“Jangan melewati batasanmu. Dia tidak ada hubungannya dengan hal ini. Jadi, jangan lakukan itu!”
“....”
Komunikasi pun terputus. Wajah Lucy berubah semakin seram dengan tatapan tajam dan mengintimidasi. Ada beberapa informasi yang benar-benar di luar nalar.
Emosinya tiba-tiba naik hanya karena mendengar kemungkinan data dari informannya tersebut. Entah apa yang akan dia hadapi selanjutnya, jika semua yang dilaporkan padanya benar-benar terjadi.
“Kenapa aku jadi gelisah? Tidak seharusnya, aku punya perasaan seperti itu!” gumam Lucy yang langsung beranjak ke kamar mandi.
Sementara itu, Jae Sung sudah berbaring di kamar menatap langit-langit. Memori singkat kedekatannya dengan Lucy terus berputar dalam ingatannya.
Meski bibirnya tersenyum, hatinya justru dilanda perasaan aneh. Dia tidak pernah merasa tertarik pada seseorang sebesar ini. Kehadiran Lucy juga tidak terasa asing baginya. Dalam sekejap, dia bisa merasakan nyaman dan tenang ketika bersamanya.
Jae Sung menyentuh leher dan mengeluarkan liontin kalung dari balik bajunya. Dia menatap aksesoris berbentuk angka 3192 tersebut dengan saksama.
“Liontin mu bagus. Apa artinya?” tanya Jae Sung usai perasaannya membaik. Semua air mata sudah digantikan canda tawa lagi.
“Ini?” Lucy menyentuh kalung yang dipakainya dan kembali berkata, “Bukan apa-apa. Hanya angka biasa.”
“Hhmmm. Oh iya, kalau tidak salah … aku juga melihat Min-Ho menggunakan kalung yang sama, apa ini kalung pasangan?” tanya Jae Sung penasaran dan dibumbui rasa cemburu yang tersirat dalam hatinya.
“Bukan pasangan tapi persahabatan. Sebelumnya, Aku dan Min-Ho rekan kerja. Kami tergabung dalam team beranggotakan enam orang. Kami semua cukup dekat hingga salah satu dari kami menyarankan untuk membuat tanda persahabatan. Jadilah kalung ini,” jelas Lucy.
“Dan masih dipakai sampai sekarang. Aku jadi iri. Apa kalian masih terhubung satu sama lain?” lanjut Jae Sung penasaran.
Lucy hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut membuat pria itu pun menunduk mengalihkan pandangannya karena merasa sudah salah bicara.
“Aku punya permintaan dan aku harap kau mau menolongku,” ucap Lucy yang membuat pria didepannya menatap terkejut.
“Tolong bantu aku menjaga kalung ini. Apa kau mau?” lanjutnya yang semakin membuat Jae Sung membulatkan matanya.
“Apa maksudnya? Kalung ini kan—”
“Ini rahasia!” Lucy melepas kalungnya dan berucap, “Aku ingin kau memakai dan menjaganya, apapun yang terjadi jangan pernah melepaskannya. Entah dimasa depan nanti kita bersama atau terpisah, jangan pernah melepaskannya. Aku mohon, kau mau kan?”
“Kenapa?”
“Karena ini benda yang penting untukku.”
“Lalu kenapa kau ingin aku yang menjaganya?”
“Karena—” Lucy terdiam sejenak, “Aku percaya padamu. Jangan sampai orang lain tahu atau melihat kau memilikinya. Ini rahasia kita berdua saja. Kau mau kan?”
Mendengar bahwa Lucy percaya padanya, membuat hatinya menghangat karena bahagia. Tanpa berpikir lagi, Jae Sung menyetujui permintaan Lucy dan berjanji untuk menjaganya baik-baik.
“Hari ini kalung dan besok hatimu,” gumam Jae Sung bahagia dan kembali memasukkan aksesoris itu ke balik bajunya. Dia pun mulai terlelap dengan tenang.
Di kamar lain yang berada satu lantai dengan ruangan Jae Sung, anggota lain The Force sedang berkumpul. Mereka masih belum tidur karena cemas memikirkan keadaan yang tengah dihadapi sekarang ini.
“Hyeong, aku merasa aneh dengan wanita itu?” ucap Jae Hwa berdiri bersandar di dekat pintu sambil melipat kedua tangannya.
“Maksudmu, Lucy?” sahut Kyung-soo dan mendapat anggukan darinya.
“Aneh bagaimana?” timpal Tae Moo.
“Aneh saja. Dia bisa dengan mudah mendekati Jae Sung-hyeong. Padahal kita tahu, dia paling jaga jarak dengan orang baru terutama perempuan. Tapi … dia bersikap berbeda pada wanita itu. Bukankah aneh?” jelas Jae Hwa.
“Memang aneh. Mungkin saja, dia memang menyukai wanita itu makanya berubah. Apapun bisa terjadi ketika seseorang jatuh cinta, benar kan Hyeong?” jawab Tae Moo diakhiri menoleh pada Kyung Soo.
“Um mungkin saja.” Kyung-soo menggerakkan bahu naik.
“Tapi Hyeong, kita baru mengenal wanita itu. Bisa aja kan dia ada maksud lain. Kita gak tahu dia siapa dan apa tujuannya.” Jae Hwa sedikit memaksa pendapatnya berusaha memengaruhi dua orang didepannya.
“Kau terlalu khawatir, Hyeong. Jangan berpikir yang tidak-tidak!” ucap Tae Moo berniat menenangkan.
“Aku hanya berpikir rasional. Bukankah kita harus waspada apalagi dalam keadaan seperti ini. Banyak mata yang sedang mengintai dengan tujuan tersembunyi,” jawab Jae Hwa menatap serius.
“Kau terlalu curiga. Jangan sampai berubah jadi tuduhan yang tidak mendasar. Kendalikan dirimu!” balas Kyung-soo mengingatkan.
“Tapi Hyeong—”
“Cukup. Semua akan baik-baik saja selama kita saling menjaga bukan mencurigai. Sebaiknya kalian istirahat sekarang!” lanjut Kyung Soo menyela.
Jae Hwa menghela napas. Apa yang dikatakan Kyung-soo memang ada benarnya juga. Mungkin dia yang terlalu curiga tapi hatinya mengatakan ada yang tidak benar, tapi apa? Dia sendiri tidak mengerti.
Mereka pun berbaring di ranjang masing-masing dan mulai terlelap satu persatu mengarungi dunia mimpi indah tanpa kekhawatiran.
***
“Ini laporan hasil penyelidikan kepolisian, Tuan!” Meletakkan berkas di atas meja.
Pria yang dipanggil Tuan tersebut mengambil dan memeriksa isinya. Dia memperhatikan beberapa gambar yang diambil dari TKP dan membaca keterangannya.
“Tidak ada yang menyadarinya?” gumam pria itu.
“Bisa jadi tidak ada yang mengenalinya Tuan. Mengingat senjata ini bukan alat yang familiar digunakan,” jawab asisten—orang yang membawa berkas.
“Mungkin saja. Apa dia yang melakukannya?”
“Belum bisa dipastikan. Karena … tidak ada laporan kalau dia memegang senjata.”
“Jadi, ada orang lain?”
“Kami masih menyelidikinya, Tuan.”
“Lanjutkan. Jangan sampai ada yang terlewat!”
“Baik, Tuan!”
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucy-Renne [TERBIT]
RomanceUDAH BISA PO, cek Instagram @tarian_delusi untuk informasi selengkapnya. . Lucy Amara seorang novelis terkenal di asia dan Eropa. Dia kembali ke negara dimana masa lalunya terkubur begitu saja tanpa ada penyelesaian. Semesta mempertemukannya kembali...