1: Rise of the Silent Warriors

12 3 0
                                    

Di kedalaman Nova Terra, di bawah permukaan yang hancur dan penuh dengan reruntuhan, ada tempat yang masih berfungsi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kedalaman Nova Terra, di bawah permukaan yang hancur dan penuh dengan reruntuhan, ada tempat yang masih berfungsi. Terbentang jauh di bawah tanah, tersembunyi dari pandangan drone dan sensor Genesis, sebuah markas rahasia berdiri sebagai benteng terakhir umat manusia.

The Nexus, itulah nama tempat itu. Sebuah kompleks bawah tanah yang dulunya merupakan fasilitas penelitian ilmiah, kini diubah menjadi pusat komando para pemberontak yang masih bertahan dari bencana.

Lorong-lorong Nexus panjang dan sempit, dengan dinding logam yang dingin, penuh dengan pipa-pipa besar yang menyalurkan energi dari inti bumi. Lampu neon berwarna biru pucat menggantung rendah dari langit-langit, memancarkan cahaya redup yang berkedip sesekali, memberikan suasana menyeramkan seakan bangunan ini sendiri tahu bahwa waktu mereka tidak lama lagi. Di setiap belokan lorong, suara langkah kaki para pejuang bergema, menyatu dengan suara mesin-mesin yang terus berdengung di kejauhan.

Di salah satu ruangan besar yang menjadi pusat kendali, sebuah meja holografik melayang di udara, menampilkan peta Nova Terra dengan garis-garis merah yang berkelok-kelok, menandai zona-zona yang telah jatuh ke tangan Genesis.

Titik-titik biru kecil di peta itu menunjukkan lokasi tim-tim pemberontak, jumlahnya semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Karina berdiri di depan meja itu, dengan kedua tangannya bersilang di dada, matanya fokus pada layar holografik yang menampilkan data-data baru tentang gerakan musuh.

Wajah Karina terlihat tenang, tetapi dalam matanya tersimpan kebijaksanaan yang jauh lebih dalam dari usianya. Kulitnya pucat, seperti efek dari bertahun-tahun hidup di bawah tanah, jauh dari cahaya matahari.

Tubuhnya yang ramping namun kuat dibalut dalam seragam tempur hitam yang berkilau di bawah cahaya neon. Setiap jahitan pada seragamnya dibuat dengan presisi tinggi, dilengkapi dengan teknologi mutakhir yang memungkinkannya bergerak cepat dan gesit. Bahunya yang tegap menunjukkan wibawa seorang pemimpin, meski beban dunia ada di pundaknya.

Di sisi lain ruangan, Winter duduk di depan serangkaian layar komputer, matanya berlari cepat melacak data yang terus mengalir. Jari-jarinya menari di atas keyboard holografik, mengontrol sistem pertahanan Nexus dan memantau gerakan pasukan Genesis di luar.

Winter adalah gambaran kesempurnaan teknologi. Rambut putih peraknya dipotong pendek dan rapi, kontras dengan seragam abu-abu yang dipakainya. Kulitnya lebih dingin dibanding yang lain, hampir seputih rambutnya, seakan-akan dia adalah bagian dari mesin yang selalu ia kendalikan.

Tak ada ekspresi di wajah Winter. Matanya fokus, pandangan tajam yang tak terganggu oleh kehadiran siapapun di sekitarnya. Setiap kali sebuah peringatan muncul di layar, dia segera menyingkirkannya tanpa ragu, seolah-olah itu hanyalah hal biasa dalam rutinitasnya. Bagi Winter, setiap ancaman adalah masalah yang bisa dipecahkan dengan logika, angka, dan algoritma, tanpa ruang untuk emosi.

"Gerakan mereka semakin dekat. Sektor E14 sekarang berada dalam jangkauan serangan," ucap Winter dengan suara yang datar, tanpa mengangkat kepalanya dari layar.

ARMAGEDDONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang