bab 42

5.3K 592 37
                                    

Hari ini Chanyeol dan Wendy kembali bertemu dengan dokter Donghae untuk membicarakan perkembangan psikis Renjun dan juga terapinya.

"Psikis nya semakin lama semakin baik, dia sudah mulai bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan, apalagi melihat vidio video yang kalian berikan padaku, tapi hanya saja dia masih belum bisa benar-benar mengontrol emosinya sendiri, walaupun begitu Renjun sekarang sudah mulai paham sedikit sedikit tentang apa yang ada di sekitarnya seperti kenapa semua saudaranya harus pergi sekolah sedangkan dia tidak, kenapa adiknya menangis, dia sudah bisa merasakan perasaan asing seperti perbedaan antara dirinya dan saudaranya yang lain, saya memang mengatakan Renjun bisa sembuh tapi ingat tidak 100%, ketertinggalan selama ini, itu yang sulit di kejar, jadi jika kalian ingin mendatangkan guru privat untuk Renjun sebaiknya jangan dulu, kita ikuti saja apa yang menjadi kesukaannya sekarang seperti menggambar dan melukis, terus berikan pengertian secara perlahan, ajak mengobrol atau bercerita sebagai sarana latihan agar Renjun juga cepat belajar menangkap dan mengerti tentang apa yang orang sekitarnya katakan, dan untuk kalian yang sudah membiarkan Renjun untuk tidur sendiri itu sudah bagus tapi aku sarankan agar sesekali juga kalian harus mengeceknya karena tidak ada yang tau kapan mimpi buruk dan trauma itu datang, dan satu lagi yang terpenting kenyaman" dokter Donghae sesekali melirik ke arah Renjun yang sedang di temani satu perawat dengan berbagai kertas mewarnai di depan mereka.

"Untuk obat Renjun sepertinya tidak memerlukan obat lagi dan mungkin saja ini terapi terakhir mengingat dia sudah jauh lebih baik" dokter Donghae sedikit tersenyum mengingat perjuangan mereka untuk kesembuhan Renjun.

"Kalau begitu terimakasih dokter Donghae, selama ini anda banyak membantu kami terutama dalam penyembuhan putra kami" Wendy hanya bisa berucap syukur putranya semakin lama semakin membaik.

"Itu sudah tugas saya, bagaimana peran penting di sini tetap keluarga" ujarnya.

Saat perjalanan pulang Wendy mendapatkan telfon dari sekolah anak bungsunya sehingga sekarang mereka langsung menuju ke sana.

"Mah" Renjun manarik baju yang di kenakan mamanya saat dirinya merasa asing dengan tempat yang mereka datangi sekarang, terlihat besar dan ramai.

"Kita ketemu adik ya sayang" Wendy mengusap rambut putranya dan perlahan menuntun putranya agar turun, bagaimanapun juga mereka tidak mungkin meninggalkan Renjun sendirian di dalam mobil.

"Jie" Renjun tersenyum senang mendengar kata adik.

"Iya sama adik Chenle hm" ujar Wendy.

Chanyeol sendiri hanya tersenyum gemas melihat itu sebelum menggandeng istrinya untuk masuk kedalam sekolah tersebut.

"Sudah saya bilang dia lebih dulu yang sengaja melempar bola basket ke adik saya sampe pingsan bahkan belum sadar" Chenle tidak terima saat dia terus di salahkan karena membuat anak songong itu lebam lebam wajahnya.

"Ya tapi kamu jangan memukul anak saya dong, liat luka anak saya"

Chenle yang mendengar hal itu hanya menatapnya dengan malas.

"Terus saya harus diam saja begitu, masih untung cuma lebam gak saya bikin mati sekalian" diri nya sama sekali tidak takut dengan ancaman mereka.

"Permisi"

Mereka semua kini mengalihkan perhatiannya saat pintu terbuka dan melihat Chanyeol juga Wendy yang menggenggam tangan Renjun masuk kedalam ruangan tersebut.

"Maaf manunggu lama karena tadi ada urusan sebentar" Chanyeol masih berusaha tersenyum dengan semua orang yang ada di ruangan ini.

Chenle yang melihat itu langsung tersenyum dan pindah duduk di sebelah Renjun.

"Bisa di jelaskan ada apa sebenarnya ini pak?" Ucap nya karena Chanyeol bahkan istrinya masih tidak mengerti untuk apa mereka di minta datang ke sekolah si kembar.

"Begini tuan, anak anak anda terlibat perkelahian saat latihan basket tadi hingga salah satu anak anda masih belum sadar di unit kesehatan" kepala sekolah berusaha tenang menjelaskan meskipun orang tua dari Galih terus mengintimidasi nya.

"Pokoknya saya minta ganti rugi biaya perawatan anak saya, liat wajahnya" ujarnya sedangkan Wendy sama sekali tidak perduli dengan wanita itu, dirinya lebih memilih memperhatikan putranya dan memastikan putranya itu baik baik saja.

"Dia yang salah kenapa jadi anda yang minta ganti rugi" Chenle hampir saja berdiri sebelum kembali di tarik agar duduk oleh mamanya yang sekarang berusaha menenangkannya.

"Pa, dia sengaja ya ngelempar bola basket ke arah Jisung, asal papa tau, sejak pertama kali kita sekolah di sini dia terus mencari gara gara, kenapa iri karena Jisung adikku yang masih status murid baru langsung di tunjuk buat jadi tim inti basket, iya, mangkanya skill tuh tingkatin jangan cuma modal tebar pesona kalau laku aahkk mama" Chenle menatap mamanya yang baru saja menjewer telinganya.

"Diem dulu, biar papa yang nyelesain, anak mama anak baik kan?" Wendy mengusap lengan sang anak bahkan Renjun yang tidak mengerti apa apa ikut mengusap lengan adiknya.

"Aahhh injun hyung lele capek" Chenle malah menyandarkan tubuhnya pada Renjun.

"Baik supaya masalah ini cepat selesai saya akan ganti rugi biaya pengobatan anak ibu tapi saya juga minta ganti rugi, anak saya sampai pingsan, kalau gak mau tidak masalah, saya anggap ini sedekah pada orang kurang mampu" Chanyeol mengeluarkan sebuah cek dan menuliskan nomonal angka di kertas tersebut lalu meletakkan kertas itu dengan kasar di atas meja.

"Ayo pulang, saya permisi pak dan ini terakhir anak saya sekolah di sini dari pada bertemu dengan orang kurang mampu seperti mereka" bukan Chanyeol yang mengatakan hal tersebut tapi Wendy yang bahkan sempat menatap sengit wanita tersebut.


Sesampainya di uks ternyata Jisung sudah sadar di temani satu penjaga ruang kesehatan tersebut yang sepertinya kakak tingkat mereka.

"Masih pusing gak nak, kepalanya gak benjol kan atau berdarah hm" Wendy memeriksa kepala anaknya takut ada luka serius.

"Gak ada ma, jie baik baik saja tapi masih pusing" ujarnya lirih.

Chanyeol yang mendengar itu langsung berjongkok dan meminta anaknya agar naik ke punggungnya.

"Ayo papa gendong, kita pulang sekarang" ujar Chanyeol walaupun Jisung awalnya ragu tapi saat melihat Chenle yang mengangguk setuju membuatnya langsung naik ke punggung papanya.

"Jun"

Chanyeol melirik Renjun yang terus menatapnya menggendong Jisung.

"Adiknya sakit sayang, gak apa apa ya papa gendong adiknya, injun sama mama hm" ujar Wendy mengelus rambut putranya namun.

"Ayo hyung sama lele, akan lele gendong seperti papa menggendong Jisung" Chenle tersenyum apalagi saat Renjun langsung melompat ke punggungnya.

Wendy hanya menggelengkan kepalanya melihat hal itu, dia membawa dua tas milik anaknya sebelum keluar dari UKS.

Sekarang jam istirahat dan pasti koridor sangat ramai bahkan Jisung terus menyembunyikan wajahnya karena malu.

Mereka kini menjadi pusat perhatian namun itu tidak berlaku bagi Chenle dan Renjun yang justru asik bercanda sekarang.


Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang