9. Sebatas Teman?

55 25 2
                                    


...

"Lu kenapa si, Rin?". Dari tadi melamun aja. Awas nanti kesambet loh, kelas kita kan tempat berkumpul nya para setan", Felicia terkekeh dengan perkataan nya sendiri.

Kini Arin dan Felicia tengah menjalankan piket kelas yang di lakukan satu kali dalam seminggu, tepat nya pada hari jum'at.

Arin menatap Felicia, ia membuang nafas nya. Perempuan itu mengambil secarik kertas dari tas nya lalu menunjukkan nya pada Felicia.

Felicia mengambil kertas tersebut dari tangan Arin. Dengan teliti ia membaca satu persatu kalimat yang terdapat pada kertas tersebut sampai akhir.

Perempuan berwajah oriental itu menatap Arin, lalu menggenggam tangan sang sahabat. "Lomba tari di batalin?", tanya Felicia dengan hati-hati.

Arin mengangguk pelan sambil tersenyum hambar, "iya, Fel".

"Kenapa?"

"Gw nggak tau. Yang pasti lomba nya di batalin...

...Padahal gw dan teman-teman yang lain udah banyak mengeluarkan waktu dan tenaga buat latihan. Tapi malah di batalin gitu aja.

"Sabar ya, Rin. Lain kali pasti bisa kok, jangan patah semangat", Felicia mengusap bahu Arin sambil tersenyum.

"Arina, Felicia...", panggil Ricky. "Cepetan piket nya, jangan ngobrol terus. Kapan selesai nya kalau gitu", ucap nya sembari membersihkan jendela kelas.

Kedua perempuan itupun kembali melanjutkan aktivitas nya masing-masing.
.
.
.
.
.
.
.

Bel sekolah telah berbunyi beberapa waktu lalu, kondisi sekolah kini terbilang cukup sepi. Siswa dan siswi SMA Purnama telah kembali kerumah nya masing-masing.

Arin dan Felicia berjalan menyusuri koridor menuju kantin yang terdapat di SMA Purnama. Bukan nya kembali kerumah masing-masing, kedua perempuan itu memilih untuk menetap sedikit lebih lama di tempat mereka menimba ilmu saat ini.

Sesampai nya di kantin. Arin dan Felicia mendudukkan bokong nya di salah satu kursi yang terdapat di kantin sekolah mereka.

"Gw mau pesan makanan dulu ya, Fel. Lu mau nitip sesuatu nggak?", tanya Arin.

"Nggak, Rin. Gw udah makan, jadi masih kenyang", Arin mengangguk kemudian beranjak dari duduk nya.

Ia menghampiri salah satu stand penjual makanan. "Permisi bu, saya mau pesan mie ayam nya satu porsi ya", ucap Arin. "Sebentar ya, saya buat kan", balas sang penjual dengan ramah.

Di saat Arin sedang menunggu pesanan nya, tiba-tiba ia merasakan seseorang menepuk bahu nya.

Arin spontan menoleh kebelakang. Ia menemukan Michael yang tengah berdiri di belakang nya sambil tersenyum. "Kak Michael?, aku pikir tadi siapa. Kakak sendirian?", Michael mengangguk, "iya saya sendiri. Kamu?", "Aku sama Felicia, kak", Arin menunjuk tempat dimana Felicia berada. Namun, Arin tak menemukan sosok yang ia maksud berada di tempat tersebut, "mungkin lagi ke toilet", ucap Arin sambil tersenyum canggung.

"Oh, iya. Saya mau tanya sesuatu sama kamu", ucap Michael

"Tanya apa, kak?"

Penyesalan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang