7

172 18 1
                                    

"Cinta dan pengkhianatan hanyalah dibatasi oleh satu garis penghalang yang bernama kesetiaan"

****

Lelaki tampan itu hanya tersenyum tenang, dan tampak geli melihat kehebohan Minghao menyambutnya. Dia melirik ke arah Jihoon dan menganggukan kepalanya dengan sopan membuat Jungwoo tidak sadar terpesona pada lelaki itu. Memang Mingyu tetap nomor satu baginya, tetapi Mingyu jarang tersenyum, sedangkan lelaki ini begitu murah senyum dan tampak tulus.

"Sepertinya kau dan Tuan ini sedang menghadapi masalah, mungkin bisa kubantu?"

Minghao melirik ke arah Jihoon dengan tersenyum lebar, "Ini Wonwoo, dia salah satu investor di butik dan salonku ini, kau tidak keberatan kan?"

Siapa yang tidak keberatan dibantu oleh lelaki setampan itu? Jihoon berpikir bahwa berpura-pura ternyata ada untungnya juga...

"Jihoon sedang membuat baju pernikahan yang elegan, kami akan mengukurnya."

Wonwoo menatap dalam Jihoon, "Sayang sekali kau sudah mau menikah, aku iri pada orang beruntung itu." Gumamnya penuh arti membuat pipi Jihoon memerah.

Minghao menepuk pundak Wonwoo tertawa, "Jangan merayunya, dia sudah punya tunangan dan akan menikah, mungkin kau bisa mengalihkan sasaranmu pada gadis atau lelaki manis lain."

Wonwoo tidak mempedulikan perkataan Minghao, dia masih memandang Jihoon. Dia mendekat dan mengulurkan tangannya lembut.

"Aku akan membantumu berdiri, maaf ya." Bisiknya lembut di telinga Jihoon, "Sini, simpan tanganmu di pundakku."

Jihoon merasakan jantungnya berdebar keras, aroma maskulin itu membuat jantungnya sangat bergetar.

Dengan tangan yang kuat, Wonwoo menarik Jihoon berdiri lalu menopang pinggangnya. Tangan Jihoon berpegangan erat pada pundak Wonwoo dan melingkarkan lengannya disana, sementara itu dia berakting melemaskan kakinya, menumpukkan beban tubuhnya ke pundak Wonwoo.

"Nah tunggu sebentar, kami akan mengukurnya." Para pegawai Minghao mulai mengukur. Proses itu cukup singkat, setelah selesai diukur, Wonwoo mendudukkan kembali Jihoon di kursi rodanya dengan lembut. Lelaki itu menyelipkan kartu namanya di jemari Jihoon.

"Hubungi aku kapanpun itu. Aku akan dengan senang hati membuang semua urusanku untukmu." Bisiknya pelan, lalu lekai itu berdiri tegak, mengatakan sesuatu tentang pekerjaan pada Minghao, dan melangkah pergi.

Sementara itu Jihoon masih menggenggam erat kartu nama itu dengan terpesona.

__________

Siang itu Seungcheol sedang berjalan ke minimarket di ujung jalan dari apartemennya ketika melihat Seokmin di dalam minimarket yang ia tuju.

Lelaki itu sedang membeli rokok, dan menoleh ketika pintu terbuka lalu tersenyum lebar saat melihat Seungcheol.

"Hai kita bertemu lagi."

Seungcheol tersenyum menatap wajah Seokmin, "Halo Seokmin, apa yang kau lakukan disini?" Seungcheol melirik ke arah cafe ujung jalan, bukankah disana juga ada rokok? Kenapa Seokmin milih berkeliaran di daerah sini?

"Aku mau beli rokok" Seokmin tergelak, "Kau mau beli apa?"

"Hanya beberapa bahan makanan saja." Seungcheol tersenyum lalu mengangguk melangkah menuju rak tempat makanan dan mie instan. Dia mengira Seokmin akan pergi dari situ setelah dapat rokoknya, tapi rupanya tidak, lelaki itu mengikutinya.

"Setelah ini, mau coba berjalan-jalan denganku? Kita bisa duduk, minum bersama, dan mengobrol."

Seungcheol mengernyit, Seokmin ini tidak sedang mencoba mendekatinya, kan? Karena Seungcheol sama sekali tidak melihat pandangan lebih dari ajakan pertemanan di mata Seokmin.

You've Got Me From Hello || GyuCheol ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang