01

3K 367 16
                                    

"Apa ?! Aku harus berhenti sekolah, kenapa ?!"

Seorang remaja laki-laki yang baru menginjak usia 17 tahun ini sangat terkejut saat dia pulang sekolah dan mendengar dari orang tuanya kalau dia tidak bisa ke sekolah besok karena SPPnya tidak dibayar, pihak sekolah juga sudah mengeluarkan remaja bernama Vino ini dari daftar peserta ujian.

"Ibu ayah! Sebulan lagi aku akan mengikuti ujian akhir ?! Bagaimana dengan kerja keras ku ?! Apa kalian tidak ingin melihat anak kalian ini sukses ?!" Protesnya.

"Ya mau bagaimana lagi Vino, ibu dan ayah tidak punya uang.. ujian akhir mu sangat mahal" kata ayahnya.

"Itu benar, sejak awal ibu dan ayah sudah memberitahu mu untuk tidak bersekolah di tempat itu" lanjut ibunya.

"Lalu tabungan ku bagaimana ?! Itu hasil keringat ku berjualan nasi bungkus keliling komplek selama dua semester, aku ingin uang ku sekarang ibu !" Vino meminta tabungannya yang dia rasa sudah mencapai 1 juta, baginya itu cukup untuk membayar SPP dan biaya ujian karena Vino bersekolah di sekolah swasta.

"Apa yang kamu minta ? Uangnya habis untuk keperluan sehari-hari, hanya tersisa 300 ribu saja"

"Apa ?! Aku sudah bilang jangan pakai uang itu, pakai yang lain saja ! Aku juga bekerja mencari kerang kan, uangnya ada hasil kerja ku yang itu kan ibu untuk membeli keperluan kita !!" Vino terlihat sangat kesal.

"Tetap saja tidak cukup karena ayah mu berjudi" ibu Vino melirik suaminya yang terlihat sedikit takut.

"Astaga ayah !! Sudah ku bilang berhenti melakukan hal seperti itu, lihat keadaan keluarga kita, adik-adik juga masih kecil !" Vino merasa kasihan pada kedua adiknya yang baru berusia 1 tahun dan 5 tahun.

Ayahnya hanya bisa meminta maaf tapi semua itu tidak bisa membuat uang tabungan Vino kembali tapi belum selesai rasa kesal Vino, ibunya mengatakan sesuatu yang membuat Vino langsung terduduk, tercengang bahkan merasa ingin mengubur dirinya saja.

"Ayah mu juga punya hutang pada saudagar kaya pemilik kebun anggur, besok sudah jatuh tempo"

"Berapa lagi ?! Berapa hutang ayah ?!" Tanya Vino.

Ibunya terlihat memeluk adik Vino erat.
"Sera-seratus juta"

DEG!

Tubuh Vino terasa disambar petir, seratus juga bukan uang yang sedikit bagi keluarga sederhana seperti mereka dan semua ini ulah ayahnya.

"Ibu sudah bernegosiasi, ibu akan bekerja mengurus anaknya.. dia tidak bisa melihat dan ibu tidak akan dibayar untuk hal itu"

"Berapa lama ibu akan bekerja bersama mereka ? Apa ibu tega meninggalkan adik-adik ?!"

Ibu Vino menatap anak bungsunya.
"Mau bagaimana lagi ? Ayahmu tidak bisa diharapkan!"

Ayah Vino yang memang memiliki kekurangan fisik pada kakinya ini akibat kecelakaan beberapa tahun lalu hanya diam tak bersuara.

Vino menghembuskan pelan nafasnya, dia tau karena ayahnya tidak bisa bekerja seperti dulu jadi dia berpikir dengan cara berjudi akan memperbaiki ekonomi keluarga tapi nyatanya mereka semakin sengsara.

Vino melihat wajah ibu dan adik-adiknya, sebagai anak tertua Vino tidak bisa membiarkan ibunya bekerja berat bahkan untuk membayar hutang ayahnya.

Vino melepas tasnya.
"Aku yang akan pergi"

Kedua orang tua Vino langsung menatap putranya.
"Ti-tidak Vino.. kamu tidak seharusnya melakukan ini"

Vino melihat ayahnya dengan raut wajah kesal.
"Lalu ayah yang mau pergi ?!"

Ayahnya langsung menundukkan kepala.
"Ini yang terakhir kalinya, tolong berhenti berjudi.. kalau ayah tidak menurut, aku akan membawa ibu dan adik pergi dari rumah !" Ancam Vino yang berhasil membuat ayahnya berjanji tidak akan melakukan hal buruk itu lagi.

Pada akhirnya Vino ikhlas melepas pendidikan untuk menggantikan ibunya bekerja sebagai asisten pribadi anak pemilik kebun anggur.

Vino berpamitan kepada kedua orang tuanya, dia berjalan kaki hampir 3 jam juga menumpang mobil pengangkut rumput untuk bisa sampai ke rumah saudagar kaya raya itu.

Vino menghabiskan waktu 5 jam hingga akhirnya tiba di rumah mewah itu, setibanya disana dia di sambut oleh seorang wanita paruh baya yang kemungkinan berusia 50 tahun.

Dia menjelaskan kalau rumah ini dikhususkan untuk tuan muda agar dia merasa rileks tanpa kebisingan kota karena memang jarak antar rumah sangat jarang dan tempat ini cukup asri dengan pepohonan dan bunga yang indah.

'Pemandangan yang bagus' batin Vino.

Wanita ini membawa Vino ke halaman belakang, dia bisa melihat seorang pria duduk membelakanginya.

"Tuan muda, asisten pribadi Anda sudah datang" ujar wanita ini.

Perlahan pria itu meraih tongkatnya, dia berdiri lalu berbalik kearah Vino.

Deg.

Hembusan angin menyapu lembut tubuh mereka bertiga terutama tubuh tuan muda ini.

Vino bisa melihat mata putihnya yang menandakan dia benar-benar buta, rambut pirang alami juga tubuh tegap dengan tinggi 180cm.

'O-orang asing ?!' batin Vino panik karena dia tidak bisa berbahasa Inggris.

.
.

Bersambung ...

See the world for me (BL21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang