2: Techno Abyss

5 1 0
                                    

Udara di luar markas Nexus terasa lebih dingin dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara di luar markas Nexus terasa lebih dingin dari biasanya. Langit yang terbuka di atas mereka kini hanya memperlihatkan kekosongan. Nova Terra tidak lagi memancarkan cahaya kehidupan, hanya serpihan-serpihan reruntuhan yang tersisa di bawah langit kelam.

The Valkyrie melesat cepat di udara, melintasi lanskap hancur yang dulunya merupakan pusat peradaban paling maju di planet ini. Sekarang, hanya bangunan-bangunan roboh yang menyerupai tulang-belulang raksasa yang tertinggal di bawah. Puing-puing bertebaran di setiap sudut horizon, seperti kuburan dari masa keemasan yang kini sudah mati.

Di dalam kokpit Valkyrie, suasana terasa lebih hangat namun penuh ketegangan. Karina duduk di kursi pilot, matanya tajam memandang layar navigasi di depan, sementara tangan kirinya menggenggam erat kendali pesawat.

Dia telah memimpin misi seperti ini berkali-kali, tapi selalu ada ketegangan sebelum pertempuran dimulai. Winter, duduk di kursi co-pilot di sampingnya, sibuk dengan berbagai layar holografik yang mengambang di udara, jari-jarinya bergerak cepat saat ia mengakses data di jaringan Genesis, mencoba menemukan celah dalam pertahanan mereka.

Di belakang mereka, Giselle menyandarkan tubuhnya di kursi, satu kakinya naik di atas lutut, tangannya sibuk memeriksa dua belati lasernya, memastikan bahwa senjatanya siap digunakan. Ningning duduk di sebelahnya, memandang keluar jendela kecil di sisi pesawat, wajahnya dipenuhi keheranan dan kesedihan melihat dunia yang hancur di luar sana.

"Ini seperti mimpi buruk yang tak pernah berakhir," gumam Ningning, matanya masih terpaku pada pemandangan yang mereka lalui.

Giselle, tanpa mengalihkan pandangan dari senjatanya, menanggapi dengan nada yang lebih ringan, "Ini bukan mimpi buruk. Ini realita. Tapi tenang saja, kita akan menendang mereka keluar dari mimpi ini."

Ningning tertawa kecil, meski rasa sakit di hatinya tetap tak bisa disembunyikan. "Kamu selalu tahu cara menghiburku, Giselle."

"Ya, aku kan memang paling jago dalam hal itu," jawab Giselle, menoleh ke Ningning dengan senyum lebar. "Kalau tidak, siapa lagi yang akan membuat kalian semua tersenyum di saat-saat seperti ini?"

Interaksi mereka yang ringan itu dipotong oleh suara Winter yang datar, "Aku baru saja memindai sinyal drone. Lima puluh unit di perimeter luar, tiga ratus unit di dalam sektor yang kita tuju." Ia melanjutkan, tanpa sedikitpun melambat atau menunjukkan emosi. "Pertahanan mereka meningkat sejak terakhir kali kita di sana."

Karina menatap layar di depannya, mengangguk pelan. "Apa ada celah yang bisa kita manfaatkan?"

"Celahnya tipis," jawab Winter dengan tenang. "Tapi aku bisa meretas jaringan pertahanan mereka dan membuka jalan masuk sementara untuk kita. Kita punya sekitar tujuh menit sebelum mereka bisa memperbaiki sistem."

Karina menarik napas panjang, menimbang informasi itu sejenak. "Tujuh menit cukup. Kita masuk, ambil apa yang kita butuhkan, dan keluar sebelum mereka menyadari apa yang terjadi."

ARMAGEDDONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang