satu sama lain, seakan memberikan kode melalui keempat manik tersebut.

Sepersekian detik kemudian, kedua perempuan itu berlari ke arah Rion dan Caine pergi tadi, meninggalkan gerombolan keluarganya yang sudah siap untuk pulang itu.

"fuck! kenapa bisa bisanya kita ga nyadar tuh orangtua tiba tiba ilang?!" Teriak (name) ditengah pencariannya. Kakinya terus berlari, dengan mata yang menatap sekitarnya dengan saksama.

"lagian gamungkin kalau mereka berdua diapa-apain! kamu tau sendiri papi itu sekuat apa kan?!!" Balas Key, mereka berdua masih tetap berlari ke arah timur laut, dimana langsung mengarah ke Karnaval.

Membiarkan angin menusuk tubuh mereka yang hanya terbalut dengan bikini yang berbahan sedikit tebal, juga rambut yang tergerai indah dibawa oleh angin itu.

Mereka tak sadar sudah berlari cukup jauh, hingga sekarang mereka sudah tiba di Karnaval.
Disana mereka tak melihat ada siapapun, bahkan tak ada pergerakan benda atau apapun itu.

Terasa sunyi, sepi, dan kosong. Membuat mereka tak yakin bahwa ada Rion dan Caine disitu.

"gimana Key? aku gaada ide kemana mereka pergi!" dengan menarik nafas gusar, ia mengacak-acak rambutnya. Mereka berdua kini benar benar khawatir dengan keadaan orangtua itu.

Namun dengan kedewasaan yang diperoleh, Key mencoba menenangkan dirinya juga (name). "calm down, (name). Coba hubungi mereka lewat radio kecil."

"ah iya! sebentar."  Gadis itu mengangkat rambut panjangnya, lalu mengambil 'sesuatu' dari belakangnya.

Menyalakan benda pipih kecil itu dan mencoba menghubungi satu satunya anggota keluarganya yang memiliki benda yang sama, Caine.

Benda itu dulunya diberikan Caine kepada (name), "take this, in-case kita lagi di keadaan darurat. Kita berdua bisa saling ngasih sinyal dan juga bisa bicara lewat ini." Ucap Caine saat itu.

Berkali kali ia mencoba menghubungi Caine, wajahnya kini menjadi pucat dengan sedikit keringat dingin di dahi.

"Caine.. Rion.. semoga kalian gapapa.." Gumam nya.

Setelah beribu percobaan, hasil yang didapatkan tetaplah nihil, tak ada jawaban. Gadis itupun kesal dan melempar radio itu ke sembarang arah.

"(name).. tenangin dirimu."

"gimana bisa tenang kalo gini? gimana kalo mereka diculik? gimana kalo mereka dibunuh? giman—"

"(name)?"

Penggunaan intonasi Key benar benar tepat, satu ucapan keluar dari mulutnya dapat membuat (name) tenang dan terdiam dalam sekejap

"maaf."

Setelahnya, radio yang tadinya dilempar oleh (name) kembali menyala, menghubungkan langsung kepada Caine

...bzzt

"Caine?" Kaki jenjangnya kembali menghampiri radio itu, mengambilnya.

"Caine! kalian kemana?" Tanya nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ー 𝐍𝐚𝐯𝐞𝐫𝐢𝐥𝐜𝐡「東京 VERSE」 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang